Oleh. Emniswati
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Aku masih ingat dengan jelas hari itu. Sebuah hari yang tak pernah kuperkirakan akan menggugah sisi terdalam dalam hidupku. Semuanya berawal dari sebuah status yang ditulis oleh ananda Yeni Sartika. Sebaris kalimat dalam tulisannya membuat jemariku berhenti menggulir layar. Aku membacanya pelan-pelan, lalu mengulanginya lagi dan lagi. Kata-katanya tentang pentingnya memahami makna Al-Qur’an, bukan sekadar bacaan, benar-benar menusuk kalbu.
Seketika aku merinding. Air mata tak mampu kubendung. Entah mengapa, tulisan itu seperti teguran lembut dari Allah lewat jemari seorang hamba-Nya yang salehah. Dengan tergesa-gesa, namun penuh harap, aku langsung menelepon Yeni. Suaraku bergetar saat bertanya, “Di mana aku bisa belajar Al-Qur’an secara mendalam, walau dari rumah?” Tanpa menunda, Yeni mengarahkan, bahkan langsung menghubungkan aku dengan admin dan ustazah pengajar di komunitas Sahabat Surga Cinta Qur’an (SSCQ).
Tak butuh waktu lama. Dengan izin Allah dan persetujuan dari PJ Kelas Bunda Sri Suratni, aku resmi bergabung di kelas B 1/2 juz pada tanggal 4 Januari 2025. Saat itu, kelas sedang menjalankan kurikulum ODOJ 45 dengan tema "Muhasabah Diri Menyambut Bulan Suci". Grup kami diberi nama Al-Qoyyum, dan dipimpin oleh Bunda Santi Wardani — sosok yang sangat santun, cekatan, dan selalu siap membantu kami yang masih belajar merangkak dalam memahami Al-Qur’an.
Sebagai anggota baru, awalnya aku merasa gugup dan canggung. Banyak istilah dan aturan yang belum kupahami. Namun, kehangatan dan kesabaran para sahabat SSCQ membuatku merasa diterima. Aku sangat bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik dan salehah. Di setiap kesulitan yang kuhadapi, ananda Yeni selalu siap membantu, menunjukkan jalan, dan menyemangati.
Dulu aku hanya membaca Al-Qur’an dengan cepat, sekadar menyelesaikan target bacaan. Aku tidak mengerti makna, tidak menyelami pesan. Namun, di SSCQ, aku mulai belajar menyatukan huruf dengan hati. Pada pertemuan ketiga, yang bertepatan dengan bulan Ramadan, aku memberanikan diri mengambil tantangan membaca satu juz lengkap dengan terjemahannya setiap hari.
Subhanallah, betapa besar perjuangannya. Aku harus pintar-pintar membagi waktu di sela rutinitas harian. Tapi semuanya kulakukan dengan ikhlas, demi mendapatkan rida-Nya. Dalam keheningan malam Ramadan, aku merasakan kedekatan yang baru dengan kalam-Nya. Firman Allah seakan meneguhkan langkahku: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra: 9)
Allah Maha Baik. Pada akhirnya, aku berhasil khatam tepat waktu. Sebuah pencapaian luar biasa bagiku. Tak hanya itu, aku juga menerima tanda cinta dari muasis SSCQ, Bunda Lilik S. Yani — hadiah yang sangat bermanfaat dan menyentuh hatiku yang masih rapuh, dengan ilmu yang belum seberapa.
Aku menangis haru. Tidak menyangka, sebagai anggota baru aku sudah menerima cinta sebesar itu. Namun di balik tangis syukur, ada sesal yang dalam, “Mengapa aku baru sekarang menemukan komunitas seindah ini?”
SSCQ bukan sekadar komunitas mengaji. Ia adalah ruang bertumbuh. Ia adalah keluarga tempat kami saling menguatkan dalam ikatan cinta karena Allah. Komunitas ini membuatku sadar, bahwa usia, latar belakang, atau kondisi bukanlah penghalang untuk terus menuntut ilmu.
Karena motivasi dan dukungan dari para PJ dan sahabat SSCQ, aku mendapat kesempatan bergabung dalam kelas literasi. Awalnya aku ragu. Aku merasa tak punya kemampuan menulis. Tapi dorongan dan semangat dari sahabat-sahabat yang rendah hati, namun luar biasa ilmunya, membuatku berani melangkah.
Di kelas literasi ini, kami tidak hanya belajar tentang EYD dan pemilihan diksi, tetapi juga menulis puisi, menyusun antologi, dan mengangkat kisah-kisah inspiratif yang lahir dari pengalaman pribadi. Ada juga pelatihan menjadi pemateri, menyusun tulisan motivasi, bahkan mendengarkan kisah-kisah haji dari para sahabat surga yang telah menapakkan kaki di tanah suci.
SSCQ Literasi telah membuka gerbang baru dalam hidupku. Aku jadi berani bermimpi, berani menulis, dan lebih mencintai Al-Qur’an. Setiap huruf, setiap ayat yang kutulis dan kubaca, kini terasa hidup. Tidak lagi sekadar lafaz, melainkan nyawa dalam keseharian. Semangat menulis ini bukan hanya tentang menghasilkan karya, tapi juga menjadi jalan untuk menyampaikan cahaya kepada hati-hati lain di luar sana.
Kini, setiap pagi aku membuka mushaf dengan perasaan penuh cinta. Setiap kali menulis kutipan atau refleksi dari ayat yang kubaca, aku merasa seperti menanam benih pahala. SSCQ telah menjadi rumah. Rumah tempat aku bertumbuh dan mencintai ilmu.
Milad ke-4 SSCQ Literasi ini bukan hanya sekadar perayaan. Ia adalah momen syukur. Syukurku karena Allah menghadirkan jalan penuh cahaya melalui tulisan sederhana seorang sahabat. Syukurku karena diberikan sahabat-sahabat yang salehah, para PJ yang penuh kesabaran, dan guru-guru yang ikhlas berbagi ilmu.
Aku ingin terus berada di jalan ini.
Jalan yang dipenuhi huruf-huruf cinta dari Al-Qur’an. Jalan yang mempertemukanku dengan orang-orang yang menjadikan ilmu sebagai bekal menuju akhirat.
Jika boleh berharap, semoga tulisan ini bisa menjadi saksi. Bahwa aku pernah jatuh cinta — pada Al-Qur’an, pada ilmu, pada komunitas yang menghadirkan cahaya dalam gelapku. SSCQ Literasi adalah cahaya itu. Dan aku ingin terus menjaga nyalanya, agar kelak dapat menjadi bagian dari sahabat surga yang sesungguhnya.
Dan bila kelak aku ditanya,
“Apa makna SSCQ dalam hidupmu?”
Maka aku akan menjawab:
"SSCQ adalah perahu cintaku menuju Allah. Di dalamnya, aku mendayung dengan tilawah, berlayar dengan tadabur, dan bersandar di dermaga ukhuwah. Bersama SSCQ, aku belajar menjadi sahabat Qur’ani, bukan hanya di dunia, tetapi semoga sampai ke surga-Nya."
Terima kasih, SSCQ. Terima kasih atas segala inspirasi, cahaya, dan cinta yang tak pernah habis.
Terima kasih telah mengubah kesenduan menjadi semangat, ketakutan menjadi keberanian, dan kebodohan menjadi bekal ilmu. Langkah ini mungkin kecil, tapi semoga menjadi saksi kelak di hadapan-Nya.
Doaku sederhana. Semoga Allah menjaga langkah kita, menyatukan niat kita dalam cinta kepada Al-Qur’an, dan mempertemukan kita kelak di taman surga yang abadi.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan melaksanakan salat serta menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan secara sembunyi atau terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan pernah merugi.” (QS. Fathir: 29) [My]
Baca juga:

0 Comments: