Headlines
Loading...

Oleh. Zhiya Kelana, S.Kom.
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Iduladha harusnya menjadi sebuah momentum di mana kaum muslim bergembira menyambutnya setahun sekali. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Palestina, yang tetap saja dibombardir oleh Israel. Pada hari raya pertama saja sudah ada korban meninggal sebanyak 33 orang dan di hari kedua ada 17 orang dan 40 orang terluka imbas serangan udara dan tembakan di jalur Gaza terutama di Khan Younis dan Rafah.

Menurut data berita Anadolu, sejak 27 Mei 2025, korban yang tewas saat mengakses bantuan kemanusiaan mencapai 115 orang. Sementara itu, lebih dari 580 warga Gaza terluka dan 9 orang hilang. Sejak dimulainya operasi militer yang disebut sebagai upaya genosida yang telah merenggut hampir 54.700 jiwa dan menyebabkan kelaparan serta menjadikan Gaza tak layak lagi untuk dihuni (Beritasatu.com, 07/06/2025).

Sampai hari ini genosida masih terus terjadi di Gaza. Korbannya pun tak lagi bisa dihitung bahkan yang harusnya tak menjadi korban pun ikut tewas dibombardir Israel. Memang, tabiatnya para kafir penjajah seperti itu,
mengambil momen di mana kaum muslimin berkumpul terutama saat beribadah, karena pada saat itu fokusnya kaum muslimin adalah beribadah bukan mengangkat senjata. Dan lagi-lagi menggambarkan betapa pengecutnya mereka yang menyerang dengan cara seperti itu saat kaum muslimin lengah.

Mirisnya, negara-negara besar di dunia hanya diam. Bahkan para penguasa muslim hanya sibuk beretorika tanpa tindakan nyata untuk mengirimkan pasukannya mengusir para penjajah. Mereka terus diam meski rasa kemanusiaannya terkoyak. Padahal, fitrahnya manusia pasti memiliki rasa untuk menolong sesamanya apalagi di sana ada bayi yang lemah tak berdaya.

Memang, tak lagi mengherankan bagi kita jika saat ini para pemimpin muslim diam saja melihat Palestina diserang, karena mereka terikat kontrak dengan negara adikuasa. Mereka harus menekan bahkan menutup mata dan telinganya untuk bisa terus melanjutkan kerja sama, karena imbas membela Palestina adalah diboikot oleh negara adikuasa penghasil sistem ekonomi kapitalis.

Matinya rasa kemanusiaan ini menunjukkan bahwa matinya sifat dasar manusianya. Inilah buah dari sistem kapitalisme yang sangat mengagungkan nilai materi dan rasa superior disertai dengan kebencian atas manusia yang lainnya. Kekejaman yang sangat luar biasa itu ternyata tak dapat mengusik nurani para pemimpin muslim. Karena nasionalisme yang lahir dari Barat menghalangi mereka untuk bisa bersikap adil pada muslim Palestina. Tidak ada seorang penguasa negeri muslim yang mampu untuk membebaskannya dengan menggunakan kekuatan senjata, meski umat sudah menyerukan untuk melakukan jihad. Sedangkan jihad tak mungkin bisa terwujud tanpa adanya seruan dari pemimpin negara. Dan model negara hari ini tak mungkin menyerukan jihad, malah mereka justru bergandengan tangan dengan para penjajah Yahudi.

Bukankah harusnya pasukan militer itu dilatih untuk membela manusia tanpa harus melihat siapa dan di mana wilayahnya? Bukan hanya untuk melindungi negara namun juga manusia, itu yang selalu dilakukan seperti latihan dengan berbagai bangsa dan negara untuk mengetahui kekuatannya. Dan itu juga yang membuat mereka dikirim sebagai pasukan perdamaian ke belahan dunia mana pun untuk menolong manusia tanpa perbedaan ras, suku bangsa, wilayah, dan agama. Namun di mana hal itu tak terjadi dengan Palestina.


Mungkin mereka takut untuk melakukan jihad karena dianggap tidak sejalan dengan pemahaman sekuler yang sedang diembannya. Dan jihad sendiri juga membutuhkan banyak dana yang tak sedikit, di mana ancamannya adalah kelaparan, permusuhan dan kehancuran seperti yang terjadi pada Palestina hari ini. Pertimbangan inilah yang membuat para penguasa muslim lebih menutup mata, bukan mereka tak tahu tentang kewajiban dari jihad sendiri tapi lebih memilih untuk mengamankan dirinya dan negaranya dulu dengan pertimbangan takut rugi.


Dalil yang menyatakan bahwa khalifah adalah pelindung bagi umat (khalifah adalah perisai) adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, yang berbunyi: "Sesungguhnya seorang imam (khalifah) itu perisai, orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya sebagai pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah dan adil, ia akan mendapatkan pahala. Jika ia memerintahkan yang lain, ia harus bertanggung jawab atasnya."

Pembentukan kelompok (jemaah) Islam banyak terdapat dalam Al-Qur'an dan hadis, terutama yang berkaitan dengan perintah amar makruf nahi munkar dan persatuan umat muslim. Salah satu yang paling sering digunakan adalah QS. Ali Imran ayat 104.

Jemaah ini yang akan membantu umat untuk sadar dan menjadi penunjuk jalan kemuliaan bagi umat. Dan umat juga sudah seharusnya menjawab seruan jemaah ini untuk berjuang bersama menjemput nasrullah. Karena menegakkan Khilafah adalah kewajiban bagi setiap muslim di mana tidak akan gugur kewajiban ini sampai ia tertunaikan.

Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: