Headlines
Loading...
Iduladha di Gaza, Potret Tragis Krisis Kemanusiaan

Iduladha di Gaza, Potret Tragis Krisis Kemanusiaan

Oleh. Novi Ummu Mafa
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Sejak blokade total Israel diberlakukan pada Oktober 2023, Gaza tidak lagi menerima impor hewan kurban. Hal ini diungkapkan oleh Abu Hatim Al-Zarqa, seorang peternak lokal yang menyatakan bahwa stok hewan kurban di Gaza saat ini sangat terbatas. Selain itu, kelangkaan dan tingginya harga pakan ternak membuat biaya pemeliharaan melonjak tajam, sehingga harga hewan kurban menjadi sangat mahal dan tak terjangkau bagi mayoritas warga (serambinews.com, 05-06-2025).

Namun, krisis tak berhenti pada hewan kurban. Warga Gaza kini juga dihadapkan pada kondisi darurat pangan. Blokade militer yang ketat telah memicu kelangkaan bahan makanan pokok seperti roti dan air dengan harga yang terus melambung tinggi. Banyak keluarga hanya mampu makan sekali dalam sehari, bahkan ada yang tidak makan sama sekali.

Meski sebagian kecil bantuan sempat masuk setelah blokade sebelas minggu, tetapi distribusinya tak menjangkau wilayah utara Gaza. Krisis kurban yang menyatu dengan krisis pangan ini menjadikan Iduladha di Gaza bukan lagi hari raya, melainkan hari bertahan hidup dalam keputusasaan.

Tragis

Tak seperti di banyak penjuru dunia, perayaan Iduladha 2025 di Gaza berlangsung dalam suasana duka yang mendalam. Bukan takbir yang menggema, melainkan suara ledakan dan tangisan keluarga yang kehilangan. Blokade brutal yang diberlakukan oleh Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menciptakan krisis kemanusiaan yang parah, merampas hak rakyat Palestina bahkan untuk sekadar merasakan sukacita pada hari raya besar umat Islam.

Iduladha yang seharusnya menjadi momentum penuh syukur dan pengorbanan untuk mengenang ketakwaan Nabi Ibrahim a. dijalani dalam ketakutan dan kelaparan oleh warga Gaza. Tak ada daging kurban yang bisa dibagikan, yang ada hanyalah antrean panjang untuk sepotong roti, air bersih yang langka, dan kabar duka yang datang setiap detik dari penjuru kamp pengungsi.

Inilah wajah Iduladha umat Rasulullah hari ini. Hari besar yang seharusnya menjadi momen pengingat akan pengorbanan justru menjadi cermin penderitaan akibat sistem global yang zalim. Saudara kita di Gaza menjadi saksi bahwa pengorbanan dalam Islam bukan sebatas simbolik, melainkan bentuk nyata dari ketaatan total kepada Allah.

Khilafah Islamiah, Solusi Hakiki

Namun, meski dunia Islam terus dirundung krisis dan kehinaan, kesadaran umat perlahan mulai bangkit. Mereka mulai memahami bahwa persoalan yang menimpa umat tak mungkin diselesaikan dengan pendekatan diplomasi yang lemah, apalagi dengan solusi tambal sulam ala sistem kapitalis sekuler yang selama ini hanya memperpanjang penderitaan. Umat semakin yakin bahwa kekuatan hakiki tak hanya berasal dari jumlah atau persenjataan, tetapi dari persatuan ideologis di bawah satu kepemimpinan Islam.

Karena itulah seruan akan pentingnya institusi pemersatu umat, yakni Khilafah Islamiah kembali menggema. Umat sadar, selama mereka tercerai dalam sekat-sekat negara bangsa warisan kolonial, mustahil membangun kekuatan sejati untuk menghadapi musuh Allah. Mustahil membebaskan Palestina jika umat tetap tunduk pada batas-batas nasionalisme yang melemahkan ukhuwah Islamiyah. Tanpa Khilafah, penderitaan umat hanya akan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Islam telah memberikan solusi hakiki atas seluruh problematika umat. Jalan pembebasan Palestina bukanlah melalui konferensi internasional yang dikendalikan Barat, bukan pula melalui solusi dua negara yang menjadi proyek penjajahan baru. Jalan satu-satunya adalah jihad fi sabilillah yang terorganisir di bawah kepemimpinan seorang Khalifah. Khilafah bukan sekadar simbol politik, tapi institusi pelindung umat yang akan menyatukan potensi kaum muslimin, mengakhiri penjajahan, dan menegakkan keadilan berdasarkan syariat Islam.

Khatimah

Iduladha adalah momen untuk membangkitkan kembali semangat pengorbanan dan ketaatan sejati kepada Allah. Ketaatan ini seharusnya tidak berhenti pada ritual penyembelihan hewan kurban, tetapi diterjemahkan dalam sikap politik yang berani menolak penjajahan dan sistem kufur. Sudah saatnya umat tidak hanya menangisi penderitaan Palestina, tetapi bergerak secara ideologis menuju perubahan hakiki.

Kini, saatnya umat Islam menghentikan luka yang terus mengalir dalam tubuh mereka. Dengan persatuan yang dipandu syariat di bawah naungan Khilafah, umat akan kembali menjadi satu tubuh yang kuat dan disegani dunia. Sebagaimana janji Allah, kemenangan itu pasti datang. Namun kemenangan itu tidak akan diberikan kepada umat yang diam dan menyerah, melainkan kepada mereka yang berjuang dengan pengorbanan total demi tegaknya agama Allah di muka bumi ini. [ry].

Baca juga:

0 Comments: