Oleh. Yustina
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Mencintai Allah dan Rasul-Nya bagi seorang muslim adalah sesuatu yang paling pertama dan utama. Seorang muslim wajib mencintai Allah sebagai penciptanya lebih dari yang lain, bahkan kecintaan kepada-Nya harus menjadi yang tertinggi di atas kecintaannya kepada yang lain (QS. At-Taubah: 24).
Adapun cinta kepada yang lain, maka harus didasarkan karena cinta kita kepada Allah. Hanya dengan itu cinta yang kita miliki akan suci bersih dan terjaga dari keburukan cinta itu sendiri. Karena jika cinta itu hanya berdasar pada hawa nafsu maka akan membawa kepada kerusakan yang akan membawa pada kemurkaan Allah. Padahal keridaan-Nya adalah sesuatu yang menjadi tujuan hidup kita.
Cinta itu Pengorbanan
Cinta itu pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut. “Cinta adalah suatu tindakan, bukan suatu kekuatan pasif... Karakter aktif dari cinta adalah memberi bukan menerima," begitu ungkap Eric Fromm seorang filsuf. Bisa disimpulkan bahwa cinta adalah suatu perasaan yang membuat diri kita bertindak untuk memberi secara aktif.
Tanda dan Bukti Cinta
Mengutip dari buku "Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu" karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dengan begitu indah Ibnu Qayyim mengungkapkan setidaknya ada 20 tanda dan bukti cinta, di antaranya adalah:
Pertama, banyak mengingat orang yang dicintai, membicarakan dan menyebut namanya.
Saat cinta sudah menguasai hati, maka tiada hari tanpa mengingatnya, membicarakan dan menyebut namanya. Kapan pun dan di mana pun, saat senang ataupun susah, pertama kali saat terbangun dari tidur atau bahkan terakhir kali menjelang tidur. Tak jarang dalam penyebutan ini melahirkan banyak syair atau puisi yang indah, meski penulisnya bukanlah pujangga. Alhasil, penyebutan yang dihasilkan dari cinta, baik dengan hati, lisan, ataupun tulisan adalah penyebutan yang paling baik dan paling indah.
Kedua, tunduk kepada perintah orang yang dicintai dan mendahulukannya daripada kepentingan diri sendiri.
Tanda cinta sejati adalah adanya penyatuan kehendak di antara orang yang mencintai dan yang dicintai. Bukanlah cinta ketika kehendak kita berbeda dengan orang yang kita cintai. Kehendak sang kekasih adalah perintah yang harus disambut dengan ketundukan. Karena itu, ketundukan yang lahir dari cinta akan menjadi kehendak yang ikhlas tanpa beban.
Ketiga, mencintai apa pun yang dicintai kekasih.
Saat cinta sudah menguasai hati maka akan melahirkan kecintaan-kecintaan kepada yang lain. Kecintaan yang sama dengan kecintaan kekasih dan akan selalu terkait dengannya. Kecintaan itu bisa pada barang, orang, pekerjaan atau apa saja. Kecintaan itu muncul dikarenakan hal-hal tersebut dicintai kekasihnya yang bahkan pada awalnya hal tersebut tidak dikenalnya.
Keempat, berkorban untuk mendapatkan keridaan orang yang dicintai.
Keridaan dari sang kekasih adalah segala-galanya bahkan akan menjadi tujuan hidupnya. Untuk mendapatkan keridaannya, pengorbanan akan menjadi satu keharusan. Meski pada awalnya berat, namun seiring semakin menguatnya cinta maka pengorbanan itu akan menjadi tuntutan dan permintaan dari diri sendiri yang dijalani dengan penuh keikhlasan.
Pengorbanan ini bukan sekadar waktu, harta, atau tenaga akan tetapi nyawa pun sanggup untuk dikorbankan demi mendapatkan keridaan sang kekasih, hal itu dikarenakan kecintaan kepadanya bahkan melebihi kecintaan pada yang lain termasuk pada diri sendiri.
Kelima, menyenangi apapun yang menyenangkan kekasih.
Orang yang jatuh cinta akan senang terhadap itu ibarat obat yang tidak disukai akan tetapi dia membutuhkan untuk menyembuhkan. Cinta akan menjadi cacat jika dirinya bersikukuh dengan sesuatu yang disukainya. Sebaliknya, apapun yang kekasihnya benci maka dirinya pun akan membencinya.
Khatimah
Masyaallah, begitu luar biasa efek dari mencintai itu dan efek seperti itulah yang seharusnya muncul sebagai konsekuensi iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Seorang muslim akan banyak mengingat Allah dengan berzikir kepada-Nya baik dengan hati, lisan, ataupun perbuatannya. Zikir terbaik tentu dengan perbuatan yang senantiasa menyelaraskan semua perbuatannya dengan aturan Allah yakni aturan Islam. Tidak ada berat hati dalam menjalankannya karena sebagai bentuk ketundukan mereka terhadap perintah Allah, untuk semata meraih keridaan-Nya.
Perwujudan dari cinta kepada Allah adalah dengan itibak terhadap Nabi Muhammad saw. (QS. Ali Imran: 31). Karena itu, seorang muslim tidak mencukupkan diri hanya berselawat dengan lisannya, akan tetapi juga menjadikannya sebagai suri teladan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari bangun tidur, membangun rumah tangga, bahkan hingga membangun negara. Begitulah seharusnya seorang muslim mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Wallahualam bissawab. [An]
Baca juga:

0 Comments: