Headlines
Loading...
Memaknai Solusi Dua Negara untuk Palestina

Memaknai Solusi Dua Negara untuk Palestina

Oleh. Rochma Ummu Satirah
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Konflik Palestina seakan tak berujung. Sudah ribuan nyawa hilang akibat konflik ini. Salah satu solusi yang ditawarkan dunia adalah pendirian dua negara yaitu Palestina dan Israel. Lantas, apakah memang ini menjadi solusi yang tepat untuk mengakhiri konflik?

Solusi Dua Negara

Solusi dua negara menjadi salah satu cara dalam penyelesaian persoalan Israel-Palestina. Solusi ini membagi wilayah Palestina menjadi dua, yaitu negara Arab dan negara Yahudi.

Dikutip dari Al Jazeera, dalam solusi ini, warga Yahudi diberi 56 persen wilayah Palestina walaupun jumlah penduduk mereka lebih sedikit. Sedangkan warga Palestina yang mayoritas, hanya akan mendapat 43 persen dari tanah mereka sendiri. Sisa satu persennya, termasuk Yerusalem dan situs-situs sucinya, akan berada pada kontrol internasional.

Solusi ini mulai dicetuskan pada tahun 1947 yaitu sejak PBB yang baru berdiri. PBB pun menggulirkan Resolusi 181 dengan usulan pembagian Palestina menjadi dua yaitu negara Arab dan negara Yahudi. Majelis Umum PBB pun mengadopsi usulan tersebut.

Respon pemimpin Yahudi menyetujui usulan ini. Sedangkan para pemimpin negara-negara Arab menolak karena merasa usulan ini tidak adil terutama karena warga Palestina yang merupakan mayoritas dan justru mendapat bagian yang lebih kecil.

Mengingat Kembali Sejarah Invasi Israel

Keinginan Israel untuk mendirikan negara Yahudi sudah ada jauh sejak Daulah Islam belum runtuh. Theodor Hezl pernah menawarkan sejumlah uang kepada Khalifah Sultan Abdul Majid II demi mendapatkan sebidang tanah untuk keinginan ini. Namun, Sultan mentah-mentah menolaknya dan berkata tak akan memberikan sejengkal tanah muslim untuk orang kafir.

Saat Daulah mulai melemah, Inggris pun mengambil alih kendali atas Palestina dari Kesultanan Utsmaniyah sejak akhir tahun 1917. Inggris kemudian mengeluarkan Deklarasi Balfour dengan menjanjikan berdirinya negara Yahudi di Palestina.

Sejak saat itu, terjadinya migrasi besar-besaran warga Yahudi ke Palestina atas fasilitas Inggris. Gelombang ini makin besar karena adanya persekusi terhadap warga Yahudi di Eropa. Dalam kurun waktu 1918-1947, populasi Yahudi di Palestina sudah mengalami kenaikan drastis sampai mencapai 33 persen (kompas.tv, 2-6-2025).

Konflik Berlanjut

Invasi Yahudi Israel ke Palestina terus saja berlanjut sampai hari ini. Ratusan bahkan ribuan nyawa termasuk rakyat sipil telah melayang akibat serangan beruntun yang digencarkan oleh militer Israel.

Demikian pula dengan upaya pendudukan wilayah Palestina, wilayah yang dikuasai oleh Israel semakin meluas dari hari ke hari.

Tak hanya itu, Israel juga memblokade akses Palestina dengan dunia luar. Hal ini mengakibatkan segala macam bantuan yang diberikan dunia kepada Palestina mengalami kesulitan untuk masuk wilayah. Tak ayal, terjadilah kelaparan berkepanjangan yang dialami penduduk Palestina karena mereka tak memiliki bahan pangan.

Kemampuan Israel melakukan invasi kepada Palestina bukanlah karena dirinya sendiri. Ada kekuatan besar dunia yang ikut menopangnya. Sebut saja Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Jerman. Sehingga apa yang terjadi di Palestina dapat disebut sebagai usaha untuk menancapkan hegemoni Barat di sana.

Hal ini pulalah yang membuat penguasa negeri-negeri muslim tak banyak
memberikan respon dan dukungan nyata untuk Palestina. Kekuatan besar dunia inilah yang mengendalikan mereka untuk hanya diam melihat penderitaan saudara muslim di Palestina.

Solusi Dua Negara adalah Pengkhianatan

Zionis Yahudi adalah sekelompok kaum pendatang yang merebut wilayah
Palestina dari pemilik aslinya, yaitu umat Islam. Umat Islam telah memperoleh tanah Palestina melalui penyerahan secara de jure oleh Uskup Patriark Sophronius kepada Khalifah Umar bin Khaththab ra. di tahun 637 M melalui perjanjian Umariyah. Umat Islam kala itu telah melakukan jihad dan menyirami bumi Palestina dengan darahnya sehingga
menjadikan wilayah ini sebagai tanah Kharajiyah.

Lantas, solusi saat ini yang diberikan adalah dengan memberikan sebagian tanah tersebut kepada Israel? Padahal pemilik asli adalah Palestina. Inilah yang disebut dengan pengkhianatan. Memberikan tanah jajahan kepada penjajah sedangkan di sisi lain, dunia juga
menggembar-gemborkan perdamaian dunia.

Munculnya suara-suara dunia Islam untuk memberikan menyetujui usulan solusi dua negara ini menjadi bukti terperangkapnya mereka dalam hegemoni Barat yaitu AS. Inilah watak negara adidaya yang berusaha untuk menyebarkan paham dan konsepnya kepada negara lain yang ada di
dunia sehingga mereka bisa mempercayai dan mengadopsi paham dan konsepnya tersebut.

Keberadaan AS sebagai negara adidaya yang menyebarkan pahamnya hanya
bisa dikalahkan dengan memunculkan satu kekuatan global yang akan menjadi tandingannya. Kekuatan global ini akan bisa tercipta dengan adanya persatuan antara negeri-negeri Islam di dunia sebagaimana dulu mereka semua pernah bersatu dalam naungan Daulah Islam.

Untuk bisa bersatu, semua negeri Islam ini harus mampu untuk keluar dari sekat Nasionalisme yang selama ini mengungkung dan memecah-belah.  Negeri-negeri Islam sudah diberkahi Allah dengan aneka ragam kekayaan sumber daya alam yang mampu menjadi bekal untuk kuatnya persatuannya.

Hanya saja, tentu AS dan sekutunya tak akan tinggal diam membiarkan
terjadinya persatuan umat Islam yang menyatukan seluruh negeri Islam.
Sampai saat ini, AS telah membuat aneka ragam makar untuk mencegah hal
ini termasuk apa yang dilakukan di Palestina dengan mendukung
penjajahan yang dilakukan Israel.

Mau tak mau, umat Islam  harus kembali pada agamanya untuk memiliki
kesadaran politik yang benar. Kembali pada Islam adalah dengan memahami dan mempercayai bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang mampu menjadikan mereka mampu mengalahkan AS dan bahkan kembali merebut posisi sebagai negara adidaya pemimpin peradaban dunia sebagaimana yang pernah terjadi di masa lampau saat Islam tegak dalam
bingkai Daulah Islam. Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: