Headlines
Loading...
Mengajak Keluarga Kembali Pulang

Mengajak Keluarga Kembali Pulang


Oleh. Lilik Yani
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Sesungguhnya kita diciptakan oleh Allah, dan kita akan kembali kepada Allah. 

Asal kita adalah penduduk surga. Allah menciptakan Nabi Adam dan ditemani Bunda Hawa ditempatkan di surga sebagai tempat tinggal sangat indah dan tercukupi semua kebutuhan. Di bumi kita menunaikan ibadah sebagai hamba Allah, dengan mengikuti aturan Allah. Insyaallah nanti jika sudah saatnya, maka Allah akan memanggil pulang. Kembali ke surga, insyaallah. Dengan syarat selama di dunia kita murni menyembah Allah, tunduk taat aturan yang dicontohkan Allah.

Bagaimana kalau kita melakukan kesalahan? Tak ada manusia sempurna. Manusia tempat salah dan lupa. Allah akan mengampuni kesalahan hamba-Nya jika hamba mau kembali pulang, kembali ke jalan yang benar. Jalan yang diridai Allah, yaitu Islam, dengan semua syariat yang akan membawa keselamatan.

Ketika Dulu Bapak Ibuku Tidak Tahu Aturan Islam

Ingat sekali, dulu kalau anak-anaknya sakit, bukannya dibawa ke dokter, tapi ke orang pintar yang disebut "mbah". Ada masalah apa pun di keluarga besar, sasarannya adalah datang ke rumah mbah. Astagfirullah.

Ketika dulu ada keluarga yang meninggal, selalu dikirim doa selamatan di hari 40, 100, setahun, dan seterusnya. Sebagai anak kecil, aku senang-senang saja karena bisa makan enak. Ada ayam panggang yang lezat, meski hanya kebagian leher atau sayap.

Tak ada yang mengingatkan, karena tradisi adat istiadat sekampung seperti itu. Hingga suatu saat aku hijrah ke Surabaya untuk kuliah. Allah membuka jalan ampunan. Sambil kuliah, aku rajin sekali mengkaji Islam. Mengkaji Al-Qur’an dengan terjemah dan tafsir hingga ditunjukan hukum-hukum setiap amalan dengan sangat meyakinkan.

Saatnya Harus Kembali Pulang

Allah sangat memahami kelemahan hamba-Nya. Banyak menjalankan amal ibadah tanpa dasar atau aturan. Kebanyakan ikut aturan orang banyak, atau pada umumnya. Allah mengampuni jika hamba mau kembali. Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.

Jatuh bangun dalam beramal saleh, godaan setan tak ada jeda untuk mengajak umat dalam kesesatan. Namun Allah lagi-lagi akan senantiasa menawarkan ampunan jika hamba-Nya mau kembali pulang.

QS Ali Imran: 135

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ 

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedangkan mereka mengetahui(-nya)." 

Ayat ini memiliki makna penting dalam kehidupan seorang muslim, yaitu peringatan untuk segera bertobat. Setelah melakukan kesalahan, seorang muslim dianjurkan untuk segera mengingat Allah, menyesali perbuatan dosanya, dan memohon ampunan-Nya. 

Demikian juga diriku, ketika tahu bahwa amal yang dilakukan keluargaku dulu salah, maka aku segera pulang menemui ibu bapak sekeluarga. Aku ceritakan apa yang aku kaji dan dalil ayat-ayat Al-Qur'an yang ditunjukkan. 

Ibaratnya, obyek dakwah pertamaku adalah keluargaku. Aku takut sekali dengan dosa. Aku ingin semua keluargaku masuk surga. Ketika tahu indahnya syariat Islam, apalagi ditunjukkan ayat-ayat Al-Qur'annya secara langsung oleh guru. Aku sangat takjub dan terpesona. Empat hari dalam sepekan aku mengkaji Islam. Seolah balas dendam karena sejak kecil tak mendapat ilmu Islam.

Bagi ibu bapakku, yang penting sudah salat 5 waktu ditambah tahajud, lalu puasa Ramadan dan Senin Kamis, itu sudah bagus. Ekonomi sangat susah saat itu, jadi bapak ibuku mengutamakan nilai akademis. Trauma sekolah swasta sangat mahal, jadi harus rajin belajar agar bisa masuk negeri. Jadilah aku dan adikku hanyalah para juara akademis di sekolah, saat ujian disuruh membaca Al-Qur’an, tidak bisa. Sedih.

Hikmah Kuliah di Surabaya

Sungguh semua atas izin Allah. Allah gerakkan hatiku untuk kuliah di Surabaya sejak SMP. Kuliah ITS menjadi impianku kala itu. Hingga saat SMA aku memilih jurusan A1 yang muridnya hampir semua laki-laki. Aku hanya bertiga perempuan. Namun, ternyata ibu tak setuju aku kuliah teknik ITS. Jadilah terdampar di Analis Unair yang mahasiswanya dominan perempuan.

Allahku, semua ketetapan-Mu terbaik. Maafkan hamba jika marah dan protes saat itu. Marah, seolah pelajaran yang aku pelajari sia-sia. Kuliah di tahun pertama tak ada kesan. Sekadar gugur kewajiban. Jika ternyata nilaiku tetap bagus, bukan karena aku senang belajar, tapi biar segera lulus dan meninggalkan tempat yang tak aku sukai.

Allahku, skenario-Mu begitu indah, Engkau kenalkan aku dengan teman-teman Radiologi, beda jurusan dengan aku. Diajaknya aku mengkaji Islam, mengenal Al-Qur’an lebih dalam. Belum ada syarikah saat itu, tapi ada kajian ilmu syariat yang sangat mencerahkan. Keberanian sang guru untuk kekeuh memilih jalan berbeda meski ditentang pemerintah. Aku menangis saat itu. Begini ya rasanya memegang bara kebenaran Islam.

Allahku, syukur tak terkira ketika obyek dakwah pertamaku, keluargaku menerima apa yang aku sampaikan. Terutama ibuku yang langsung sami'na wa atha'na menerima syariat Islam tanpa banyak tanya. Padahal, siapa yang tak tahu ibu? Orang paling heboh di keluarga. Ramai, suka marah, cerewet, apa-apa dikomentari jelek. Namun, ketika Islam aku sampaikan, ibuku tunduk, patuh, siap kembali pulang sesuai aturan Allah.

"Kalau memang apa yang dilakukan selama ini salah, lalu Al-Qur’an menunjukkan amalan yang benar, jadi ibu manut saja," ucap ibu penuh sesal dan banyak istigfar.

Allahku, alhamdulillah kini aku sudah berkeluarga dan mempunyai anak cucu. Anggota keluargaku semakin banyak. Semua atas izin-Mu. Mohon, bimbinglah kami sekeluarga, untuk senantiasa tunduk taat hanya kepada-Mu semata. 

Allahku, hamba terus belajar dan mengajak anak cucu sekeluarga juga terus semangat belajar Islam. Mohon bimbinglah dan berikan kemudahan memahami. Jika terbesit rasa malas, tolong kuatkan iman dan semangat kami.

Allahku, tak mampu hamba menjangkau anak-anak dan cucu-cucu kami yang sudah bergerak di berbagai tempat. Mohon titip, ya Allah. Titip, jaga keluarga kami di mana pun berada. Semoga senantiasa sehat, semangat beribadah dan senang mengkaji Islam, sebagai bekal pulang kepada Allah. Pulang menuju jalan kebenaran, jalan keselamatan, yaitu surga-Mu, ya Allah. Amin.

Wallahualam bissawab. [Ni]

Surabaya, 17 Juli 2025

Baca juga:

0 Comments: