Zionis Yahudi Makin Bengis, Khilafah Solusinya
Oleh. Endang Widayati
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Kekejaman Zionis Yahudi terus berlanjut hingga kini. Sejak agresi Zionis Yahudi pada 7 Oktober 2023 lalu, korban meninggal telah sampai pada angka 57.762 jiwa. Sedangkan, korban luka-luka mencapai 137.656 jiwa. Hal ini diperkirakan akan terus bertambah, sebab serangan Zionis Yahudi terhadap warga Gaza masih dilakukan. (nu.or.id, 13/07/2025)
Kejahatan Zionis Yahudi terjadi di berbagai lokasi di Jalur Gaza. Dilansir dari Anadolu Agency (12/07/2025), serangan udara dilancarkan Israel di Jalan Jamal Abdel Nasser, tepat di seberang Universitas Islam di Gaza City bagian barat. Rudal Israel menghantam sebuah rumah di lingkungan Al-Tuffah, Gaza bagian timur. Rudal Israel juga menghantam apartemen di lingkungan Sheikh Radwan di Gaza City.
Tidak hanya itu, di Jalur Gaza bagian tengah dan Gaza bagian selatan juga menjadi sasaran serangan Israel. Bahkan, para pencari bantuan kemanusiaan tidak luput dari target pembunuhan tentara Israel. Di kala ratusan warga berkerumun agar mendapatkan makanan dan kebutuhan dasar yang lainnya, di saat itu pula tentara Israel menembaki mereka.
Seolah-olah, dengan adanya titik distribusi bantuan di Jalur Gaza adalah sebuah momen dan menjadi kesempatan emas untuk menyerang dan membunuh warga sipil yang sedang mengantre. Sungguh biadab dan bengis perilaku tentara Israel ini!. Cara seperti ini sebenarnya menunjukkan betapa kecil nyali yang dimiliki oleh tentara Israel.
Hukum Humaniter Internasional
Serangan bengis dan brutal yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap warga Gaza telah secara gamblang dan terang-terangan melanggar hukum humaniter internasional (HHI) pemerintah 6663merupakan seperangkat aturan yang mengatur perlindungan terhadap korban perang, pembatasan cara dan metode peperangan, tanggung jawab negara dan kelompok bersenjata.
Hal-hal yang diatur dalam HHI tersebut jika diterapkan pada konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Israel secara nyata melakukan aksi penyerangan di luar batas kemanusiaan. Mereka menargetkan anak-anak dan perempuan serta warga sipil lainnya. Merusak sarana dan prasarana vital di Gaza seperti rumah sakit, klinik, sekolah, bandara dan, bahkan rumah-rumah warga.
Dari sini jelas bahwa, Israel adalah penjahat dan pelanggar HAM berat serta pelanggar hukum humaniter internasional. Israel juga bersikap buta dan tuli terhadap sanksi yang telah diberikan oleh lembaga keadilan internasional. Semuanya itu tidak menjadikan Israel takut atau menghentikan serangannya, malah mereka bertindak sebagai korban. Sungguh tidak tahu malu!
Gerakan Kemanusiaan Dunia
Masih lekat di ingatan bagaimana aksi heroik sekelompok aktivis yang berlayar menuju Gaza menggunakan kapal yang dinamai dengan Kapal Madleen. Bahkan, gerakan berlayar ini kembali dilakukan dengan nama Kapal Handala menuju Gaza melalui Syracuse dalam rangka membebaskan Palestina di bawah penjajahan Israel.
Global March To Gaza juga menjadi agenda dunia untuk bisa menembus blokade di Gaza. Aksi ini mendapat sambutan hangat dunia serta menjadi sebuah langkah untuk bisa bersatu, bersama-bersama menggentarkan Israel. Namun, nyatanya aksi kepedulian ini belum mampu membuat Israel menghentikan genosida terhadap warga Gaza.
Bahkan, aksi damai mereka mendapatkan intimidasi dan berbagai hambatan yang datang dari pemerintah Mesir salah satunya. Sebab, para peserta aksi berkumpul di perbatasan Mesir-Palestina. Mereka dihadang pasukan bersenjata. Ini adalah bukti nyata bahwa penguasa negeri muslim seperti Mesir hanya mementingkan kepentingan dalam negerinya saja dengan dalih menjaga keamanan dalam negeri.
Aksi ini merupakan bentuk kepedulian yang mendalam atas genosida yang terjadi di Palestina. Namun, jika hanya mengandalkan langkah ini atau berharap pada gencatan senjata dan perjanjian damai tentu tidak bisa menghentikan serangan Israel. Buktinya, hingga kini Israel masih menyerang warga Gaza tanpa ampun.
Penguasa Ruwaibidhah
Sikap penguasa negeri-negeri muslim yang hanya memilih diam menyaksikan genosida yang terjadi di Gaza adalah bentuk pengkhianatan yang besar terhadap kaum muslimin. Penguasa seperti ini adalah penguasa ruwaibidhah (bodoh). Mereka menganggap sikap "diam" adalah tindakan yang bijak, padahal ini adalah bentuk kezaliman yang amat besar dan memilukan hati kaum muslimin.
Tatkala rudal dan bom berbatasan di bumi Gaza, para penguasa muslim seolah-olah tidak tahu atau pura-pura lupa dengan apa yang menimpa saudaranya semuslim di Gaza. Bahkan, mereka seakan menjadi pihak yang netral ketika melihat aksi brutal tentara Israel membombardir Gaza. Seakan-akan itu terjadi di negeri yang sangat jauh dan bukan negeri muslim.
Adanya penguasa ruwaibidhah dan sikap acuh tak acuh terhadap kondisi saudara seiman ini lahir dari pemahaman sekularisme, sebuah paham yang memisahkan urusan agama dengan kehidupan. Sekularisme juga menjadi induk dari sistem kapitalisme yang menjunjung tinggi ikatan nasionalisme.
Nasionalisme telah meluluhlantakkan bangunan persatuan kaum muslimin. Sehingga, saat ini kaum muslimin dan penguasa negeri-negeri muslim hanya disebutkan dengan urusan dalam negerinya. Bahkan, di antara mereka tengah menormalisasi hubungan dengan Zionis Yahudi. Bukankah ini merupakan kezaliman yang luar biasa?
Khilafah Kebutuhan Mendesak
Nabi Muhammad saw mengatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa kaum muslimin bagaikan satu tubuh. Al Qur'an pun dalam surat Al Hujurat ayat 10 mengabarkan bahwa orang-orang mukmin adalah saudara. Hal ini adalah indikasi yang sangat kuat bahwa di mana pun seorang muslim itu berada dan apa yang menimpa mereka, hal itu pula yang seharusnya dirasakan oleh muslim yang lain di belahan bumi mana pun.
Sayangnya, perumpamaan satu tubuh ini sekarang telah luntur dan seolah hilang di hati sebagian kaum muslimin. Kesatuan dan persatuan yang pernah terjalin kuat selama ribuan tahun harus kandas tatkala kekhilafahan terakhir di Turki berhasil dihancurkan oleh Mustafa Kemal Attarturk.
Tegaknya kembali khilafah merupakan kebutuhan mendesak bagi kondisi kaum muslimin saat ini terutama di Gaza. Sebab, hanya Khilafah yang mampu menghapus entitas Yahudi dari muka bumi ini. Khilafah juga yang akan membawa kaum muslimin menjadi khairu ummah atau umat terbaik. Era kemasan Islam dan kaum muslimin akan terulang kembali.
Semua ini tidak akan terwujud tanpa adanya aktivitas dakwah yang menyeru persatuan umat. Aktivitas dakwah ini haruslah dilakukan oleh jamaah dakwah ideolgogis yang memiliki visi dan misi mempersatukan umat dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh. Dengan demikian, terwujudnya kesadaran publik akan kehadiran khilafah dan diterapkannya hukum-hukum Islam menjadi suatu keharusan. Wallahua’lam. [Rn]
Baca juga:

0 Comments: