Headlines
Loading...
Demi Konten, Neraka pun Dijadikan Lelucon

Demi Konten, Neraka pun Dijadikan Lelucon

Oleh. Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Beberapa waktu lalu, dunia jagat maya dihebohkan dengan beberapa video artificial intelligence (AI) tentang 'testimoni masuk neraka'. Video tersebut sontak saja menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Salah satunya dari anggota Komisi VIII DPR RI, Selly Andriany Gantina. Dia merasa miris dengan beredarnya video tersebut. Dia juga meminta agar kemajuan teknologi seperti AI ini, disikapi dengan bijak dan penuh tanggung jawab (share.google 11-6-2025).

Mau tidak mau, kita memang harus menyadari bahwa perkembangan teknologi, termasuk AI, merupakan bagian dari kemajuan zaman yang tidak bisa dielakkan. Meski demikian, penggunaannya harus tetap disertai dengan tanggung jawab etika, sosial, dan spiritual. Sudah seharusnya segala tindak-tanduk kita dalam berbuat selalu memperhatikan norma-norma yang ada, terutama norma agama.

Apalagi kita tinggal di sebuah negeri yang notabene negeri dengan populasi muslim terbesar. Sebagai seorang muslim, perbuatan kita seharusnya selalu terikat dengan aturan yang ada dalam agama yang dianut, yaitu Islam. Bukan justru malah hidup semau gue, bebas melakukan segala hal, termasuk mengolok-olok ajaran agama sendiri. Beginikah kondisi akidah umat yang mengaku beragama Islam?

Rasanya sangat miris melihat fenomena hari ini. Ajaran agama sedemikian direndahkan. Umat Islam semakin jauh dari akidahnya. Mereka menjalani hidup dengan penuh kebebasan. Bebas berekspresi, bebas melakukan berbagai hal, meskipun yang dilakukan bertentangan dengan Islam, namun mereka begitu enjoy melakukan pelanggaran dan penghinaan. Bahkan, neraka pun jadi bahan candaan. Astaghfirullah, sudah sedangkal itukah sebagian umat Islam dalam memahami agamanya?

Agama benar-benar hanya sekadar simbol. Agama hanya sekadar formalitas di KTP. Lantas apa yang membuat umat Islam semakin jauh dari pemahaman akidah yang benar? Mengapa kondisi umat Islam hari ini, tidak sama dengan kondisi umat Islam terdahulu?

Padahal, seperti kita ketahui, kita memeluk agama yang sama, yaitu Islam. Tetapi mengapa kekuatan akidahnya berbeda?

Mungkin salah satu jawabannya adalah karena umat Islam generasi dahulu menyadari betul tentang hubungannya dengan Allah Sang Pencipta. Sehingga dengan begitu mereka begitu takut jika menjalani hidup tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah. Hidup mereka benar-benar hanya untuk mencari rida Allah bukan yang lain. Mereka paham betul jika perbuatannya akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Rabbnya.

Sementara umat Islam hari ini, sangat jauh dari pemahaman akidah yang benar. Umat hari ini cenderung tidak menyadari jika dirinya memiliki hubungan dengan Allah Sang Pencipta. Mereka hanya mengaku beragama Islam, tetapi perilakunya sama sekali tidak mencerminkan kepribadian Islam. Begitu juga dengan pola pikirnya, sangat jauh dari Islam.

Padahal neraka adalah suatu kepastian, begitu juga surga. Keduanya adalah tempat kembali bagi manusia kelak. Bagi seorang hamba yang berat timbangan amal baiknya, maka surga adalah tempatnya kembali. Begitu pun sebaliknya, apabila timbangan seorang hamba lebih berat amal buruknya, maka tempat kembalinya adalah neraka. Hingga saat ini, tidak ada yang mengetahui dengan pasti tentang bagaimana keadaan neraka. Hanya saja Allah sudah mengabarkan dalam banyak ayat tentang keberadaan neraka.

Seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 24 yang artinya : "... Maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu ..."

Surat Al-Humazah ayat 4-9 yang artinya : "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela... yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung... Dia akan dilemparkan ke dalam api yang membakar."

Surat An-Nazi'at ayat 36-39 yang artinya : "Dan adzab yang pedih (neraka) akan menampakkan (kepada mereka) ... Barangsiapa yang durhaka dan lebih memilih kehidupan dunia ... maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya)."

Ayat-ayat tersebut menggambarkan neraka sebagai tempat azab yang pedih bagi orang-orang yang durhaka dan tidak beriman. Maka bagi orang-orang yang beriman dan meyakini dengan pasti adanya neraka, tentu tidak akan menjalani hidup sesuka hati tanpa terikat dengan aturan agamanya (Islam).

Sejatinya setiap manusia pasti menginginkan tempat kembali yang paling baik yaitu surga. Tidak akan ada satu orangpun yang mau berakhir di neraka. Ini karena neraka adalah tempat kembali paling buruk. Oleh karenanya, orang-orang yang memahami hakikat neraka tidak akan pernah menjadikan neraka sebagai lelucon. Wallahualam. [ry]

Payakumbuh, 14 Juni 2025

Baca juga:

0 Comments: