Headlines
Loading...

Oleh. Neni Arini
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Pernikahan merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Lebih dari sekadar hubungan antara dua insan, pernikahan adalah jalan untuk menjaga kehormatan, menenangkan jiwa, dan membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.

Menikah dalam Islam bukan sekadar kontrak dua individu, melainkan  menjadi sebuah perjalanan spiritual dan sosial yang bertujuan untuk mendapatkan rida Allah. Dengan  menikah bisa menjaga kesucian dan menundukkan pandangan, menjadi jalan untuk melanjutkan keturunan dan memperbanyak umat, merupakan ibadah seumur hidup, membuka pintu rezeki, serta bisa menjadi Jalan Menuju Surga.

Pernikahan menjadi ladang pahala bagi suami dan istri. Suami yang memuliakan istri dan istri yang taat kepada suami, keduanya akan mendapatkan pahala. Pernikahan yang dijalankan dengan baik dapat menciptakan keluarga yang bahagia dan harmonis, sehingga bisa menjadi miniatur surga di dunia. 

Pernikahan adalah tentang saling melengkapi, bukan saling menuntut. Suami dan istri harus saling mendukung, memahami, dan membantu dalam ketaatan kepada Allah. 

Pernikahan bukan sekadar akad dan pesta. Bukan pula semata-mata berbagi tempat tidur dan tanggung jawab harian.

Suami adalah ladang pahala bagi istri, dan istri adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Di setiap sabar atas perbedaan, setiap pelukan setelah lelah, setiap doa yang kita bisikkan untuk pasangan, itu semua tak sia-sia.

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Apabila seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertakwalah pada separuh sisanya.”
(HR. Al-Baihaqi)

Untuk itu mari kuatkan niat dan luruskan tujuan dalam menikah,  jadikan rumah sebagai mihrab ibadah. Jadikan setiap aktivitas menikah menjadi sebuah ladang pahala.

Tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu. Dua  puluh dua tahun sudah usia pernikahanku. Suka, duka kami lewati bersama. Bertumbuh bersama melewati badai, berproses dalam mendewasakan diri, bahagia dalam setiap detik hidup yang kami lalui.

Seorang lelaki Jawa yang kupilih untuk mendampingi hidupku, menjadi ayah dari anak-anakku, dan imam untuk keluarga kecilku. Hidupku seperti sempurna, karena Allah mengirimkan pasangan hidup sesuai apa yang aku inginkan. Perbedaan diantara kami, tidak menjadikan diri merasa lebih baik, justru disitulah letak saling melengkapinya. 

Terima kasih Ayah atas segala kesabaran yang senantiasa dimiliki, terimakasih atas ketidaksempurnaanku kau jadikan sesuatu yang istimewa. Terima kasih telah menjadi sumber kebahagiaan teruntuk kami.

Maha baiknya Allah yang telah mempertemukan aku dengan laki-laki yang banyak memberikan hikmah hidup, yang mengajarkanku akan sebuah cinta sebagai hamba Allah, mengajarkanku akan sebuah keikhlasan, dan mengajarkanku akan hati yang mudah untuk memaafkan.

Mengingat kembali proses dulu kami bersama. Tak pernah membayangkan bahwa kami akan berjodoh. Kakak kelas sekolah, yang ternyata membawaku ke masa depan hidupku. Kami belajar bersama, mengarungi hidup, berusaha berubah menjadi versi terbaik dari masing-masing diri demi kebahagian kami, terutama untuk anak-anak.

Kita tanggalkan semua zona nyaman dari masing-masing diri. Berusaha melayakkan  diri demi bahagianya keluarga kecil kami, semua kita sandarkan bagaimana baiknya menurut Allah. Karena sejatinya proses belajar itu tak ada kata usai.

Semua tidak mudah, apalagi untuk aku yang perfeksionis yang selalu banyak tuntunan atas kenyamanan diri. Terima kasih sudah sabar dalam merubah diri. Semua kita jalani bersama, tunduk atas perintah-Nya, dan berproses memberikan versi terbaik sesuai dengan porsi tugas masing-masing. Tak pernah meributkan ini tugasmu, ini tugasku, semua berjalan dengan kesadaran yang sangat pasti.

Riak itu pasti ada, bahkan mewarnai awal perjalanan kehidupan kami, tapi kuatnya cinta untuk bahagia, sehingga  kami mampu melewati setiap kerikil-kerikil yang datang. Bukankah tujuan menikah adalah untuk beribadah kepada-Nya? Ada pahala yang Allah janjikan. Dan semua itu menjadi sumber kekuatan kami.

Ayah, kini rambut yang dulunya hitam sekarang mulai memutih, mata yang dulu kokoh, kini sudah membutuhkan bantuan penglihatan, sekarang kaca mata selalu menemani kita,  bahkan tulang yang dulunya kuat menopang tubuh kini sudah mulai melentur kekuatannya. Tidak mengapa, ya Ayah. Itu memang pasti akan dilalui sesuai dengan usia yang dilewati. Yang penting cinta itu tak akan pernah hilang, cinta yang selalu kuat untuk sama-sama meraih rida-Nya. Cinta abadi hingga jannah nantinya.

Ya Allah, 
Izinkan kami berdua untuk senantiasa berada dalam ketaatan kepada-Mu. Izinkan kami menyelesaikan tanggung jawab kami sebagai anak, orang tua dari kedua anak kami. Jadikan kami teladan untuk anak-anak kami agar mereka senantiasa mencintai Engkau, ya Rabb. Kumpulkan kami bersama di dalam surga-Mu.

Ya Allah,
Jadikanlah  pernikahanku ini senantiasa menjadi jalan dakwah, jalan menuju pahala, dan jalan menuju surga.

Kuatkan hati kami untuk saling menerima, saling menuntun dalam sabar dan syukur. Wallahu'alam bishawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: