Ilusi Ketidakberdayaan: Apakah Pembebasan Palestina Sekadar Khayalan?
Oleh. Qonita Fairuz Salsabila, Lc.
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Tragedi genosida yang semakin menjadi-jadi di Gaza menggerakkan sejumlah aktivis kemanusiaan untuk menembus laut menuju Gaza dengan Kapal Madleen untuk menyalurkan bantuan (Kompas.id, 13-06-25). Long march global pun diserukan untuk mengetuk hati para penguasa dan militer Mesir agar mau membukakan perbatasan Rafah. (tempo.co 20-06-25)
Gerakan tersebut seharusnya semakin menyadarkan kita, bahwa kekejaman Israel juga AS semakin jelas, hingga obat-obatan dan makanan pun terus mereka halangi agar dapat membumihanguskan penduduk Gaza dengan berbagai serangan, pemboikotan serta kelaparan. Maka, tak ada yang dapat benar-benar membebaskan Palestina melainkan kekuatan militer kaum muslimin.
Ilusi Ketidakberdayaan Faktor Terbesar Tertundanya Pembebasan
Akan tetapi, wahm ‘ajzi (ilusi ketidakberdayaan) yang dijangkiti oleh kaum muslimin hari ini menjadi faktor mendasar yang menghalangi mereka untuk berani menyuarakan bahwa satu-satunya solusi bagi Palestina adalah pembebasan, yakni dengan jihad. Ilusi ini juga yang dijangkiti oleh para militer umat Islam, sehingga nyali mereka begitu ciut untuk menembus perbatasan dan menyelamatkan saudara-saudara seimannya.
Wahm ‘ajzi bagaikan penyakit berat yang bisa merusak kestabilan akal manusia untuk bisa terus dalam kesadaran yang sempurna. Bahkan persatuan di bawah satu kepemimpinan pun menjadi suatu yang nampak utopis karena adanya sekat nasionalisme yang sudah diadopsi setiap negeri kaum muslimin.
Mewujudkan Pembebasan Palestina
Oleh karena itu, perkara pertama yang harus kita lakukan adalah melepaskan belenggu pemikiran yang merupakan bentuk dari penjajahan yang begitu halus. Selama penjajahan pemikiran terus kita biarkan, maka perubahan besar akan semakin sulit tuk terwujudkan. Padahal, kita adalah umat yang kuat selama kita memiliki keimanan dan persatuan. Sebagaimana firman Allah swt:
“Dan janganlah kalian bersikap lemah dan janganlah kalian bersedih hati, padahal kamulah orang- orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kalian beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
Allah Swt. juga melarang kaum muslimin berselisih yang akan menjadikan kekuatan kaum muslimin melemah bahkan hilang. Dia berfirman:
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.” (QS. Al-Anfal: 46)
Rasulullah pun bersabda:
“Umat Islam itu bersatu menghadapi lawan mereka. Darah dan harta mereka setara. Orang paling rendah di antara mereka bisa memberi jaminan (pada orang kafir) yang berlaku atas kaum muslimin, dan orang terjauh mereka mendapat hak atas jasanya membela kaum muslimin." (HR. Ibnu Majah)
Kedua, berdasarkan data yang ada, kita akan temui bahwa militer kaum muslimin adalah militer yang kekuatannya juga tidak kalah besar dibandingkan dengan negeri adidaya hari ini, di mana hari ini banyak sekali dari kita yang tidak mengetahuinya, sehingga berdampak pada sikap yang gentar untuk menyerukannya.
Sebagai contoh, Turki yang merupakan negara muslim terkuat, bahkan menduduki peringkat ke-9 terkuat dari keseluruhan 145 negara. Indeks ‘military power’-nya naik dari yang tercatat mencapai 0,1902 pada last review GFP tahun 2025. (Indeks Military Power ini jika mendekati angka 0,000 maka dianggap 'sempurna’ dalam hal kekuatan militernya).
Pada 2025 ini, pemerintah Turki berhasil mengumpulkan personel militer aktif hingga 883.900 personel, disertai total stok pesawat tempur berjumlah 1.083, dan stok tank yang juga naik menjadi 2.238, dengan anggaran militer USD 8 miliar per-tahun (data GFP di 2023).
Pakistan menduduki peringkat ke 12 dalam ranking kekuatan militer GFP, dengan indeks military power-nya berada di angka 0,2513. Memiliki 654.000 personel militer aktif, 1400 aircraft, 2627 stok tank, dengan anggaran militer USD 7,5 miliar per-tahun.
Mesir sebagai negara tetangga Palestina merupakan negara timur tengah yang militernya terkuat. Mesir tercatat ke dalam 20 negara dengan militer terkuat di dunia, yang menduduki peringkat 19 dengan indeks 0,3427 pada last review GFP di 2025. Tercatat pada data 2023 saja, Mesir memiliki setidaknya 695 pesawat tempur, 3.032 tank, 8 kapal selam, dan 440.000 personel militer aktif. dan USD 2,7 miliar anggaran militer per-tahun.
Selain itu, menurut GPF Pakistan juga menduduki peringkat ke 12 dari seluruh militer di dunia, sedangkan Indonesia peringkat 13.
Ketiga, terlepas dari data yang membuktikan potensi besar yang dimiliki oleh militer kaum muslimin, alasan terpenting bagi kita untuk menyerukan pembebasan adalah adanya kewajiban jihad, yang tidak memandang zaman, bagaimanapun kondisi kaum muslimin. Jihad tetap wajib meski berat dan dibenci oleh manusia, sebagaimana firman Allah Swt.:
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Jihad sebagaimana penjelasan para ulama yang diwajibkan kepada kaum muslimin terdiri dari dua jenis, yaitu jihad difa’i (defensif) dan jihad bad’i (ofensif). Jihad difa’i ini menjadi fardhu ‘ain bagi setiap muslim yang berada di wilayah yang dijajah atau diserang oleh musuh Islam, agar tetap mempertahankan tanahnya hingga titik darah penghabisan. Apabila perlawanan terhadap musuh tidak tercukupi oleh para militer dan kaum muslimin di wilayah tersebut, maka kewajiban jihad yang fardhu ‘ain ini menjadi melebar ke wilayah sekitarnya, hingga batas musuh dapat hengkang.
Adapun jihad bad’i adalah jihad untuk melakukan futuhat (pembebasan) agar wilayah yang masih kufur menjadi tunduk menerapkan sistem Islam, di mana hukumnya adalah fardhu kifayah. Maka jelas, bahwa pembebasan Palestina dengan pengiriman militer adalah perkara paling mendesak dan satu-satunya solusi atas penjajahan zionis Israel kepada tanah kaum muslimin yang disucikan. Kewajiban ini jelas haram untuk ditinggalkan, dibelokkan, dikriminalisasi sehingga justru dianggap suatu tindakan terorisme.
Keteguhan saudara kita di Palestina cukup menjadi contoh bagi kita, di mana mereka terus bertahan dalam waktu yang tidak singkat, penuh kesulitan, kelaparan, dan genosida yang sengat mengerikan, semata-mata karena mereka memahami kewajiban dan kemuliaan jihad, serta balasan bagi para syuhada kelak di akhirat. Bahkan Rasulullah saw. mengatakan bahwa puncak tertinggi amalan adalah jihad.
Sudah saatnya kita sambung seruan resolusi jihad ulama di berbagai belahan dunia hari ini sehingga dapat menyadarkan pikiran para penguasa dan militernya yang terbelenggu oleh wahmu ajzi’ yang ditanamkan dengan begitu kuat oleh musuh Islam.
Wallahualam bissawab. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: