Refleksi Muharam: Saatnya Hijrah Menuju Sistem Islam
Oleh. Ernita S.
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Muharam merupakan salah satu bulan yang penting dan mempunyai keutamaan di dalam Islam. Dia merupakan bulan yang termasuk al asyhur al-hurum selain Rajab, Zulkaidah, dan Zulhijah. Tahun baru Islam 1447 H tidak lama lagi akan tiba sesuai dengan kalender Hijriah Kementerian Agama (Kemenag).
Berdasarkan kalender Hijriah Kemenag tahun baru Islam 1 Muharram 1447 H jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025. Bagi umat Islam, tahun baru Islam bukan sekadar perayaan tahunan. Pergantian tahun adalah momentum untuk memperbaiki diri dari tahun-tahun sebelumnya. Penghujung tahun menjadi waktu yang pas untuk memperbaiki diri agar tahun berikutnya lebih baik (liputan6.com, 24/6/2025).
Tahun baru 1 Muharam adalah salah satu peristiwa bersejarah kaum muslim. Berbagai acara diselenggarakan untuk menyambut momen tahunan tersebut dengan tablig akbar, pawai, dan sejenisnya. Hal ini mengingat pada peristiwa hijrahnya Rasulullah dan para sahabat dari Makkah menuju Madinah.
Namun tahun baru Islam yang semestinya semarak, kembali hadir di tengah umat dengan berbagai persoalan yang membelitnya, nasib umat semakin suram. Genosida Palestina masih terus terjadi di tengah pengkhianatan penguasa negeri muslim. Mereka tidak bergerak sama sekali untuk mengirim pasukan ke Gaza.
Umat Islam Gaza dibiarkan mati kelaparan, bahkan ketika bantuan makanan masuk, mereka harus bertaruh nyawa untuk mengambilnya. Tentara zionis menyerang tempat pembagian bantuan makanan yang disediakan. Akibat serangan zionis, hampir setiap hari ada warga sipil yang terbunuh atau terluka.
Selain permasalahan Palestina, terjadi perang antara Iran dan zionis yang mengundang berbagai respon. Padahal seyogianya tahun baru Islam bukan sekadar perayaan tahunan yang rutin dilakukan. Namun seharusnya menjadi momentum introspeksi bagi umat Islam.
Allah telah memberikan predikat umat Islam sebagai umat terbaik, di mana peristiwa hijrahnya Rasulullah menjadi titik awal terwujudnya kemuliaan umat. Pada dasarnya jati diri umat Islam merupakan pembawa cahaya bagi kehidupan. Umat Islam memimpin umat yang lain agar meninggalkan kegelapan, kebodohan, dan kehinaan dengan mengambil cahaya Islam.
Cahaya Islam dapat diraih dengan melakukan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Aktivitas dakwah ini selayaknya menjadi aktivitas yang melekat dalam diri umat Islam. Inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau tanpa lelah berdakwah di Makkah dan sekitarnya demi mengajak manusia kepada kemuliaan. Sampai akhirnya Rasulullah memperoleh kekuasaan yang menolong dari tangan Sa’ad bin Muadz, seorang tokoh berpengaruh sekaligus kepala suku Aus.
Dari kekuasaan itulah Rasulullah akhirnya dapat menerapkan syariat Islam secara kafah dalam sebuah institusi negara yang bernama Daulah Islam. Umat Islam bersatu di bawah naungan Daulah Islam yang menjadikan mereka hidup sejahtera di bawah aturan Allah. Selain itu, Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Pada dasarnya Rasulullah dan para sahabat berpindah dari Mekah menuju Madinah tujuannya bukan menyelamatkan diri dari siksaan kaum kafir Quraisy atas keteguhannya memegang Islam. Melainkan hijrahnya untuk beralih dari darul kufur ke darul Islam atau negara Islam. Inilah momentum manusia berpindah dari kegelapan menuju cahaya Islam dalam naungan Daulah Islam yang berada di Madinah.
Peristiwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah pada 1 Muharam diperingati sebagai tahun baru Islam. Namun hari ini predikat sebagai umat terbaik tidak tampak nyata dalam kehidupan. Seharusnya umat Islam merenungkan kembali apa yang menjadi akar permasalahan atas kondisi buruk, yang menyebabkan kehilangan kemuliaan sebagai umat terbaik.
Ternyata kondisi kaum muslimin yang semakin terpuruk dalam kehinaan dan kenestapaan disebabkan karena semakin jauh dari aturan Allah. Terjadinya genosida dan penjajahan di Palestina, jauhnya generasi dari ajaran Islam, rusaknya kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Serta carut marutnya kehidupan Islam dalam memenuhi kebutuhan hidup merupakan realitas rusaknya umat yang jauh dari standar umat terbaik.
Adapun satu-satunya cara untuk meraih kembali kemuliaan adalah dengan kembali kepada aturan Allah dan menerapkannya dalam kehidupan secara kafah. Umat disadarkan akan kebutuhannya dan didorong untuk ikut memperjuangkan Daulah Islam sebagai institusi yang akan menjadi perisai (junnah) bagi umat.
Penyadaran umat ini membutuhkan bimbingan dari jemaah dakwah yang tulus dan istikamah berjuang di jalan Allah. Marilah kita jadikan momentum hijrahnya Rasulullah sebagai awal perubahan mendasar di bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial, yakni perubahan menyeluruh ke tegaknya sistem Islam kafah. Wallahualam bissawab. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: