surat pembaca
Kesejahteraan Guru untuk Pendidikan yang Berkualitas
Oleh. Yasmin Raihan S.P.
(Aktivis Muslimah)
SSCQMedia.Com—Hidup sejahtera menjadi tujuan semua orang, termasuk seorang guru. Berharap setelah dedikasinya mengajarkan ilmu kepada para siswa dinilai dan dihargai dengan upah yang sepadan. Tapi apalah daya, semakin hari bukan berita baik yang terdengar, justru nasib memprihatinkan dari profesi guru.
Sudah menjadi sebuah keharusan pemerintah menjadikan kesejahteraan guru sebagai prioritas utama. Guru yang telah menjadi tulang punggung pendidikan, yang berperan mendidik generasi unggul berkualitas. Yang seharusnya bisa tenang mengajar, justru tidak fokus, sibuk dengan pikiran lain mencari sampingan penghasilan, ditambah beban biaya hidup yang semakin besar.
Seperti yang terjadi di Provinsi Banten, tunjangan tambahan (TUTA) yang menjadi harapan mereka justru dicoret dari APBD 2025. Pencoretan TUTA ini berdampak pada ribuan guru di Banten yang selama enam bulan terakhir belum menerima tunjangan ini. Sebagai bentuk protes, massa dari Aliansi Guru Provinsi Banten mendatangi Gedung Negara untuk berdemonstrasi meminta kejelasan terkait TUTA yang tak terbayarkan (mediabanten, 28/4/2025).
Tindakan ini memunculkan respon dari ketua BPKAD Provinsi Banten, yakni Rina Dewiyanti, dia menyampaikan bahwa pencoretan ini merupakan dampak dari kebijakan efisiensi anggaran (tangerangnews, 24/7/2025)
Hari ini, kesejahteraan guru masih menjadi PR besar bagi pemerintah. Karena pemenuhan ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah dan pusat terkait dengan ketersediaan sumber dana negara yang berkolerasi dengan penggajian guru.
Pada sistem hari inilah, lahir kebijakan guru yang dianggap sama seperti pekerja. Sehingga jumlah upah yang diberikan rendah. Tak hanya itu, pemerintah terlihat tidak mampu mengurus soal pendidikan, yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara justru dilimpahkan kepada pihak swasta.
Belum lagi sumber penghasilan negara yang bergantung pada utang, sehingga pengeluaran gaji yang menjadi hak guru, justru dirasa membebani negara. Sungguh miris penyelesaian fakta hari ini dengan tambal sulam yang tak memberikan solusi tuntas.
Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang mampu memberikan kesejahteraan kepada guru. Sistem Islam menghasilkan pendidikan ideal yang dapat memberikan gaji tinggi bagi guru. Sehingga guru fokus pada tugasnya sebagai tenaga pendidik generasi peradaban bangsa.
Dalam sistem pendidikan Islam, guru bukan hanya tentang posisi jabatan. Tapi juga punya posisi sebagai pengemban amanah dakwah, yang menyadari bahwa tugasnya adalah mendidik generasi untuk melanjutkan kehidupan Islam. Pendidikan tidak boleh dikomersialisasikan dan diperlakukan sebagai objek bisnis dan karir formalistik.
Hal ini juga tidak terlepas dari sistem ekonomi Islam yang menentukan beragam sumber pemasukan, sehingga dengan bersihnya pengelolaan uang negara, dana untuk pendidikan pasti terealisasikan dengan baik dan kesejahteraan guru dapat tercapai. Wallahualam bissawab. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: