Oleh. Ummu Arrosyidah
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Nidal Mundhir Salam adalah seorang bayi lima bulan yang meninggal dunia karena malnutrisi. Dia adalah salah satu dari puluhan bayi Gaza yang merasakan pahitnya blokade zionis. Orang tuanya berharap bantuan kemanusiaan berupa bahan pangan dan susu bayi masuk ke Gaza. Namun, harapan itu sia-sia. Hati mereka remuk sebagaimana tempat tinggal mereka yang luluh lantak karena kebiadaban zionis Isr4el.
"Bendera lelayu" memang masih setia menemani muslim Gaza. Ia berkibar hampir di setiap sudut kota setiap saat. Zionis mengarahkan bom, rudal, dan senjata mereka ke tempat-tempat di mana banyak warga Gaza berkumpul. Di pusat-pusat bantuan, tenda-tenda pengungsian, bahkan rumah sakit. Korban terus bertambah.
Siapa yang tak tersentuh nuraninya melihat penderitaan Gaza? Bagi mereka yang nuraninya masih sehat, tentu akan tergugah untuk membantu. Namun, usaha membawa Gaza menghirup udara segar kebebasan belum menemui keberhasilan. Donasi terus dikirim, tapi berapa puluh truk kontainer mengantre di Gerbang Rafah untuk menyampaikan bantuan ke Gaza? Aksi kemanusiaan pun datang dari berbagai penjuru dunia, namun berapa jumlah aktivis kemanusiaan yang dideportasi karena ingin membantu Gaza?
Langkah yang tersendat untuk membebaskan Gaza ini, setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya, penguasa muslim terjangkiti penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati) dan rusaknya mafahim (pemahaman), maqoyis (standar) dan qonaat (menerima, tunduk, dan puas pada ketentuan Allah) umat Islam sebagai dampak penerapan sekularisme di negeri-negeri muslim.
Saat ini pemahaman, standar, dan kepuasan umat Islam berkiblat kepada Barat. Umat cenderung mengambil solusi yang disodorkan Barat (AS) untuk menyelesaikan permasalahan mereka. Termasuk masalah yang dihadapi Gaza saat ini. Padahal Rasulullah sudah melarang umat Islam untuk mengambil orang-orang kafir sebagai panutan. Sebagaimana disebutkan dalam QS An Nisa: 144.
Maka, untuk membebaskan Gaza seharusnya dimulai dari membebaskan benak dan pemikiran umat Islam dari pengaruh Barat, menghapus ide sekularisme dan turunannya, kemudian kembali kepada bimbingan Rasulullah.
Di antara bimbingan Rasulullah untuk mewujudkan kemuliaan umat adalah dengan mendirikan institusi kenegaraan sebagai tempat umat bernaung. Institusi ini yang akan menjadi perisai bagi umat. Institusi yang didirikan oleh Rasulullah ini kemudian dilanjutkan oleh para khalifah sepeninggal beliau. Namun, ketika institusi ini runtuh, malapetaka mulai menimpa umat Islam. Inilah institusi Islam yang dikenal dengan sebutan Khilafah.
Wallahualam. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: