Headlines
Loading...
Birrul Walidain, Jalan Menuju Surga

Birrul Walidain, Jalan Menuju Surga


Oleh. Eka Suryati 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.ComBirrul Walidain merupakan jalan menuju surga bagi seorang anak. Dengan berbakti kepada orang tua, terbukalah pintu surga baginya. Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah sangat menganjurkan, bahkan mewajibkan, untuk berbakti kepada orang tua.

Mengapa anak-anak harus berbakti kepada orang tuanya (birrul walidain)? Salah satu alasan bahwa kita wajib berbakti kepada orang tua adalah karena hal ini merupakan perintah langsung dari Allah. Berbuat baik kepada kedua orang tua menunjukkan betapa mulianya kedudukan mereka. Perintah untuk berbakti seorang anak disejajarkan dengan perintah menyembah Allah, seperti yang tercantum dalam QS. Al-Isra ayat 23:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak..."

Bagi saya, berbakti kepada orang tua adalah bentuk ibadah kepada Allah, bukan hanya urusan sosial, budaya, atau tradisi.
Pengorbanan dan kasih sayang dari Mama dan Papa membuat saya dan adik saya ingin terus berbakti kepada mereka. Papa sebagai kepala keluarga telah memberi kami nafkah sampai kami menikah dan tak lagi menjadi tanggung jawab mereka sepenuhnya. Mama, sosok mulia ini, telah menanggung kehamilan, melahirkan, menyusui, serta membesarkan kami dengan penuh pengorbanan dan cinta tanpa pamrih. Maka, wajar jika saya menunjukkan rasa terima kasih dan penghormatan melalui bakti kepada keduanya.

Berbakti kepada orang tua membuka pintu keberkahan dalam hidup, memperpanjang umur, dan mendatangkan rezeki. Keutamaan itu membuat anak-anak akan berlomba-lomba untuk berbakti kepada orang tuanya. Betapa Allah memang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Di balik kewajiban seorang anak kepada orang tuanya, Allah menjanjikan pahala yang berlimpah dan menjadi bekal bagi anak-anak untuk memasuki surga-Nya.

Saya sangat bersyukur kepada Allah, sampai usia dewasa ini, masih diberi kesempatan untuk mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari Mama dan Papa. Walau kini Mama telah tiada, kasih dan sayangnya masih dapat kurasakan hingga kini. Sebagai bentuk bakti saya pada Mama yang telah tiada, saya melangitkan doa-doa untuknya, agar diberi pengampunan atas segala dosa dan khilafnya. Saya memohon kepada Allah agar dilapangkan alam kuburnya dan kelak dimasukkan ke dalam surga bersama kami anak-anaknya.

Saat ini, Papa memasuki usia senja. Tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Terkadang Papa sakit, nafsu makannya pun berkurang. Semoga saya dan adik saya dapat berbakti padanya dan bisa membuat Papa nyaman di usia senjanya.

Merawat Papa bukan hanya tentang bakti anak pada orang tua. Lebih dari itu, Papa adalah warisan cinta Mama yang sampai menutup usia selalu setia mendampingi Papa dalam suka dan duka. Merawat Papa berarti merawat cinta Mama yang berpesan untuk menjaga Papa jika Mama telah tiada.

Berbakti pada Mama dan Papa tidak hanya terbatas pada menyayangi mereka, merawat mereka secara fisik, tetapi juga melalui akhlak dan doa yang tulus. Bahkan setelah mereka tiada, birrul walidain tetap bisa saya lakukan. Dalam sebuah hadis riwayat Muslim yang pernah saya baca, Rasulullah bersabda bahwa seorang anak bisa terus berbakti kepada orang tuanya setelah wafat dengan cara mendoakan mereka, meminta ampunan untuk mereka, menunaikan janji atau wasiat mereka, serta menyambung tali silaturahmi dengan orang-orang yang dekat dengan mereka. Saya juga bisa bersedekah atas nama mereka agar pahalanya mengalir untuk Papa dan Mama.

Birrul walidain juga berarti saya harus menjadi anak yang baik. Tak cukup hanya berbuat baik kepada Papa yang masih hidup atau mendoakan Mama dengan tulus setiap harinya. Saya juga harus mampu memperbaiki diri sendiri, menjadi pribadi yang salihah. Karena salah satu amal jariyah yang terus mengalir untuk orang tua adalah anak yang saleh atau salihah yang mendoakannya. Maka, saya ingin menjadi perempuan salihah, bukan hanya demi diri saya, tetapi agar Mama dan Papa juga mendapatkan pahala kebaikan dari setiap langkah hidup saya yang akan datang.

Menjadi wanita salihah berarti menjaga kehormatan diri, menunaikan tanggung jawab dengan ikhlas, memperbanyak amal saleh, dan menjaga lisan serta akhlak.

 Setiap ilmu yang saya timba, setiap sedekah yang saya beri, setiap tulisan yang saya torehkan dalam kebaikan, semoga menjadi aliran pahala juga untuk Mama dan Papa. Karena mereka yang telah membesarkan saya, merawat, dan mendidik saya hingga saya menjadi seperti hari ini.

Saya ingin ketika mereka berdiri di hadapan Allah kelak, mereka tersenyum karena anak perempuan mereka menjadi pemberat amal kebaikan, bukan pemberat dosa. Saya ingin Mama dan Papa berkata pada Allah, “Itulah anak kami, ya Rabb, yang kami didik dengan cinta, dan dia menjadi jalan kami ke surga.”

Inilah persembahan bakti saya yang tak akan putus meski kelak mereka tiada. Sebab birrul walidain bukan hanya tentang masa lalu dan hari ini, tetapi juga tentang masa depan dan akhirat. Saya ingin terus menanam kebaikan agar buahnya bisa mereka petik di surga.

Saya sadar bahwa jalan menuju surga tidak selalu harus melalui hal-hal besar yang tampak oleh dunia. Terkadang, jalan itu hadir dalam bentuk yang sederhana tetapi penuh makna: pelukan hangat untuk Papa, doa yang lirih untuk Mama, kesabaran dalam melayani, dan ketulusan dalam menjadi anak yang salihah. 

Birrul walidain bukan sekadar kewajiban, melainkan kehormatan dan jalan cinta menuju rida Allah. Selama hayat masih di kandung badan, akan saya jalani jalan ini dengan penuh syukur dan harap, agar kelak kami dipertemukan kembali di surga—tempat di mana cinta seorang anak kepada orang tuanya menemukan muaranya yang abadi.

Kotabumi, 18 Juli 2025 [MA]

Baca juga:

0 Comments: