Islam Atasi Bahaya Gawai dan Media Sosial
Oleh. Rani HS
(Muslimah Rindu Jannah)
SSCQMedia.Com—Gawai dan media sosial ibarat pisau bermata dua. Jika digunakan untuk kebaikan, tentu akan berdampak positif. Namun, jika disalahgunakan untuk keburukan atau kemaksiatan, dampak negatifnya pun tak terhindarkan. Semuanya bergantung pada cara dan tujuan penggunaannya.
Saat ini, seiring dengan kemajuan teknologi gawai, kurangnya kontrol dari pihak yang berwenang—terutama pemerintah—telah menimbulkan berbagai masalah. Kasus kekerasan, pelecehan seksual, kerusakan moral, dan penyimpangan akidah yang bersumber dari media sosial sering kali diberitakan. Ironisnya, kebanyakan korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifatul Choiri Fauzi, menyatakan bahwa sebagian besar penyebab atau sumber kekerasan terhadap perempuan dan anak dipicu oleh media sosial atau gawai. Hal ini terjadi karena gawai bebas diakses oleh siapa saja, mulai dari anak-anak di bawah umur hingga lansia.
Data menunjukkan, pada 1 Januari hingga Juni 2025, terdapat 11.800 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Angka ini meningkat menjadi 13.000 kasus dari awal Januari hingga 7 Juli 2025.
Semua ini terjadi akibat absennya kontrol pemerintah sebagai "junnah" (perisai). Peraturan sering kali baru diterbitkan setelah munculnya kasus-kasus yang mengkhawatirkan, memakan banyak korban, dan meresahkan masyarakat.
Banyak masalah muncul akibat penggunaan telepon seluler yang berlebihan, salah satunya terkait kasus pornografi anak di ruang digital. Mengacu pada survei National Center On Missing and Exploited Children (NCMEC), Indonesia menempati peringkat keempat secara global dan peringkat kedua di kawasan ASEAN dalam kasus pornografi anak di ruang digital. Beragam tontonan yang tidak edukatif serta tayangan yang merusak moral dan akidah umat menjadikan perempuan dan anak-anak sebagai sasaran eksploitasi kejahatan.
Dalam sistem kapitalis sekuler seperti saat ini, rakyat kecil sering kali menjadi korban kegagalan pemerintah dalam mengurus rakyatnya. Padahal, Islam telah memberikan rambu-rambu penting:
ÙƒُÙ„ُّ رَاعٍ Ù…َسْئُÙˆْÙ„ٌ عَÙ†ْ رَاعِÙŠَتِÙ‡ِ.
"Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya."
Semua ini bermuara dari sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan yang saat ini dijadikan pandangan hidup. Akibatnya, lahir kurikulum pendidikan yang menjauhkan anak-anak dari akidah Islam dan syakhsiyah Islamiah (kepribadian Islam). Secara otomatis, ini akan melahirkan generasi Islam yang lemah, minim akidah dan akhlak, serta menimbulkan berbagai masalah dalam setiap lini kehidupan.
Solusi Islam
Dalam Islam, negara berfungsi sebagai perisai (junnah) bagi rakyatnya. Oleh karena itu, semua hukum yang diterapkan bersifat jawabir (sebagai pencegahan atau preventif) dan jawazir (memiliki efek jera).
Negara akan menjamin keselamatan seluruh rakyatnya, baik secara fisik maupun psikis. Negara dalam naungan pandangan hidup Islam akan membawa kesejahteraan dan keselamatan dunia dan akhirat. Alangkah indahnya hidup dalam naungan ideologi Islam kafah. []
Baca juga:

0 Comments: