Global March to Gaza, Tanda Kebangkitan Nurani Dunia
Oleh. Ummu Fahhala, S.Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)
SSCQMedia.Com—Gerakan Global March to Gaza (GMTA) menjadi bukti kemarahan umat Islam dan dunia atas penderitaan Gaza yang tiada henti. Aksi ini diikuti oleh ribuan orang dari berbagai negara yang berusaha menembus blokade Isr4el. Mereka datang dengan tekad kuat untuk menunjukkan kepedulian terhadap rakyat Palestina yang terzalimi.
Namun, sayangnya, harapan mereka pupus di depan gerbang Rafah. Mesir mengusir puluhan aktivis dan menolak memberi jalan, seperti dilansir kompas.tv, 12 Juni 2025. Dunia seolah hanya bisa menyaksikan dari kejauhan tanpa daya. Lembaga-lembaga internasional dan para penguasa dunia Islam pun terbukti tak mampu berbuat banyak. Rakyat bergerak, tetapi penguasa diam. GMTA menegaskan bahwa jalan keluar sejati tak bisa diharapkan dari mereka.
Jalan Keluar Tak Mungkin Datang dari Sistem Lama
Fakta ini menunjukkan bahwa sistem internasional dan para pemimpinnya bukanlah penyelesai masalah Palestina.
Negara-negara besar tidak peduli pada kemanusiaan, tetapi hanya kepentingannya sendiri. Hal itu dinyatakan Profesor John Mearsheimer dari University of Chicago dalam bukunya The Tragedy of Great Power Politics.
Sementara itu, Noam Chomsky, seorang intelektual dari MIT, berkali-kali mengkritik sikap Amerika Serikat yang membela Isr4el secara buta. Dunia terjebak dalam sistem buatan manusia yang hanya melayani kepentingan adidaya.
Para aktivis Gaza menyadari hal ini. Mereka datang bukan berharap pada PBB atau Liga Arab, tetapi untuk mengingatkan dunia bahwa penjajahan Isr4el terjadi karena diamnya para penguasa negeri Islam yang terjebak nasionalisme dan batas negara buatan.
Nasionalisme: Sekat Buatan yang Mematikan Kepedulian
Nasionalisme merupakan sekat besar yang memisahkan umat Islam, menyebabkan tertahannya para aktivis GMTA di pintu Rafah. Inilah paham beracun yang diwariskan penjajah Barat kepada negeri-negeri Islam. Nasionalisme membuat Mesir menutup perbatasan dari saudara seiman di Gaza. Mesir memilih patuh pada perintah Amerika dan Isr4el demi menjaga kepentingan politik dalam negeri.
Nasionalisme telah membunuh nurani penguasa. Para tentara muslim rela menjaga perbatasan demi keselamatan penjajah. Mereka takut kehilangan dukungan negara adidaya dibanding takut kepada Allah Swt.. Padahal, di hadapan mata mereka, jutaan warga Gaza hidup menderita, terkurung, lapar, dan terancam kematian.
Negara Bangsa: Penjara Buatan Barat
Konsep negara bangsa membuat umat Islam terpecah-pecah. Meski satu agama, satu kiblat, dan satu kitab suci, mereka terpisah oleh batas palsu buatan penjajah. Konsep ini berhasil melemahkan kekuatan umat. Tidak ada lagi ikatan persaudaraan sejati sebagaimana diajarkan Rasulullah saw.. Yang ada hanya kepentingan nasional sempit yang mengabaikan nasib saudara seiman di negeri lain.
Umat Islam buta akan sejarah mereka sendiri. Padahal, kehancuran Khilafah Usmaniyah tahun 1924 terjadi karena adu domba nasionalisme antara bangsa Arab dan Turki. Sejak itu, negeri-negeri Islam jatuh satu per satu ke tangan Barat dan tak pernah bangkit kembali hingga hari ini.
Solusi Islam: Kembali pada Persatuan Umat
Islam telah menawarkan solusi yang jelas. Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku." (QS. Al-Mu’minun: 52)
Rasulullah saw. membangun negara Islam di Madinah yang mempersatukan berbagai suku dan bangsa. Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali melanjutkan kepemimpinan ini dalam bentuk Khilafah. Di masa Umar bin Khattab, Palestina dibebaskan dari Romawi tanpa batas negara bangsa. Tentara Islam dari berbagai wilayah bersatu dalam satu komando, satu tujuan: menolong agama Allah.
Perjuangan Politik Ideologis adalah Keharusan
Umat Islam harus sadar. Nasionalisme dan negara bangsa adalah racun yang memecah belah dan melemahkan. Gerakan pembebasan Palestina tak cukup hanya berupa aksi kemanusiaan. Gerakan ini harus politis, ideologis, dan global. Tujuannya adalah menegakkan kembali kepemimpinan Islam yang satu di seluruh dunia.
Untuk itu, dukungan pada gerakan politik ideologis Islam sangat penting. Hanya dengan sistem ini umat Islam bisa bersatu, tentara-tentara Islam bisa bergerak ke Gaza tanpa terhalang batas negara, dan Palestina benar-benar terbebas.
Penutup
Sudah saatnya umat Islam meninggalkan ilusi solusi dari dunia Barat dan sistem nasionalisme. Umat harus bangkit dengan jalan Islam, jalan yang ditempuh Rasulullah dan para sahabat. Inilah satu-satunya jalan untuk mengakhiri penderitaan Palestina dan membebaskan Gaza dari cengkeraman zionis. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: