Oleh. Ummi Fatih
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Setiap hari, kondisi perang antara Zionis Israel dan Palestina kian memburuk, menumpahkan darah dan menghancurkan kehidupan rakyat tak berdosa. Dalam suatu liputan fakta berita cnbc.com pada 30 Juni 2025 pun telah dinyatakan bahwa serangan udara Israel membuat puluhan warga Gaza yang sedang antre bantuan makanan kehilangan nyawa. (cnbcindonesia.com, 30/6/2025)
Dari informasi keji itu, di manakah rasa empati murni yang seharusnya diikat kuat dengan tali iman umat Islam? Ironisnya, negara-negara Islam justru tampak semakin menyatu dengan para Zionis Israel, baik secara sadar melalui hubungan politik dan ekonomi, maupun tanpa sadar melalui sistem internasional yang mengekang kekuatan mereka. Lihat saja Indonesia, yang masyarakatnya ramai menyerukan boikot produk pendukung Israel, tetapi pemerintahnya tetap menjalin hubungan erat dengan Amerika Serikat – pendukung utama penjajahan Israel atas Palestina.
Lebih tragis lagi, di sisi ketidaksadaran, negara-negara Islam juga masih merasa nyaman bersatu hangat dalam lembaga-lembaga internasional seperti PBB. Padahal lembaga tersebut hanyalah poster politis Amerika Serikat untuk mengendalikan anggota negara-negara dunia. Sehingga, PBB pun tidak pernah benar-benar berani melawan Zionis untuk menyelamatkan Palestina. Mereka hanya sibuk mengirim bantuan sosial, mengucap kalimat laknat, dan membuat resolusi kosong tanpa kekuatan militer yang nyata untuk membebaskan kaum muslimin Palestina.
Dari fakta-fakta negatif itu, bukankah semuanya merupakan pertanda lemahnya ikatan iman di antara umat, ketika persatuan hanya berupa kata-kata, bukan perjuangan yang menumbangkan penindasan?
Padahal, Allah Swt selaku Tuhan yang dimuliakan oleh kaum muslimin telah berfirman :
"Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, ..." (QS. Ali Imron : 103)
Dari ayat tersebut, sudah jelas bahwa ikatan iman (ukhuwah islamiyah) adalah sebuah kewajiban yang harus dijaga. Sehingga perdamaian dan persatuan akan terasa nyata tanpa sengketa dalam kehidupan pribadi dan sosial dalam negeri. Bahkan jika ancaman dan serangan perang datang, maka umat islam pun akan tetap sadar untuk melawan dalam satu kesatuan kuat resmi, yakni negara Khilafah.
Dalam negara Khilafah, para penguasa tidak akan lebih memilih untuk merawat perasaan cinta kedudukan yang membuat mereka jadi buta mata dan hati. Namun, mereka akan menyadari tentang akar masalah sejati dalam peperangan antara zionis Israel dan Palestina. Sehingga mereka bisa melangkah dalam jalur kebenaran yang hakiki dengan tali iman ukhwah islamiyah.
Adapun tali ikatan iman, konsep dasar yang digunakan adalah Al Qur'an. Sebab Al Qur'an berisi serat-serat ajaran Islam yang murni berisi semua petunjuk dari Allah Swt Yang Maha Tahu,. Sehingga wajib untuk dijalankan oleh semua orang, baik pemerintah maupun penduduk Khilafah. Dengan begitu, masyarakat dan penguasa akan rukun dan saling peduli. Kehidupan pun akan membawa berkah di bumi dan mendapat rahmat di akhirat nanti. Tak ada kerugian dan kekecewaan.
Sebaliknya, ketika kelemahan ikatan iman justru saat ini semakin renta, para pengemban dakwah haruslah lebih bersemangat lagi dalam menyadarkan umat untuk kembali bersatu memegang tali iman ukhwah islamiyah . Walaupun mereka tertahan dalam negeri yang tidak mau untuk maju mengirimkan pasukan jihad pemberani. Para pengemban dakwah masih bisa berjuang tangguh dengan lisan dan tulisannya agar masyarakat terbuka hati dan pikiran dengan kebenaran islam. Sehingga mereka pun akan bangkit menuntut penguasa untuk menyelesaikan masalah Palestina dengan makar-makar Islam yang sempurna dari Sang Maha Kuasa dan Maha Perkasa.
Tak perlu rasa takut berjuang dengan berbagai ancaman, halangan dan rintangan. Karena kerikil-kerikil tajam yang menyakitkan dalam berdakwah hanyalah sementara dirasakan. Kemenangan abadi dan pertolongan pasti datang. Sesuai janji Allah Swt yang pasti akan Ia tepati :
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad: 10)
Para pengemban dakwah juga merupakan manusia pilihan yang sudah Allah Swt beri amanah perjuangan suci. Sebab, saat kewajiban dakwah itu tidak dijalankan oleh umat islam dengan berbagai alasan. Maka, para pengemban dakwah yang istiqomah akan meraih gelar pahlawan yang sudah pasti akan diberi imbalan sempurna dan sangat mengagumkan. Dana pensiunan pahalanya pun akan mengalir terus tanpa henti, ketika mereka ikhlas menyebarkan kebenaran.
Sebagaimana dalam sebuah hadist, Rasulullah saw menyebut bahwa orang yang menyeru kepada sebuah petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya.
Akhirnya, masihkah kita ragu untuk turut dalam golongan pengemban dakwah yang tulus menolong para saudara seiman yang terjajah, bahkan istikamah berjuang meraih rida-Nya? [Rn]
Baca juga:

0 Comments: