Headlines
Loading...
Islam Mengakhiri Kekerasan Anak dalam Keluarga

Islam Mengakhiri Kekerasan Anak dalam Keluarga

Oleh. Ummu Fahhala
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

SSCQMedia.Com—Kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia sangat memprihatinkan. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menunjukkan bahwa angka kekerasan fisik, psikis, bahkan seksual terhadap anak masih tinggi (siga.kemenpppa.go.id, 20/3/2025).

Ironisnya, sebagian besar pelakunya justru adalah orang terdekat, seperti orang tua atau keluarga sendiri.

Berbagai kasus tragis terungkap. Seorang bayi di Riau disiksa hingga tewas oleh pasangan suami istri. Seorang ayah di Jakarta menelantarkan anaknya di pasar, seperti dilansir kumparan.com, 15/6/2025.

Bahkan ada ibu yang merekam suaminya menyiksa anak mereka sambil tertawa (kompas.com, 14/6/2025).

Semua ini menunjukkan bahwa rumah, yang seharusnya menjadi tempat paling aman, justru menjadi tempat yang menakutkan bagi sebagian anak.

Faktor penyebabnya sangat beragam. Di antaranya tekanan ekonomi, emosi yang tak terkendali, kerusakan moral, lemahnya iman, dan minimnya pemahaman orang tua tentang peran dan fungsi keluarga. Hal ini menjadi bukti rapuhnya sistem pembinaan keluarga di negeri ini.

Mengapa Kekerasan pada Anak Tak Kunjung Usai?

Berbagai regulasi telah dibuat pemerintah. Ada Undang-Undang Perlindungan Anak. Ada juga aturan tentang kekerasan seksual dan pembangunan keluarga. Namun, semua itu belum mampu menyentuh akar persoalan.

Ahli psikologi anak, Dr. Seto Mulyadi (Kak Seto), mengatakan bahwa kerusakan moral dan hilangnya kesadaran keagamaan memperparah keadaan. Tanpa landasan iman yang kuat, orang tua kehilangan panduan dalam membimbing anak.

Sekularisme dan Kapitalisme, Akar Krisis Keluarga

Sistem sekuler-kapitalis memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Orang tua kehilangan pedoman tentang bagaimana seharusnya mendidik dan melindungi anak. Rumah tangga tidak lagi berfungsi sebagai benteng moral.

Kapitalisme memaksa sebagian orang tua mengejar nafkah berlebihan, melupakan anak, bahkan menjadikan mereka korban pelampiasan emosi. Gaya hidup hedonis yang dipromosikan media juga merusak nilai keluarga. Lingkungan sosial kian individualis, tak peduli tetangga atau kerabat. Semua ini membuka celah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

Regulasi buatan manusia terbukti tak mampu memutus mata rantai ini. Sebab, undang-undang tersebut lahir dari sistem yang sama: sekuler dan kapitalis. Akarnya tetap dibiarkan hidup, sementara yang diatasi hanya gejalanya.

Islam Menawarkan Solusi Total untuk Keluarga

Islam memandang keluarga sebagai pilar utama pembentukan masyarakat. Al-Qur’an dan As-Sunnah mengajarkan bahwa orang tua wajib melindungi, mendidik, dan menumbuhkan keimanan anak. Rasulullah saw. bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Islam, keluarga bertugas membentuk kepribadian Islam bagi seluruh anggotanya. Negara juga wajib mendukung peran ini. Negara bertanggung jawab melakukan edukasi menyeluruh tentang hak dan kewajiban keluarga. Pendidikan Islam harus diterapkan secara komprehensif di sekolah, masjid, media massa, bahkan lembaga pemerintahan.

Negara Islam di masa lalu berhasil menerapkan hal ini. Khalifah Umar bin Khattab, misalnya, menegaskan pentingnya kesejahteraan keluarga dan pendidikan anak. Negara Islam juga menjamin kebutuhan pokok rakyat, sehingga tak ada alasan bagi orang tua untuk menelantarkan anak karena faktor ekonomi.

Ketahanan Keluarga dalam Naungan Islam Kafah

Pelaksanaan syariat Islam secara sempurna (kafah) akan membentuk keluarga yang kuat. Setiap individu memahami perannya. Suami, istri, dan anak saling melindungi, bukan menyakiti.

Islam juga mewajibkan negara menjamin kesejahteraan ekonomi seluruh rakyat. Dengan begitu, alasan kemiskinan sebagai pemicu kekerasan bisa dihapuskan. Media massa dalam sistem Islam juga diarahkan untuk membangun ketakwaan, bukan menebar gaya hidup bebas dan hedonis.

Hanya dalam naungan Islam kafah, anak-anak bisa tumbuh aman, bahagia, dan terlindungi. Rumah menjadi surga, bukan neraka. Negara menjadi penjaga, bukan penonton pasif.

Penutup

Fakta menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak tak bisa diselesaikan dengan tambal sulam aturan. Akar masalahnya ada pada sistem kehidupan yang salah.

Islam menawarkan solusi menyeluruh yang menyentuh akar persoalan. Keluarga, masyarakat, dan negara bersinergi dalam sistem yang sahih. Hanya dengan penerapan Islam secara kafah, mimpi tentang keluarga yang damai, aman, dan penuh kasih sayang bisa terwujud nyata. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: