Headlines
Loading...
Taatku Padamu karena Allah yang Perintahkan

Taatku Padamu karena Allah yang Perintahkan

Oleh. Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Seorang anak perempuan jika telah menikah, maka dia tidak lagi mutlak menjadi milik kedua orang tuanya, tetapi milik suaminya. Dia harus patuh dan setia kepada imamnya. Bagaimanapun kondisi suaminya, seorang istri harus taat. Meskipun seperti kita ketahui bersama, bahwa ketaatan seorang istri kepada suami tidaklah mutlak. Ya, ketaatan seorang manusia kepada makhluk dalam hal ini istri terhadap suami, tidaklah mutlak melainkan bersyarat.

Maksudnya adalah jika seorang suami memaksa istri untuk bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada ketaatan dalam hal tersebut. Seorang istri wajib untuk tidak mematuhi. Karena manusia hanya wajib patuh terhadap perintah dan larangan-Nya. Sekalipun pemimpin, jika dalam menjalankan pemerintahannya pemimpin tersebut mengajak rakyat untuk bermaksiat atau dia tidak menjalankan hukum-hukum Allah dalam kepemimpinannya, maka sebagai masyarakat, tidak ada kewajiban bagi kita untuk patuh.

Kita hanya boleh mematuhi jika pemimpin tersebut menjalankan pemerintahannya berdasarkan aturan yang berasal dari Allah. Seorang pemimpin juga harus memiliki kesadaran akan hubungannya dengan Allah dan patuh terhadap Allah dan Rasulullah saw.. Jika demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mematuhinya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُ ولِى الْاَ مْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِ نْ تَنَا زَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَا لرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَـوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
(QS An-Nisa' 4: Ayat 59)

Berbicara ketaatan kepada suami, dulu jauh sebelum hijrah, aku justru tidak paham tentang permasalahan ini. Aku cenderung keras kepala dan mau menang sendiri. Aku tidak pernah mau meminta maaf, sekalipun aku salah. Dulu aku sama sekali tidak taat pada suami. Bahkan mungkin aku tidak pernah menghormatinya. Nauzubillah, ampuni aku, ya Allah.

Begitulah kehidupanku dahulu. Aku selalu ingin menang sendiri. Aku begitu egois. Beruntungnya, suami selalu bersabar menghadapi sifat burukku. Dia tidak pernah meninggalkan. Dia selalu memaafkan. Aku beruntung memilikinya.

Kini setelah aku memahami hakikat sebagai seorang perempuan dan seorang istri. Aku menjadi paham, bahwa perilakuku dahulu mungkin saja sangat menyakiti hati suami. Mirisnya bisa saja hal tersebut mengundang kemurkaan Allah Swt.. Padahal aku hidup sangat mengharapkan keridaan-Nya.

Alhamdulillah, sekarang aku memahami tentang bagaimana seharusnya bersikap sebagai seorang istri. Meskipun masih terus belajar, namun aku bersyukur karena Allah begitu cepat menyadarkan tentang semua kekeliruanku di masa lalu. Aku sangat menyesal telah berlaku kurang baik kepada suami. Padahal aku ingin kebersamaan kami ini sampai ke janah. Aku ingin Allah rida dengan pernikahan kami dan memberikan sakinah, mawaddah, dan rahmah. Amin.

Suamiku, maafkan atas segala salah dan khilafku dahulu. Aku tidak paham bagaimana seharusnya bersikap kepadamu. Aku keliru tentang semua sikapku. Aku tahu kamu terluka, tapi hebatnya kamu, kamu tidak pernah menunjukkan sedihmu. Kamu selalu mencoba memahamiku. Cintamu begitu tulus, aku yang tidak pernah peka akan sakitmu.

Suamiku, kini aku mencoba menjadi istri yang baik. Aku ingin menjadi istri salihah yang senantiasa menjadi penyejuk. Semua kulakukan karena aku ingin Allah rida. Aku ingin kebersamaan ini tidak hanya di dunia, tapi sampai ke akhirat kelak. Kalau boleh aku meminta pada Yang Maha Kuasa, aku hanya ingin kamu saja yang menjadi suamiku sejak di dunia sampai ke akhirat. Aku tidak ingin yang lain. Aku tidak yakin akan menemukan lagi lelaki sesabar kamu.

Suamiku, aku akan terus belajar bagaimana seharusnya menjadi istri yang salihah. Aku ingin memperbaiki semuanya. Maafkan jika belum menjadi istri yang baik sejauh ini. Aku sedang berusaha. Aku melakukannya karena aku tidak ingin Allah murka atas perilakuku kepada dirimu. Aku sedang berusaha memperbaiki semuanya. Jangan hakimi aku jika aku belum sesuai dengan harapanmu. Aku selalu meminta kepada Allah, agar memudahkan prosesnya.

Suamiku, kamu tahu?  Sungguh tidak mudah bagiku menurunkan egoku. Tidak mudah bagiku untuk patuh terhadap apa pun yang kamu inginkan. Aku telah terbiasa dengan sifatku yang selalu ingin menang sendiri. Sungguh berubah menjadi lebih baik itu berat dan tidak mudah. Namun aku yakin setiap niat baik pasti akan selalu Allah mudahkan.

Terima kasih atas kebersamaan kita yang sudah delapan belas tahun lamanya. Bukan waktu yang sebentar, namun kita mampu melewati setiap ujiannya. Semoga ke depannya akan jauh lebih baik.

Ya Allah, aku titipkan suamiku pada penjagaan-Mu. Hanya Engkau yang mampu menjaganya saat dia berada jauh dari jangkauanku. Jadikanlah suamiku sebagai suami yang baik, yang selalu mencintai dan melindungi aku dan anak-anak.

Ya Allah, berilah suamiku kekuatan, kesabaran, dan kebijaksanaan dalam menjalani hidup. Jadikanlah rumah tangga kami sebagai rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Amin ya Rabbal 'alamin. [Ni]

Tasikmalaya, 21 Juli 2025

Baca juga:

0 Comments: