Headlines
Loading...
SSCQ Jejak Cinta Antara Ayat dan Aksara

SSCQ Jejak Cinta Antara Ayat dan Aksara


Oleh. Ummu Fahhala
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Sekitar dua tahun yang lalu, aku melangkahkan kaki ke dalam sebuah komunitas yang kelak mengubah hidup dan caraku memandang dunia. Awalnya, aku hanya mendengar cerita dari sahabat dekatku, seseorang yang lebih dulu bergabung dengan SSCQ. Ia begitu bersemangat berkisah tentang berbagai kegiatan SSCQ dan aku pun tertarik untuk mengikuti jejaknya.

Ia berkisah, di dalamnya SSCQ ada Challenge ODOJ (One Day One Juz), banyak bertaburan ilmu parenting, literasi, dakwah, serta beragam motivasi ruhiah yang disusun dalam kurikulum apik karya Bunda Lilik, sang founder

Kini, waktu berjalan begitu cepat. SSCQ sudah akan memasuki milad yang keempat. Rasanya baru kemarin aku bergabung, meraba-raba ritme challenge yang begitu padat namun penuh makna. Salah satu momen paling berkesan dalam perjalanan ini adalah milad ketiga yang digelar penuh kehangatan di Masjid Al-Jabar, Bandung. Saat itu, ada getar haru di dada, rasa dekat yang begitu tulus di antara para anggota, seolah kami ini saudara yang telah lama terpisah dan dipertemukan kembali oleh takdir Allah Swt.

SSCQ bukan sekadar komunitas biasa. Ia adalah madrasah kehidupan, tempat menempa diri menjadi lebih baik dari hari ke hari. Setiap challenge adalah lembaran baru dalam perjalanan ini, dari mengkhatamkan Al-Qur’an dan terjemahannya sesuai komitmen bulanan, hingga membuat laporan harian yang menjadi cermin kedisiplinan. Setiap kali menulis kesan dan pesan setelah menyelesaikan tantangan, rasanya seperti sedang bercermin ke dalam hati sendiri. Aku melihat kelemahan, semangat, dan harapan yang sering terpendam.

Dari proses itulah perlahan lahir tulisan-tulisan yang memancarkan cahaya. Bukan hanya di mata sendiri, tetapi juga bagi orang lain yang membacanya. Alhamdulillah, berkat SSCQ, kini aku memiliki belasan buku antologi yang ikut kusediakan untuk jejak alam semesta. Bunda Lilik dan Sahabat SSCQ yang lain mampu menghasilkan puluhan buku antologi karena setiap challenge diikuti secara istikamah, bahkan banyak juga yang sudah memiliki buku solo. Sungguh karunia yang tak pernah terbayang sebelumnya. 

Salah satu hal yang membuat hati ini semakin terpikat adalah kemurahan hati Bunda Lilik. Ia tidak hanya membimbing dengan berbagai ilmu dan motivasi, tetapi juga sering memberi di antaranya dengan hadiah-hadiah bagi para sahabat anggota SSCQ, menggratiskan biaya cetak bagi para pemenang challenge menulis dan lain sebagainya. Sungguh sosok yang sangat menginspirasi.

Tak berhenti di situ. SSCQ juga kerap mengadakan kuis-kuis berhadiah yang memacu semangat. Aku masih ingat betapa senangnya saat “banjir hadiah” tiba. Buku-buku karya para member SSCQ menjadi harta berharga yang kini mengisi rak bacaan di rumahku. Selain itu,  hadiah penuh syukur dan haru yang pernah kuterima adalah seekor hewan kurban di Iduladha 1446 H. 

Tak mampu kutahan air mata ketika mendengar pengumuman itu. Rezeki yang tak disangka ini pun kupersembahkan untuk Bapak tercinta. Sebuah wujud bakti, manifestasi nyata dari keberkahan SSCQ yang tak hanya menambah ilmu, tetapi juga mengalirkan kebaikan nyata dalam kehidupan keluargaku.

Selain challenge, ada pula kajian Al-Qur’an dan literasi yang membuka cakrawala. Penjelasan demi penjelasan membuat hati ini semakin rindu untuk dekat dengan Kalamullah. Setiap prosesnya begitu berkesan, mengasah jiwa, dan menguatkan tekad untuk terus menyampaikan dakwah Islam melalui tulisan.

Aku pun merasakan limpahan manfaat sejak pertama kali bergabung dengan SSCQ. Dahulu, dunia literasiku begitu sempit, hanya sebatas catatan harian pribadi. Kini, alhamdulillah, semakin terbuka jalan untuk menebar inspirasi lewat tulisan. Ilmu parenting pun semakin melengkapi peran sebagai ibu dan pendidik anak. Bahkan, pemahaman tentang dakwah terasa makin dalam, bahwa dakwah tak melulu harus di atas mimbar, ia juga bisa lahir dari lembaran-lembaran kata yang terangkai penuh makna.

Tentu saja, tak semua challenge berhasil kutuntaskan dengan sempurna. Ada kalanya waktu terasa sempit, energi menipis, dan pikiran lelah. Namun, pesan menenangkan dari Bunda Lilik selalu terngiang di telinga, "Jalani dengan bahagia, perhatikan skala prioritas." Kalimat sederhana ini adalah penawar dahaga di tengah perjalanan panjang. Ia mengusir stres, menyuntikkan semangat baru, dan mengingatkan bahwa setiap proses adalah bagian dari pendewasaan diri. Bahwa tugas utama seorang muslim adalah terus tumbuh, terus memperbaiki diri, meski langkah kecil sekalipun.

SSCQ mengajarkan satu hal penting, berteman dengan orang-orang saleh adalah investasi tak ternilai, tak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak. Aku teringat perkataan Ibnul Jauzi rahimahullah: “Jika kalian tidak menjumpaiku di surga ada di antara kalian, maka tanyakanlah tentang aku, dan katakanlah: Wahai Rabb kami, hamba-Mu Fulan dahulu mengingatkan kami kepada-Mu”

Aku juga teringat Al-Qur’an Surah Az-Zukhruf ayat 67:

ٱلْØ£َØ®ِÙ„َّآءُ ÙŠَÙˆْÙ…َئِذٍۢ بَعْضُÙ‡ُÙ…ْ Ù„ِبَعْضٍ عَدُÙˆٌّ Ø¥ِÙ„َّا ٱلْÙ…ُتَّÙ‚ِينَ

Artinya: "Pada hari itu (kiamat), orang-orang yang saling bersahabat menjadi musuh satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruf: 67).

Menurut para mufasir, ayat ini menunjukkan bahwa pada hari kiamat, pertemanan yang tidak dilandasi ketakwaan akan menjadi sumber penyesalan, bahkan permusuhan. Sebaliknya, persahabatan karena Allah dan takwa akan menjadi penyelamat, dan mereka saling memberi syafaat.
Juga hadis tentang syafaat karena persahabatan, "Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada orang-orang yang bukan nabi, bukan pula syuhada, tetapi para nabi dan syuhada pun iri kepada mereka di hari kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah."

Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa mereka?" Beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan keluarga atau harta benda. Demi Allah, wajah mereka bercahaya, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka tidak takut ketika manusia ketakutan dan mereka tidak bersedih ketika manusia bersedih." (HR. Abu Dawud no. 3527, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

Semoga ikatan ini bukan hanya berbuah karya di dunia, tetapi juga menjadi syafaat di akhirat. Semoga Allah Swt. mengumpulkan kita bersama mereka di surga-Nya, atas dasar kecintaan yang tulus karena-Nya.

Inilah SSCQ bagiku, tempat bertumbuh, berproses, memperbaiki diri, mengasah pikiran, dan meluaskan hati. Bukan sekadar komunitas literasi atau pengajian Al-Qur’an, melainkan ruang pengkaderan ruhani untuk menjadi pribadi lebih baik, lebih bermanfaat bagi sesama.

Semoga perjalanan ini tak terhenti di sini. Semoga SSCQ senantiasa menjadi ladang kebaikan yang semakin subur, menumbuhkan keistikamahan di jalan Allah Swt., menyuburkan amal saleh, dan mempererat ukhuah hingga ke surga-Nya kelak. []

Baca juga:

0 Comments: