Oleh. Rina Khusnia
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Suasana Jalan Gajah Mada, Sidoarjo mendadak heboh pada Rabu siang (11/6) sekitar pukul 13.00 WIB. Seorang pria yang diduga mengalami gangguan jiwa (ODGJ) tiba-tiba mengamuk di tengah jalan sambil berteriak dan melempar batu ke arah pengguna jalan. Aksi pria tersebut membuat warga dan pengendara panik. Khawatir situasi memburuk, warga segera melapor ke Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sidoarjo.
(radarsidoarjo.jawapos.com, 11 Juni 2025).
Fenomena ODGJ dan Pemicunya
Seperti biasa, di pinggir jalan atau trotoar sering kita jumpai seorang pria berjalan entah ke mana, dengan pandangan mata dan pikiran seolah melayang, sewakan sedang berbicara dengan seseorang. Ya, mereka adalah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang membutuhkan solusi dan penanganan khusus.
Jumlah ODGJ ini semakin banyak; kita bisa menemui mereka di jalanan. Ada yang hanya bicara sendiri dan berpakaian biasa, sepertinya masih ada keluarga yang merawat tetapi membiarkan mereka berkeliaran. Ada pula yang membawa bungkusan plastik sangat banyak hingga badannya membungkuk dan jalannya tertatih-tatih. Ada juga yang telanjang sambil menempelkan kertas kotor di dahi, berjalan sambil tertawa sendiri, dan masih banyak versi lainnya. Umumnya, mereka adalah laki-laki dewasa, meskipun tidak menutup kemungkinan ada juga perempuan.
Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan. Mereka wajib memberi nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga: sandang (pakaian), pangan (makan), papan (tempat tinggal), kesehatan, dan pendidikan. Pertanggungjawaban ini tidak hanya berlaku di dunia, tetapi juga di akhirat. Laki-laki memikul dosanya sendiri dan dosa para perempuan yang menjadi tanggungannya, yaitu istri, anak perempuan, ibu, dan saudara perempuannya.
Di zaman sekarang, jangankan memikirkan dosa diri sendiri dan dosa orang lain, memikirkan terpenuhinya kebutuhan makan saja sudah sangat sulit. Bagaimana bisa makan kalau pekerjaan tidak ada, apalagi dengan minimnya keterampilan? Sementara itu, harga kebutuhan pokok semakin melambung tinggi. Belum lagi biaya air, listrik, BBM, pajak (kendaraan, bangunan, kesehatan, dll., yang sering disertai drama penyitaan barang yang cukup dramatis dan bikin khawatir), serta pendidikan yang super mahal, terkesan bahwa "orang miskin dilarang pintar."
Banyak hal lain yang tolak ukurnya adalah uang. Lowongan kerja kini lebih banyak berpihak kepada perempuan, karena perempuan dianggap lebih ulet, sabar, punya nilai komersial, dan yang paling menarik, perempuan mau dibayar sedikit meski pekerjaannya berat. Akibatnya, laki-laki semakin dipandang sebelah mata dalam hal pekerjaan. Maka tidak heran jika semakin banyak kriminalitas terjadi, mulai dari berbagai penipuan (online maupun offline, personal maupun tim) hingga kriminalitas yang bersifat kekerasan seperti pembegalan yang tak jarang nyawa sebagai taruhannya.
Jika ketahuan melakukan tindak pidana, pihak berwajib tidak segan-segan bertindak, itu pun kalau ada perintah. Alhasil, hukum bisa diperjualbelikan, ibarat kata hukum di sistem sekarang tumpul di atas dan tajam ke bawah. Atau hukum belah bambu, yang di bawah dialah yang terinjak.
Ditambah lagi, ketersediaan atau terbatasnya lapangan pekerjaan. Kalaupun ada, itu menjadi ajang perdagangan: siapa yang punya uang, dialah yang akan mendapat tempat; siapa yang lemah, dialah calon ODGJ. Sungguh ironis. Namun, perlu juga digarisbawahi, ODGJ juga bisa berasal dari mereka yang punya uang, yang berulah, sehingga bermasalah dan tidak kuat memendam amarah, maka jadilah calon ODGJ.
Benahi dengan Sistem Islam
Hal yang bisa lakukan untuk mengatasi ODGJ adalah dengan membawanya ke terapi psikolog atau terapi rukiah, yang mungkin membutuhkan biaya tidak sedikit dan memakan banyak waktu, dan itupun belum tentu mengurangi jumlah ODGJ atau calon ODGJ.
Oleh karena itu, diperlukan pembenahan secara menyeluruh dalam hal ini. Pertama, harus ada ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak dan berpihak, dalam artian pemerintah harus mendahulukan rakyatnya untuk memberikan pekerjaan. Bukan malah memberi peluang kepada asing menguasai sumber daya alam sementara rakyat pribumi hanya menjadi buruh yang sewaktu-waktu bisa dibuang.
Kedua, perlu adanya edukasi untuk pemahaman ilmu tentang peran penting seorang laki-laki dalam setiap posisinya, baik sebagai bapak, suami, anak, saudara, pemimpin negara, juga sebagai hamba, dan lain sebagainya.
Pembenahan ini mutlak dilakukan oleh negara dalam mengupayakan pemulihan bagi ODGJ dan mengurangi jumlah penderitanya agar mereka kembali normal dan menjalankan perannya. Namun, bagi yang sudah tidak bisa normal, mereka tetap berhak hidup layak dan mendapatkan pengawasan khusus yang juga disediakan oleh negara.
Manusia adalah amanah dari Allah dan juga merupakan jiwa yang suci, yang apabila disia-siakan apalagi dibunuh, akan mengundang murka Allah. Karena kehancuran dunia dan seisinya amatlah ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya jiwa yang suci.
Oleh karena itu, untuk menjadikan jiwa yang sehat, beriman, dan kembali stabil, diperlukan peran negara yang menerapkan seluruh aturan yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadis. Aturan ini akan membebaskan manusia dari pikiran halusinasi, khurafat, dan mengandai-andai yang tidak sesuai dengan realita kehidupan yang penuh tekanan dan tuntutan setiap harinya, yang pada akhirnya bisa menjadi penderita ODGJ.
Hanya negara Islamlah yang memuliakan manusia dan menuntun manusia menuju kehidupan yang sebenarnya.
Waallahu'alam bissawab. []
Baca juga:

0 Comments: