Janji Tinggal Janji: Pemerintah Belum Serius Perbaiki Nasib Guru
Oleh. Aqila Fahru
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Para guru dan massa melakukan aksi demo di depan Gedung Negara Provinsi Banten diakibatkan tunjangan tambahan (tuta) guru yang tak kunjung dibayarkan. Selama enam bulan para guru menunggu kepastian mengenai tuta ini namun tak kunjung menemukan titik terangnya.
Demo dilakukan oleh massa yang berasal dari Aliansi Guru Pendidikan Provinsi Banten di depan gerbang Gedung Negara yang sekaligus menjadi rumah dinas Gubernur Banten. Tuntutan tidak hanya mengenai tuta, akan tetapi juga terdapat tuntutan mengenai pengangkatan guru honorer baru serta pengangkatan pengawas sekolah (news.detik.com, 03/07/2025).
Nasib para guru di Indonesia semakin hari bukannya semakin terang tetapi semakin suram. Dibuktikan dengan penghapusan tunjangan tambahan atau tuta dari APBD Banten tahun 2025.
Berita ini seketika mengkhawatirkan para guru. Dengan kebutuhan hidup yang kian hari kian mahal dan kian banyak tetapi sumber penghasilan tidak dapat menanggung kebutuhan dasar yang dibutuhkan. Hari demi hari makin dirasakan hidup ini terasa makin sulit. Para guru pun melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan tunjangan tambahan tersebut, salah satunya dengan melakukan demonstrasi. Itulah mirisnya kondisi guru kita pada hari ini. Sungguh sangat memilukan.
Kesejahteraan guru merupakan sebuah PR yang besar bagi pemerintah. Guru merupakan pondasi pembangun bangsa yang menentukan kecerdasan masyarakat. Dengan ketidakadilan yang dirasakan oleh para guru secara tidak langsung juga akan memengaruhi para siswa. Guru menjadi kurang fokus dalam mengajar dikarenakan dihantui rasa takut atas ketidakpastian dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya sendiri sebagai manusia. Penggajian yang layak seharusnya diusahakan dengan maksimal oleh pemerintah untuk memaksimalkan proses belajar mengajar. Karena kita ketahui pendidikan merupakan hal yang krusial yang harusnya difokuskan untuk dikelola dengan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin, karena nasib negara bergantung pada kualitas masyarakatnya juga. Dengan makin rendahnya gaji guru, makin lemahnya kualitas guru yang pada akhirnya berimbas pada siswa yang tidak dapat menerima pendidikan dengan baik.
Kebijakan dihilangkannya tuta ini dilakukan karena guru hanya dianggap sebagai sekadar pekerja, bukan sebagai pendidik. Diperparah dengan negara menganggap pendidikan sebagai kebutuhan tersier, bukan kebutuhan primer. Negara pun memberlakukan pendidikan hanya sebagai salah satu sumber pemasukan negara, bukan sebagai sebuah tanggung jawab yang harusnya dituntaskan dengan semaksimal mungkin. Gaji guru dipangkas, pajak buku dinaikkan, sekolah dimahalkan, fasilitas pendidikan yang terbatas, dan masih banyak sekali PR pada ranah pendidikan yang seharusnya pemerintah selesaikan dengan segera.
Namun, kita menyadari bahwa perubahan tidak akan pernah terwujud apabila sistem pemerintahan saat ini masih menggunakan kapitalisme sebagai asasnya. Kapitalisme yang menjadikan segala aspek kehidupan sebagai sumber kekayaan, sehingga menjadikan pemerintah gelap mata dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya atas materi yang tiada habisnya. Belum lagi sistem regulasi keuangan yang selalu mengandalkan utang kepada luar negeri sehingga memberikan gaji besar kepada guru merupakan sebuah beban bagi negara.
Sangat berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang menjamin kesejahteraan guru. Jasa para guru dalam sistem Islam sangat dihargai dengan nilai tinggi dikarenakan guru sebagai tombak negara dalam mencerdaskan dan membina masyarakat agar masyarakat terbebas dari kebodohan. Dalam Islam, guru dipandang tidak hanya sekadar sebuah profesi untuk menghasilkan uang, akan tetapi guru merupakan sebuah profesi yang memiliki peran yang sangat strategis dalam membina generasi serta memajukan peradaban.
Dalam sistem Islam, negara akan sangat mampu untuk memberikan gaji yang layak bahkan lebih kepada guru, dikarenakan negara yang menggunakan asas Islam akan memiliki sumber pemasukan yang beragam sesuai dengan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah, yang tidak sama seperti saat ini.
Sumber pemasukan utama berasal dari pengelolaan sumber daya alam dan manusia yang dimaksimalkan dan diregulasi dengan baik untuk kebutuhan masyarakat, bukan untuk diperjual belikan kepada swasta. Serta berbagai macam sumber yang lainnya sesuai dengan syariat Islam. Sistem ekonomi Islam yang bersumber dari Qur'an, sunah, ijma’ dan qiyas sahabat akan mampu menaikkan nasib seluruh umat manusia.
Wallahualam bissawab. [An]
Baca juga:

0 Comments: