Headlines
Loading...

Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor SSCQMedia.Com)


SSCQMedia.Com—Emak ....
Panggilan sayang dariku untuk sosok ibu yang telah melahirkan aku. Sosok yang mencintaiku sedalam lautan biru. Emak, pahlawan dan pejuang dalam keluarga setelah bapak. Terbiasa hidup sengsara membuat emak menjadi ibu yang perkasa bagi diriku dan adik-adikku. Semangat pantang menyerahnya menurun padaku. Aku bangga pada emak, meskipun emak berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Kini, usia emak sudah di penghujung senja. Usia yang mulai merangkak menuju kepala tujuh. Sungguh aku ingin memberikan kenangan terindah buat emak, mempersembahkan karya terbaik untuk orang spesial, agar emak bisa merasakan betapa bahagianya ketika bisa melaksanakan syariat Allah untuk berkurban. Karena bagi emak jangankan untuk berkurban, saat ini berbagai ujian dan impitan ekonomi tengah dirasakan oleh emak dan bapak di desa.

Ujian hidup tengah menghampiri kehidupan mereka. Sungguh dengan tulisan ini aku ingin menghibur mereka. Terutama emakku tercinta. Agar emak bisa berkurban setelah hampir puluhan tahun lamanya, ia belum dikasih kesempatan oleh Allah untuk berkurban di hari Iduladha.

Emak ....
Tidak cukup sekadar ucapan terima kasih untuk semua pengorbanan yang telah emak lakukan pada kami, anak-anak emak. Kami tahu betapa sulitnya kehidupan yang emak jalani bersama bapak. Namun, kami semua anak-anakmu bisa tumbuh mengenal kehidupan ini dengan baik. Emakku adalah pejuang kehidupan, semoga Allah catat ini sebagai amal kebaikan dan memberikan sebaik-baiknya balasan.

Yatim dari Kecil

Emak ....
Beliau seorang wanita yang terlahir dari keluarga yang tak berpunya, sudah yatim dari kecil. Kondisi ini mengharuskan emak ketika kecil harus hidup di kubang kemiskinan, nan penuh derita. Nyatanya sepanjang usianya, emak masih harus tetap berjuang. Berjuang untuk hanya sekadar hidup tenang di usia senjanya.

Karena ternyata di usia yang tak lagi muda beliau masih harus berjuang mencari penghidupan. Meskipun itu dilakukan emak dengan sukarela dan sukacita. Namun, dalam dada ini ada rasa tak rela jika emak harus tetap berkubang dengan kesibukan dunia. Sakit yang dideritanya membuat ia yang dulu adalah wanita kuat nan bisa melakukan semuanya, kini harus berhati-hati dalam aktivitasnya.

Sudah aku tawarkan tinggal bersamaku, namun emak lebih suka membersamai bapak dan cucu-cucunya di desa kelahirannya. Desa yang katanya emak, tempat ia dilahirkan dengan segala kenangannya.

Emak sering bercerita, jika masa kecilnya harus dilalui dengan kucuran keringat dan air mata. Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah, emak yang waktu kecil harus berjalan dengan tanpa alas kaki, harus ke pasar dulu menjual dagangannya sampai laku. Ia harus menjual daun pisang terlebih dulu. Tidak jarang emak harus terlambat sekolah gara-gara dagangannya tidak laku-laku. Tujuannya hanya satu, agar emak dan simbok (ibunya emak) bisa makan hari itu.

Sering emak bercerita sambil berurai air mata, mengenang hidupnya bersama simbok yang penuh derita. Simbok yang katanya adalah satu-satunya orang yang selalu mencintai dan membersamainya di rumah yang sangat sederhana. Bagi emak, dulu ketika ia masih kecil, bisa makan nasi putih adalah hal yang patut disyukuri. Karena kemampuan emak dan simbok hanya makan nasi tiwul (nasi yang terbuat dari singkong) berlauk sayur dan sambal saja, itu pun tidak mesti bisa sehari tiga kali.

Simbok dan emak memang punya sawah. Namun, seringnya sawahnya gagal panen, karena zaman orde lama pertanian tidak semaju sekarang. Belum lagi keadaan emak yang sudah yatim, mengharuskan simbok dan emak dituntut menjadi tulang punggung keluarga demi sesuap nasi. Tidak jarang emak juga harus menggarap sawah dan mengerjakan pekerjaan yang harus dikerjakan para lelaki pada umumnya, hanya demi bisa makan. 

Sampai akhirnya kehidupan berangsur normal setelah emak bertemu bapak. Mereka bekerja sama, berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Kehidupan ekonomi emak berangsur membaik, bisa makan sebagaimana layaknya, dan bisa menjalani kehidupan rumah tangga sebagaimana mestinya.  Di tengah keterbatasan keduanya, mereka berhasil mendidik kami, putrinya dan putranya dengan penuh kasih sayang.

Beratnya kehidupan yang dijalani emak selama hidupnya, membuat emak menjadi sosok ibu yang perkasa, tetapi lembut hatinya. Sifatnya yang tegas, gaya bicaranya yang lugas membuat diriku sebagai anak pertama merekamnya, jika kehidupan ini adalah sebuah episode yang harus tetap dihadapi. Jangan menyerah dengan keadaan, sesulit apa pun kehidupan, hadapi dengan kegigihan.

Emak sering mengulang-ulang cerita itu, untuk mengajarkan kepadaku agar lebih gigih dalam menjalani kehidupan yang tidak pernah ramah kepada orang yang tak berpunya. Emak menanamkan pada diri kami, untuk terus berjuang agar kehidupan kami lebih baik lagi.

Kondisi emak yang saat ini tidak baik-baik saja, mendorongku untuk memberikan hadiah terbaik untuknya. Emak yang sedang diuji sakit diabetes, dan penyakit lainnya di masa tuanya, kini juga harus ditinggal pergi menantu tercintanya ke luar negeri untuk menjadi TKW. 

Menantu yang selama hampir lima tahun membersamainya kini terpaksa harus pergi menjadi TKI ke Taiwan, dengan meninggalkan tiga anak-anak yang masih kecil. Menantu kesayangannya, menantu dari anak laki-laki satu-satunya pergi mengadu nasib, meninggalkan suami dan tiga anaknya. Sedih ... terpukul, itulah yang dirasakan emak. Pun dengan diriku ....

Namun, sekali lagi inilah buah dari penerapan sistem kapitalisme sekuler. Wanita terpaksa mencari tambahan materi. Terlebih ketika hidup di antara orang-orang yang menghargai manusia dari apa yang dia punyai. Bukan salah siapa, suami sudah melarang, namun apa daya tuntutan kehidupan mengharuskan ia meninggalkan kampung halaman dan anak-anaknya demi cuan. Hanya doa terbaik yang bisa emak untaikan untuk menantu kesayangan, semoga selamat sampai tujuan dan mendapatkan apa yang diinginkan. Amin.

Emak Ingin Berkurban

Meskipun emak bukan orang pesantren, bahkan sekolahnya pun hanya tamat SD, namun emak gemar mengaji di surau, sehingga paling tidak ia bisa mendapat ilmu agama dari ustaz-ustaz di desanya. Nyatanya emak selalu berusaha menjadi muslimah yang taat kepada Allah. Terlebih setelah diriku mengkaji Islam kafah, Ia menjadi orang yang selalu mau mendengarkan seruanku. Meskipun usianya telah senja, lebih dari 65 tahun, ia paham akan kondisi umat yang tidak baik-baik saja. Walau cara berpikir emak sederhana, namun emak paham jika Allah berkehendak terhadap sesuatu pasti akan terjadi.

Puluhan tahun emak belum mampu berkurban. Seingatku ia pernah berkurban sekali saja. Itu pun sudah lama sekali, dan sebagai penggugur kewajibannya, karena menurutnya paling tidak berkurban sekali seumur hidup. Padahal sejatinya meskipun berkurban adalah untuk yang mampu, tetapi sebaik-baiknya amalan ketika hari raya Iduladha adalah berkurban. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 34-35:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ - ٣٤ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَالصَّابِرِيْنَ عَلٰى مَآ اَصَابَهُمْ وَالْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِۙ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ - ٣٥

Artinya: "Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar, orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka, dan orang yang melaksanakan salat dan orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka."


Sebagai anak perempuan, diriku lebih dituntut untuk membaktikan diri kepada suami. Emak memahami itu, sehingga ia jarang menuntut diriku untuk ini dan itu. Oleh karenanya ia tetaplah pejuang dalam menghadapi kerasnya kehidupan.

Memang kami terpisah jarak yang jauh, namun komunikasi yang kami jalin mampu membuat ikatan ibu dan anak tak lekang oleh waktu. Emak mau menerima dakwahku. Secara diriku adalah anak kesayangannya, mudah bagiku untuk mengajak emak untuk berhijrah menjadi lebih baik selalu.

Emak ....
Berurai air mata ini, menulis kisahnya. Emak yang kenyang dengan asam, garam, dan pahitnya kehidupan. Emak yang kini sudah berada di usia senja, aku takut kehilangannya. Aku takut, aku takut jika Allah memanggilnya tetapi diriku belum bisa memberi sesuatu untuknya. Aku tahu emak tidak pernah berharap materi kepadaku. Baginya cukup ketundukanku pada suamiku sebagai hadiah terindah untuknya. Aku tahu itu.

Dan kini, ketika emak dihadapkan pada ujian kehidupan, ketika emak sudah tak sekuat dan sesehat dulu, dan masih harus berjibaku dengan ruwetnya kesibukan, dan tentang emak yang merasa sendirian menjalani hari-hari yang melelahkan, aku hanya bisa berdoa dalam diam.

Sungguh diriku belum bisa memberi bantuan. Anakmu di sini juga sedang berjuang, berjuang menyiapkan generasi pejuang, agar masa depan cucu-cucunya menjadi lebih cemerlang, dengan ditegakkannya hukum Islam.

Emak ....
Kutuliskan kisah emak, agar ia bisa berkesempatan berkurban tahun ini. Aku tahu, emak ingin berkurban di hari raya tahun ini, tetapi keadaan ekonomi membuat emak tidak berani berangan-angan atau sekadar bermimpi untuk berkurban. Sebagaimana tahun-tahun yang telah berlalu, emak tidak pernah berkurban.

Emak ....
Kuajak ia bersama merangkai doa, agar mimpi kita bisa Allah kabulkan. Bukankah emak yang selalu bilang hidup adalah perjuangan. Bukankah emak seorang pejuang kehidupan? Sehingga saatnya kini mengencangkan doa agar emak tahun ini bisa berkurban.

Emak, semoga engkau maafkan anakmu yang telah berani mengajak emak untuk berani bermimpi. Karena ini adalah juga seruan dari Allah Swt. yang termaktub dalam surah Al-Kautsar ayat 2:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ

Artinya: "Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah."

Semoga, Allah selalu panjangkan umur emak, Allah berikan kekuatan untuknya dalam melakukan segala aktivitasnya. Dan semoga emak semakin sehat, dan semoga Allah kabulkan keinginan mulia kita bersama yakni bisa berkurban di hari raya Iduladha nanti. Amin.

Wallahualam bissawab. [Ni]

Surabaya, 21 Mei 2024/13 Zulkaidah

Baca juga:

0 Comments: