surat pembaca
Semangat Hijrah, Menyambut Tahun Baru Islam
Oleh. Dela
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Dalam penanggalan Hijriah tahun 2025 di Indonesia, tanggal 1 Muharam 1447 H jatuh pada hari Jumat, 27 Juni 2025. Momen ini bukan sekadar pergantian tahun, tetapi titik awal bagi umat Islam untuk merefleksikan perjalanan spiritual selama setahun terakhir. Momen ini diwarnai dengan ibadah yang khusyuk, seperti puasa Tasua dan Asyura, serta perenungan atas kualitas keimanan, amal, dan kontribusi sosial yang telah dilakukan.
Tahun Baru Islam selalu dikaitkan dengan semangat hijrah yang bersumber dari peristiwa agung, perpindahan Rasulullah Muhammad saw. dari Makkah ke Madinah. Perjalanan tersebut bukan sekadar relokasi, melainkan simbol transformasi batin, keberanian menghadapi tantangan, dan keyakinan akan janji Allah yang lebih baik. Hijrah adalah titik balik sejarah Islam, menandai awal terbentuknya masyarakat yang tunduk pada nilai-nilai ilahiah.
Di tengah perayaan, umat Islam di seluruh dunia kembali diajak untuk menata hati. Sudahkah kita berhijrah dari kesia-siaan menuju produktivitas? Dari kelalaian menuju takwa? Dari individualisme menuju solidaritas? Semangat hijrah menuntun kita untuk meninggalkan kebiasaan yang merusak dan menggantinya dengan perilaku yang membawa manfaat, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Di Palestina, semangat hijrah mendapat ujian nyata. Serangan demi serangan dari Zionis terus mengoyak kehidupan penduduk sipil. Kelangkaan bahan bakar, minimnya pasokan makanan, dan krisis kemanusiaan membuat rumah sakit tak lagi menjadi tempat penyembuhan, melainkan menjadi simbol kepedihan. Dalam kondisi seperti ini, umat Islam seharusnya tidak hanya menjadi penonton, melainkan bagian dari perjuangan.
Hijrah Nabi saw. membentuk sistem kehidupan yang berlandaskan wahyu, bukan semata opini manusia. Di bawah kepemimpinan Daulah Islam, umat bersatu dan hidup dengan aturan Allah. Islam tumbuh dan menyebar sebagai rahmat bagi semesta alam. Namun, hari ini kemuliaan itu terasa jauh karena umat telah menjauh dari tuntunan ilahi. Kebingungan sosial, krisis identitas, dan lemahnya persatuan menunjukkan bahwa umat sedang mengalami kemunduran.
Allah Swt. sudah mengingatkan dalam firman-Nya:
“Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha: 124)
Untuk mengembalikan kehormatan sebagai umat terbaik, langkah utamanya adalah kembali menerapkan aturan Allah secara kafah. Bukan hanya dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam sistem pendidikan, politik, ekonomi, dan hukum. Khilafah sebagai institusi pelindung umat menjadi kebutuhan yang tak bisa dinafikan. Rasulullah telah mencontohkan ini dengan hijrah dan mendirikan negara Islam di Madinah yang berfungsi melayani dan menjaga umat.
Kesadaran akan urgensi ini harus ditumbuhkan oleh jemaah dakwah yang tulus dan konsisten. Mereka yang menapaki jalan dakwah dengan sabar dan strategi yang tepat, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.. Dengan bimbingan jemaah dakwah, umat Islam tidak hanya disadarkan tetapi juga diarahkan menuju perubahan hakiki yang berakar dari spiritualitas dan kesadaran sosial.
Tahun baru ini bukan hanya soal pergantian angka, melainkan momentum untuk memperkuat tekad hijrah dalam segala aspek kehidupan. Mari kita jadikan 1 Muharam 1447 H sebagai titik tolak perubahan yang mendalam, baik secara pribadi maupun kolektif, agar Islam kembali menjadi cahaya bagi dunia. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: