Di Balik Seruan Dua Negara: Pengkhianatan atas Tanah Para Syuhada
Oleh. Aqila Fahru
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk, mengguncang perhatian masyarakat dunia. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyoroti bahwa wilayah tersebut menghadapi situasi yang sangat mengenaskan, ditandai dengan eskalasi angka korban jiwa dan kerusakan infrastruktur akibat serangan militer Israel.
Dalam satu hari terakhir saja, tercatat 80 warga Palestina meninggal dunia, termasuk yang berada di kamp pengungsian dan titik-titik penyaluran bantuan. Dalam pernyataannya kepada komunitas internasional, Guterres menegaskan bahwa langkah gencatan senjata tidak akan cukup mengatasi krisis yang ada. Ia menegaskan urgensi pencarian solusi politik yang menyeluruh, dengan menekankan pentingnya implementasi solusi dua negara. Menurutnya, sudah saatnya dunia mendukung pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat agar rakyat Palestina tidak lagi terperangkap dalam kehidupan yang tercerabut dari hak-hak dasar kemanusiaan. Ia menyebut bahwa 5 juta warga Palestina masih hidup tanpa akses penuh terhadap hak politik dan sipil mereka.
PBB juga tengah merencanakan konferensi internasional pada Juli ini untuk mendorong implementasi solusi dua negara sebagai langkah konkrit menuju perdamaian yang berkeadilan. Sementara itu, serangan Israel terus menyasar lokasi-lokasi sipil, seperti kafe, pusat komersial, dan kamp pengungsian termasuk di Rafah, di mana warga sipil yang sedang mengakses bantuan menjadi korban. Data dari lembaga kemanusiaan GHF menyebutkan bahwa total korban tewas di lokasi distribusi bantuan telah mencapai 838 orang. (aceh.tribunnews.com, 15/7/2025)
Kondisi Gaza makin memburuk di tengah sikap yang dianggap sebagai pengabaian dari sebagian besar pemimpin negara-negara muslim. Dorongan sejumlah pihak untuk mendesak Zionis menerima solusi dua negara dinilai tidak masuk akal dan berpotensi menyesatkan umat. Pada kenyataannya, baik Israel maupun Amerika Serikat tak menunjukkan kesediaan untuk benar-benar mengakui kemerdekaan Palestina secara utuh dan berdaulat.
Bagi rakyat Palestina yang konsisten memperjuangkan tanah suci, tidak ada ruang untuk kompromi yang menyerahkan satu inci pun wilayah kaum Muslim kepada kekuatan penjajah. Mereka tetap memegang teguh warisan perjuangan dan perjanjian Umariyah, serta pengorbanan para syuhada yang rela menukar nyawanya demi mempertahankan tanah yang mereka yakini sebagai amanah.
Dengan situasi ini, pembantaian terhadap warga sipil diperkirakan akan terus berlangsung, dan perjuangan dari dalam Palestina pun akan tetap menyala. Dalam pandangan sebagian kalangan, satu-satunya jalan menuju penyelesaian sejati bagi krisis Gaza dan Palestina adalah melalui kebangkitan institusi politik Islam yang dipimpin oleh Khilafah, yang memiliki mandat untuk memimpin jihad secara terorganisir.
Apa yang terjadi di Gaza seharusnya menjadi titik balik bagi umat untuk kembali merenungkan bahwa harapan kepada solusi Barat justru menjauhkan mereka dari jalan penyelesaian sejati. Dalam kerangka perjuangan Islam, Khilafah merupakan institusi warisan kenabian yang telah terbukti menjaga kehormatan umat dan menjadi penggerak kebangkitan yang autentik.
Karena itu, sudah semestinya umat mendukung dan ambil bagian dalam gerakan dakwah ideologis yang menyerukan penegakan Khilafah. Itulah bentuk kesungguhan dalam membela Gaza dan membebaskan umat dari tekanan dan kehinaan hidup di bawah sistem sekuler kapitalistik yang terus melanggengkan ketidakadilan. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: