Oleh. Nita Lilis
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Dunia menyaksikan satu dari sekian tragedi kemanusiaan terbesar di era modern, genosida brutal atas rakyat Gaza. Bayi-bayi syahid dalam pelukan ibunya, rumah-rumah luluh lantak disapu rudal, dan langit Palestina terus memerah oleh kobaran api yang berasal dari bom penjajah Zionis Israel. Namun lebih memilukan dari itu, adalah ketika para pemimpin dunia Islam justru memilih bungkam, berdamai, bahkan merangkul musuh umat dengan dalih diplomasi dan “solusi damai”.
Padahal, sejarah telah cukup menjadi saksi bahwa setiap perundingan yang diatur oleh kekuatan penjajah tidak pernah benar-benar berpihak pada Palestina. Alih-alih merdeka, wilayah Palestina terus menyusut, penderitaan rakyatnya makin dalam, dan darah syuhada terus mengalir. Inilah saatnya umat Islam berhenti berharap pada janji-janji palsu kekuatan Barat, dan mulai menatap kepada solusi yang berasal dari warisan Rasulullah ï·º sendiri.
Tidak diragukan bahwa situasi di Gaza saat ini sangat tragis. Data terakhir dari sumber seperti CNBC Indonesia menunjukkan lebih dari 56.000 korban jiwa, yang mayoritas adalah warga sipil termasuk perempuan dan anak-anak. Ini merupakan tragedi kemanusiaan yang harus dikutuk oleh siapa pun, tanpa memandang agama, ideologi, atau kebangsaan.
Solusi dua negara telah lama diupayakan oleh banyak pihak, termasuk Indonesia, PBB, dan negara-negara Arab. Kritik terhadap efektivitas solusi ini memang ada, terutama karena dalam praktiknya, pendudukan Israel dan blokade terhadap Gaza terus berlangsung, serta adanya perluasan permukiman ilegal di Tepi Barat.
Namun, menyebut solusi dua negara sebagai "solusi pembodohan" bisa menutup ruang dialog dan diplomasi yang masih menjadi jalan utama yang dipilih oleh mayoritas dunia internasional. Banyak pihak yang berjuang melalui jalur politik dan diplomasi karena meyakini itu jalan yang paling realistis di tengah ketimpangan kekuatan militer dan politik.
Seruan untuk menegakkan Khilafah dan jihad adalah isu yang sangat sensitif dan kompleks. Dalam konteks hukum internasional, politik global, dan keamanan nasional, seruan semacam ini seringkali memunculkan kekhawatiran terkait radikalisme dan konflik lebih luas. Apalagi bila jihad dipahami secara militeristik dan tidak melalui kerangka yang legal, damai, dan strategis.
Penting untuk diingat bahwa sebagian besar negara muslim termasuk Indonesia menganut sistem yang berlandaskan Pancasila, demokrasi, dan hukum nasional yang menolak segala bentuk kekerasan atas nama agama atau ideologi.
Umat Islam di seluruh dunia punya peran penting dalam membela Palestina, tetapi perjuangan itu bisa dilakukan melalui berbagai cara:
1. Humanitarian dengan menyumbang, menjadi relawan, menyuarakan penderitaan rakyat Gaza di forum-forum internasional.
2. Politik dengan menekan pemerintah dan organisasi internasional agar bertindak lebih tegas terhadap Israel.
3. Edukasi dan Media: membangun kesadaran global lewat informasi, media sosial, dan kampanye damai.
4. Doa dan solidaritas: menguatkan batin dan terus mendoakan keselamatan bagi warga Palestina.
Gaza tidak hanya membutuhkan bantuan kemanusiaan sesaat. Gaza tidak cukup ditolong dengan kutukan di media sosial atau diplomasi yang tak menghasilkan apa-apa. Gaza membutuhkan pembebasan. Dan pembebasan itu hanya akan terjadi bila umat Islam bersatu dalam satu barisan, di bawah satu kepemimpinan, membawa satu panji Islam di bawah naungan Khilafah Islamiah. [My]
Surabaya, 14 Juli 2025
Baca juga:

0 Comments: