Headlines
Loading...
Global March to Gaza: Hidupkan Matinya Hati Umat

Global March to Gaza: Hidupkan Matinya Hati Umat


Oleh. Wulan Syahidah
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Global March to Gaza bukan sekadar aksi solidaritas, tetapi teriakan nurani dunia yang mulai terbangun dari kelumpuhan moral terhadap genosida di Palestina. Jutaan umat manusia di berbagai penjuru dunia turun ke jalan, melintasi batas negara dan sekat ideologi, demi satu tujuan— menghentikan penjajahan dan pembantaian terhadap rakyat Palestina. Ini adalah bukti bahwa umat manusia belum sepenuhnya mati rasa dan hati. Namun, maraknya aksi ini sekaligus mengungkap wajah asli sistem dunia hari ini yang gagal memberikan keadilan dan perlindungan bagi yang tertindas.

Para aktivis mencoba berjalan menuju perbatasan Rafah untuk menyoroti krisis kemanusiaan dan blokade terhadap Gaza. Namun, pihak keamanan Mesir dan Libya menahan atau mendeportasi mereka di berbagai titik, terutama di Bandara Kairo dan sepanjang rute di Libya. Di Mesir sekitar 88 orang ditahan atau dideportasi, sedangkan pihak penyelenggara menyebut totalnya bisa mencapai 200 orang (aljazeera.com, 13-06-2025).

Beberapa aktivis dan pengemudi bus yang membawa mereka di luar Kairo dilaporkan dihadang dan dipaksa untuk berubah arah, paspor mereka disita. Ada juga laporan penggunaan kekerasan ringan (madamasr.com, 13-06-2025). Tujuan dari aksi ini adalah untuk menekan blokade Israel atas Gaza, memaksa pembukaan semua jalur bantuan kemanusiaan, dan meruntuhkan kebuntuan di pos perbatasan Rafah yang ditutup sejak pengamatan Israel per Maret.

Rencana aksi resmi dijadwalkan berlangsung 15 Juni, dimulai dari Al‑Arish menuju Rafah sekitar 50 km. Meskipun berbagai otoritas belum memberi izin penuh, penyelenggara menyatakan akan tetap melanjutkan rencana tersebut, bahkan sudah melebihi puluhan ribu peserta melakukan perjalanan menuju Mesir.

Selama puluhan tahun, Gaza telah menjadi penjara terbuka terbesar di dunia, dikunci oleh blokade brutal, dihujani bom, dan ditinggalkan oleh institusi internasional yang seharusnya bertanggung jawab atas perlindungan hak asasi manusia. PBB, Liga Arab, bahkan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), nyaris tak lebih dari simbol macan ompong. Mereka bicara, tapi tak bertindak. Mereka mengecam, tapi tak menekan. Semua ini membuktikan satu hal bahwa sistem dunia hari ini  yang dikendalikan oleh kekuatan Kapitalisme global dan dominasi Barat tidak berpihak kepada keadilan, tetapi pada kepentingan.

Bantuan kemanusiaan penting, tetapi tak cukup. Gencatan senjata mendesak, tapi juga tak menyelesaikan akar masalah. Maka, solusi yang ditawarkan tidak boleh berhenti pada derma dan demonstrasi. Perlu ada langkah konkret untuk menghapus sistem kolonialisme modern yang melegitimasi penjajahan atas nama perdamaian.

Umat Islam di seluruh dunia perlu kembali membangun kekuatan politik yang satu dan independen dari tekanan negara-negara Barat. Dunia Islam yang saat ini terpecah-pecah dan tunduk pada kepentingan geopolitik harus menyadari bahwa tidak ada kebebasan bagi Palestina tanpa kebangkitan politik Islam secara global. Ini berarti perlunya dukungan terhadap sistem pemerintahan Islam yang menyatukan umat dan menjadikan pembelaan terhadap wilayah Muslim yang dijajah sebagai prioritas utama.

Negeri muslim harus berani mengambil langkah nyata, seperti boikot total terhadap produk dan perusahaan pendukung penjajahan Israel, serta memutus hubungan  diplomatik secara permanen dengan negara pendukung agresi. Jika dilakukan secara kolektif, tekanan ini akan mengguncang fondasi ekonomi dan legitimasi Israel di mata dunia. Generasi muda yang hari ini turun ke jalan tidak boleh berhenti pada simbolisme. Mereka harus menjadi motor perubahan sistemik, menggali literasi politik dan sejarah, memahami siapa musuh sesungguhnya, dan membangun kesadaran bahwa perdamaian sejati hanya terwujud ketika akar kezaliman dicabut hingga ke akarnya yakni penjajahan dan sistem global yang menopangnya.

Global March to Gaza seharusnya berkembang menjadi gerakan internasional melawan penjajahan di mana pun. Palestina adalah simbol dari semua bangsa tertindas. Maka, gerakan ini harus membawa misi global menumbangkan sistem penindasan dan membangun solidaritas dunia berbasis pada keadilan sejati, bukan kepentingan ekonomi dan politik kapitalis. Global March to Gaza telah menggetarkan hati umat manusia, tapi jangan biarkan getaran itu menghilang seperti angin berhembus. Saatnya umat manusia berpikir lebih dalam, mengapa genosida bisa terus terjadi? Mengapa Palestina belum merdeka hingga kini? Dan apa yang harus kita ubah, tidak hanya secara moral, tetapi juga secara sistemik?

Perjuangan membebaskan Gaza bukan hanya tugas warga Palestina, tetapi tanggung jawab seluruh umat manusia yang masih memiliki hati dan akal sehat. Dan itu hanya akan tercapai jika kita semua berani keluar dari sistem dunia yang rusak ini, lalu membangun kekuatan hakiki dalam naungan daulah Khilafah. Karena hanya dengan Khilafah dan jihad kita mampu membebaskan seluruh negeri muslim dunia dari penjajahan, tidak hanya menangis bersama Gaza, tapi berjuang dan menang bersamanya. [ry]

Baca juga:

0 Comments: