Oleh. Rini Sulistiawati
(Aktivis Dakwah)
SSCQMedia.Com—Debu-debu perang menari di atas reruntuhan Gaza. Di bawah langit yang menghitam oleh asap dan darah, anak-anak Palestina berderet dalam barisan panjang, menanti sepiring nasi yang mungkin menjadi santapan terakhir mereka.
Ibu-ibu menggenggam tangan anak-anaknya dengan erat, berharap hari ini mereka pulang dengan perut yang tidak kosong. Namun, nyawa mereka justru direnggut oleh peluru dan rudal.
Inilah potret kebiadaban yang tak lagi bisa dilukiskan dengan kata-kata. Dunia membisu. Penguasa menutup telinga dan hati. Sementara itu, setiap jengkal tanah Gaza menangis, setiap tetes darah yang mengalir membawa pesan “Di mana keadilan? Di mana saudara-saudara seiman?”
Bukti Kekejaman yang Terus Terulang
Pada 30 Juni 2025, CNBC Indonesia, memberitakan tragedi memilukan di Gaza. Israel kembali melancarkan serangan brutal yang menargetkan warga sipil tak bersenjata. Sebanyak 42 warga yang tengah mengantri untuk mendapatkan bantuan makanan di Jalur Gaza, dilaporkan meninggal dunia. Tragedi ini bukan kali pertama. Dalam beberapa bulan terakhir, pembantaian semacam ini terus berulang tanpa jeda dan tanpa kecaman tegas dari pemimpin dunia.
Tempo, pada 29 Juni 2025, juga merilis data terbaru, bahwa jumlah korban tewas akibat agresi Israel di Gaza telah mencapai 56.600 jiwa. Ini bukan sekadar angka. Ini adalah jiwa-jiwa manusia. Saudara-saudara kita.
Saat Pemimpin Dunia Diam, Umat Tak Boleh Bungkam
Apa yang terjadi di Gaza bukan sekadar konflik. Ini bentuk genosida yang terencana dan terstruktur, dilakukan oleh rezim Zionis Israel.
Mereka tidak sedang melawan tentara. Mereka membunuhi rakyat sipil. Anak-anak, perempuan, orang tua. Mereka yang sedang mengantri bantuan makanan, mereka hanya berusaha untuk bertahan hidup.
Sungguh ironis. Dunia internasional yang selama ini lantang berbicara soal demokrasi dan Hak Asasi Manusia, justru bungkam melihat penderitaan yang terus berlangsung di Gaza. Dewan Keamanan PBB tak berdaya, dibungkam oleh veto dan kepentingan negara adidaya. Alih-alih membela, para pemimpin dunia justru lebih memilih berpihak pada Israel.
Ada yang lebih menyayat hati, sebagian besar negara Muslim malah berlomba menjalin hubungan mesra dengan penjajah Zionis. Para pemimpinnya seolah kehilangan nurani dan arah perjuangan. Mereka lebih terpikat oleh kekuasaan dan pengakuan dunia, ketimbang menjaga marwah Islam dan berdiri di sisi saudara seimannya.
Islam Tak Pernah Membiarkan Kezaliman
Islam tidak tinggal diam terhadap kezaliman. Dalam pandangan Islam, membela kaum tertindas adalah kewajiban. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 75:
"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah di antara laki-laki, perempuan-perempuan dan anak-anak yang semuanya berdoa: Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu ..."
Nabi Muhammad saw, bersabda:
"Barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka." (HR. Al-Hakim)
Palestina adalah urusan umat Islam. Dan tidak ada jalan lain untuk membebaskannya kecuali dengan cara yang ditunjukkan Rasulullah, yaitu melalui kekuatan politik Islam dalam bentuk Khilafah yang satu dan jihad yang terorganisir oleh negara yang sah. Bukan dengan diplomasi semu atau konferensi yang tak berujung solusi.
Saatnya Umat Bangkit dan Ambil Peran Nyata
Solusi sesungguhnya bagi Palestina bukanlah gencatan senjata atau bantuan makanan. Solusi itu adalah tegaknya institusi politik Islam yang akan memobilisasi seluruh kekuatan umat dalam membebaskan Palestina.
Khilafah adalah satu-satunya entitas yang akan menyatukan negeri-negeri Muslim, mengusir penjajah, menghukum pelaku kejahatan perang, dan membebaskan tanah-tanah umat yang dikuasai musuh.
Inilah saatnya para dai, penulis, jurnalis, dan seluruh elemen umat memperkuat kesadaran politik umat. Jangan lelah berbicara. Jangan lelah menyampaikan, bahwa Palestina tidak akan bebas kecuali dengan jalan yang telah dicontohkan Rasulullah, melalui institusi Khilafah yang akan memimpin jihad membebaskan Al-Quds dan menumpas Zionis.
Kita tidak boleh menunggu semua pemimpin Muslim sadar. Kita harus menciptakan gelombang kesadaran dari bawah. Biarkan umat yang mengguncang singgasana para penguasa, menuntut mereka kembali kepada Islam, atau menyingkir agar diganti dengan pemimpin yang berani menegakkan hukum Allah.
Wahai kaum Muslimin, darah yang tertumpah di Gaza adalah panggilan bagi kita. Jangan biarkan mereka mati sia-sia. Jangan biarkan antrean makanan menjadi liang kubur. Mari bergerak. Mari suarakan kebenaran. Mari tegakkan kembali Khilafah ala minhaj nabi, demi kemenangan Islam dan kehormatan umat ini. [US]
Baca juga:

0 Comments: