Headlines
Loading...
Jeritan Palestina, Kekejaman Zionis dan Urgensi Khilafah

Jeritan Palestina, Kekejaman Zionis dan Urgensi Khilafah

Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Aktivis Muslimah Semarang)

SSCQMedia.Com—Tragedi kemanusiaan di Palestina bukanlah sekadar konflik bersenjata, melainkan genosida sistematis yang dilakukan oleh penjajah Zionis Yahudi. Tuduhan ini bukanlah hiperbola, melainkan refleksi pahit realitas yang terus berlanjut hingga hari ini.

Selain kekerasan fisik yang langsung merenggut nyawa, Zionis juga memanfaatkan kelaparan sebagai senjata strategis untuk membunuh generasi Palestina secara perlahan. Hal ini menunjukkan, betapa kebrutalan Zionis menembus batas kemanusiaan.

Serangan terhadap Palestina berlangsung tanpa henti, tanpa memandang waktu maupun keadaan, bahkan saat hari-hari suci sekalipun, kekejaman tersebut tetap terjadi. Misalnya, pada 6 dan 7 Juni 2025, serangan udara dan tembakan militer Israel di Jalur Gaza bertepatan dengan perayaan Iduladha, yang menewaskan minimal 50 warga Palestina dan melukai lebih dari 600 orang.

Serangan ini terfokus di wilayah Khan Younis dan Rafah, di mana Zionis Yahudi sengaja menargetkan tenda-tenda pengungsi serta pusat distribusi bantuan kemanusiaan. Berdasarkan data Anadolu sejak 27 Mei 2025, jumlah korban tewas akibat serangan Israel mencapai 115 jiwa, dan sembilan orang masih dinyatakan hilang, (beritasatu.com/7/6/2025). Angka-angka ini bukan sekadar statistik. Ini adalah representasi nyawa manusia yang direnggut secara brutal.

Mirisnya, berbagai kekejaman ini terjadi di tengah dunia yang seolah-olah menutup mata, termasuk para pemimpin Muslim yang seharusnya menjadi benteng pertahanan bagi kaum tertindas. Mereka lebih memilih diam, menyaksikan penderitaan saudara seiman dan hanya sibuk dengan retorika kosong dan janji-janji hampa yang menggantikan tindakan nyata untuk menghentikan genosida yang tengah berlangsung.

Tampaknya, kejahatan kemanusiaan yang begitu mengerikan terpampang di depan mata, nyatanya tak mampu mengusik nurani para pemimpin Muslim. Naluri untuk menolong sesama, terutama mereka yang lemah dan tak berdaya seperti wanita, anak-anak, bahkan bayi-bayi yang turut menjadi korban di  Palestina telah sirna ditelan kepentingan politik dan ekonomi. Bahkan, banyak di antaranya tanpa rasa malu menjalin hubungan erat dengan penjajah Yahudi.

Keengganan mereka untuk mengirimkan pasukan guna mengusir penjajah Zionis menunjukkan kematian rasa kemanusiaan yang seharusnya menjadi fitrah setiap manusia. Hingga seruan jihad dari umat Islam untuk membebaskan Palestina tetap tak diindahkan. Ketiadaan intervensi militer dari negara-negara Muslim, meski pun memiliki kekuatan, telah menunjukkan lemahnya komitmen dan keberanian mereka, untuk membela saudara seiman yang tertindas.  Bukannya berjuang untuk keadilan dan pembebasan Palestina,  banyak dari pemimpin tersebut justru terbelenggu oleh kepentingan pragmatis dan takut kehilangan keuntungan ekonomi dan politik dari kerja sama dengan Israel.

Kebungkaman ini bukan hanya cerminan kegagalan moral, tetapi juga bukti kegagalan para pemimpin Muslim menjalankan amanah mereka untuk melindungi dan membela umat mereka. Mereka secara terang-terangan telah mengkhianati prinsip-prinsip dasar Islam yang mengajarkan keadilan, persaudaraan, dan perjuangan melawan penindasan.

Fenomena ini merupakan buah pahit sistem kapitalisme yang mengagung-agungkan materi dan superioritas, sekaligus menumbuhkan kebencian terhadap manusia lain. Nilai-nilai kemanusiaan tergadaikan demi mengejar keuntungan dan kekuasaan. Nasionalisme yang diadopsi dari Barat, dengan segala kepentingan dan batasannya, juga menghalangi para pemimpin Muslim untuk bersikap adil dan membela Palestina.

Tragedi kemanusiaan yang terus berulang di Palestina, khususnya kekejaman terhadap warga sipil tak berdosa, mengungkapkan urgensi perubahan fundamental. Seruan jihad untuk membebaskan Palestina, hanya mungkin diwujudkan secara efektif oleh entitas politik yang memiliki otoritas dan kekuatan memadai seperti Khil4fah. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan Khil4fah menjadi keharusan bagi umat Islam.

Namun, tegaknya Khil4fah tidak mungkin terwujud selama umat Islam masih hidup di bawah sistem kapitalisme dan sekularisme. Sistem dengan nilai dan orientasi materialistik dan individualistiknya. Sehingga, melemahkan kekuatan umat dan mengaburkan visi kemuliaan yang dijanjikan Islam.

Selain itu, upaya menegakkan Khil4fah membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan konsisten dari jemaah dakwah ideologis. Dengan peran krusialnya dalam membangun kesadaran umat akan pentingnya Khil4fah sebagai solusi berbagai permasalahan yang dihadapi umat Islam, termasuk pembebasan Palestina. Jemaah dakwah ini harus mampu menunjukkan jalan kemuliaan bagi umat, membangun kembali kekuatan dan persatuan mereka, serta mengarahkan mereka menuju tegaknya Khil4fah.

Sesungguhnya perjuangan ini bukanlah sekadar perjuangan politik, melainkan perjuangan untuk menegakkan keadilan, membebaskan kaum tertindas, dan mengembalikan kemuliaan umat Islam di dunia. Hanya dengan tegaknya Khil4fah, seruan jihad untuk membebaskan Palestina dan menegakkan keadilan di muka bumi dapat dikumandangkan dan diwujudkan secara efektif. Khil4fah bukanlah sekadar cita-cita, melainkan kebutuhan mendesak bagi umat Islam untuk mencapai kemuliaan dan keselamatan. Wallahu a'lam bisshawab. [MA]

Baca juga:

0 Comments: