Headlines
Loading...
Sekat Nasionalisme, Penyebab Sulitnya Membebaskan Palestina

Sekat Nasionalisme, Penyebab Sulitnya Membebaskan Palestina


Oleh. Qurrota Aini S.Sos
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Pada 15 Juni 2025 atau  bertepatan pada hari Ahad, menjadi puncak aksi Global March to Gaza. Gerakan ini merupakan bentuk aksi protes akan krisis kemanusiaan di Palestina,  berupa aksi jalan kaki dari Kairo, Mesir menuju pintu gerbang Rafah. Aksi ini diikuti oleh ribuan orang, yang berasal  lebih 50 dari negara (Liputan6.com, 15-6- 2025).

Tujuan gerakan ini adalah untuk membuka blokade bantuan hingga menumpuk di perbatasan, sehingga bantuan yang menumpuk tersebut bisa masuk dan disalurkan kepada rakyat Palestina (marchtogaza.net).

Aksi Global March to Gaza diikuti berbagai negara seperti, Tunisia, Libya, Maroko, Amerika, Eropa, Asia termasuk Indonesia. Mereka terdiri dari berbagai macam latar belakang, seperti pensiunan, perawat, jurnalis, dokter, pegiat HAM, hingga anak muda yang tidak tahan lagi melihat berita dari Gaza. Menurut chairman Aksi Kemanusiaan Indonesia Ali Amril, aksi ini adalah kelanjutan dari aksi kemanusiaan sebelumnya, termasuk aksi kapal Madleen yang sempat dicegat di laut. Menurutnya kapal Madleen mungkin digagalkan, tapi dentumannya membangunkan dunia (republika.co.id, 14-6- 2025).

Sementara itu pemerintah Mesir dilaporkan telah mendeportasi puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel di Jalur Gaza. Seorang pejabat Mesir menyatakan bahwa pemerintah telah mendeportasi lebih dari 30 aktivis di hotel dan bandara internasional Kairo. Pejabat itu menyebut para aktivis dideportasi karena "tidak mengantongi izin yang diperlukan" Kementerian Luar Negeri Mesir. Pemerintah Mesir secara terbuka menentang blokade Israel di Gaza dan mendesak gencatan segera. Namun, Kairo juga getol membungkam pembangkang dan aktivis yang mengkritik hubungan ekonomi dan politik Mesir-Israel (kompas.tv, 12-6- 2025).

Sekat Nasionalisme Menghalangi Pembebasan Palestina

Global March to Gaza adalah bentuk dari kemarahan rakyat atau umat terhadap negara-negara yang telah membiarkan terjadinya genosida di Gaza, dan kelaparan yang melanda penduduknya baik anak-anak maupun orang dewasa. Apalagi ketika kapal kemanusiaan Madleen yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Palestina dicegat dan para aktivisnya ditangkap oleh pihak zionis israel. Oleh karena itu, mereka memilih untuk bergerak sendiri melalui jaringan media sosial. Akan tetapi, mereka pun tidak bisa berbuat banyak dalam aksi Global March to Gaza, karena pihak Mesir juga tidak tinggal diam atas gerakan tersebut. 

Mesir salah satu negeri dari sekian banyak negeri-negeri muslim yang justru diam melihat kebiadaban Zionis Israel terhadap warga Palestina. Sekat-sekat Nasionalisme membuat umat Islam tidak berdaya dan membuat para penguasa negeri-negeri muslim tega membiarkan saudaranya sendiri dibantai di hadapan mata mereka, bahkan mereka menjadi budak dari negeri yang telah membunuh saudara mereka sendiri demi kekuasaan dengan izin negara adidaya yaitu Amerika Serikat.

Umat Islam harus memahami bahwa konsep Nasionalisme atau negara bangsa (nation-state) adalah konsep yang batil dan rusak. Pemahaman ini berasal dari barat saat mereka berusaha untuk membagi-bagi wilayah kekuasaan mereka setelah Daulah khilafah Islam runtuh. Karena sebelumnya, negeri-negeri muslim adalah satu, satu kesatuan dan tidak terkotak-kotak dan tidak mengenal konsep negara bangsa ini. Negara barat tidak ingin negeri-negeri muslim bersatu, oleh karena itu dibuatlah konsep negara bangsa dengan bendera yang berbeda-beda dan mereka menanamkan  pemahaman tentang Nasionalisme. Padahal dalam sebuah hadis disebutkan bahwa: "Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang diantara mereka adalah seumpama satu tubuh, apabila satu anggota tubuh sakit, maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur" (HR. Muslim).

Dari hadis di atas dapat kita pahami bahwa umat Islam seharusnya ketika ada saudaranya yang dianiaya bahkan dihilangkan nyawanya, maka umat muslim lain seharusnya merasakan penderitaan yang sama. Akan tetapi, akibat sekat Nasionalisme ini,  pemimpin-pemimpin negeri muslim hanya peduli dengan negerinya sendiri dan lebih cinta untuk menjadi teman setia dari negara  adidaya (AS) yang sudah meluluhlantakkan negeri-negeri muslim lainnya. Umat juga harus memahami bahwa paham Nasionalisme ini dijadikan musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan Khilafah Islam dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri muslim.

Oleh karena itu, sudah saatnya kaum muslim bersatu dengan kembali kepada agama Allah ini. Bagaimana kemudian Islam mengatur urusan terkait politik Islam, dan cara Islam untuk bisa membebaskan negeri kaum muslim yang dijajah atau dikuasai oleh orang-orang kafir.

Palestina adalah tanah kharajiyah (milik kaum muslim). Sudah sepatutnya kaum muslim menjaga tanah tersebut yang didalamnya terdapat masjid Al Aqsha, kiblat pertama umat Islam. Dan Palestina akan dapat dibebaskan kembali apabila sistem Islam yaitu Khilafah kembali ditegakkan di negeri-negeri kaum muslim dengan cara mereka bersatu untuk bisa menjadi negara adidaya dan mampu mengalahkan negeri-negeri kafir barat dengan politik Islam.

Sudah saatnya umat sadar untuk berjuang bersama untuk bisa menegakkan kembali Khilafah Islam di tengah-tengah kaum muslim. Karena hanya dengan Khilafah, umat Islam bisa berjaya seperti dulu lagi, yang mampu menguasai 2/3 dunia dengan cemerlang. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, dan umat Islam pun disegani di seluruh penjuru dunia. Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: