Oleh. Dewi Kusuma
(Pemerhati Umat)
SSCQMedia.Com—Alhamdulillah kita bisa berada di dunia ini wasilah dari kedua orang tua kita. Tentu hal ini tak akan pernah lepas dari karunia Allah Swt. Dia telah memilihkan untuk aku dua orang tua yang sangat kusayangi. Meski selama hidupnya aku belum bisa membanggakan kedua orang tuaku.
"Bapak, maafkan aku sebagai anakmu, yang belum pernah membuatmu bahagia. Izinkan aku, ya Rab, agar kedua orang tuaku ada dalam rahmat dan cinta-Mu. Izinkan aku kelak untuk berkumpul kembali di surga-Mu yang penuh kenikmatan,” doa kupanjatkan kepada-Nya.
Bapak adalah seorang yang kubanggakan. Beliau selalu menyayangiku dengan tulus ikhlas. Di masa kecil aku selalu bermanja dengannya. Berdiri di atas kaki beliau untuk melangkah sambil memeluknya. Bapakku bilang, "Tapeng-tapeng sini". Ya, berdiri di atas kaki beliau dengan menghadapnya dan memeluknya kemudian minta bapakku melangkahkan kakinya.
Mungkin hanya aku sendiri dari tujuh bersaudara yang selalu minta "tapeng-tapeng". Meski hanya sekadar bermain seperti hal tersebut, hal ini bisa membuatku bahagia. Bapak pun bisa tertawa dan tersenyum dengan tingkah masa kecilku. Hingga beliau tiada, aku merasa belum pernah membahagiakannya. Saat ini hanya doa yang terus kupanjatkan untuk kedua orang tuaku.
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
"Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil."
Semasa hidup beliau aku belum bisa membuat orang tuaku bangga dan bahagia. Kala itu ekonomi keluarga pun masih minim. Aku pun sebagai ibu dari dua putraku harus bekerja keluar rumah. Demi melengkapi dan membahagiakan keluarga. Meskipun suami bekerja, namun ekonomi belum mencukupi untuk kebutuhan keluarga.
Tugasku sebagai ibu pun tak kutinggalkan. Aku harus bangun pagi-pagi buta untuk memasak nasi dan lauk-pauk selama aku pergi bekerja. Anak-anak dan suami harus makan dan minum dari olahan dalam rumah. Kami bagi tugas dengan suami. Suami cuci baju pulang kerja, saya setrika baju. Saya memasak menyiapkan makanan dan minuman untuk keluarga.
Anak pertama berangkat bareng saya bekerja. Anak kedua bareng suami berangkat kerja. Anak-anak pulang sekolah dan suami makan minum sudah tersedia meski saya harus bekerja di luar rumah. Itulah bentuk tanggung jawab saya kepada keluarga. Meski kerja di luar rumah. Urusan rumah tangga tetap harus dinomorsatukan.
Di saat orang tuaku telah tiada baru aku bisa berkurban untuk bapak dan ibu. Itu dari hasil kerja kami. Alhamdulillah sudah bisa memotong hewan kurban atas nama beliau. Semoga Allah menerimanya dengan amalan ibadah untuk orang tua kami. Bapak sangat membanggakanku, meski aku sudah berumah tangga. Beliau selalu menceritakan aku kepada tetangga tempat kami tinggal.
Ya Rab, ampuni segala dosa dan kesalahannya. Satukan bapak dan ibuku di surga-Mu. Maafkan aku, ya Rab, di saat mereka telah tiada baru sempat berkurban untuk kedua orang tuaku.
Bapak maafkan aku, belum sempat membuatmu bahagia. Meski Bapak dan Ibu telah membesarkan aku dan selalu membanggakan diriku. Apa daya saat itu aku belum mampu membuatmu bangga dan bahagia.
Alhamdulillah meski kedua orang tuaku telah tiada, Allah Swt. memberikan kesempatan untuk beribadah atas nama beliau. Alhamdulillah memotong hewan kurban maupun berumrah sudah kami jalankan atas nama kedua orang tuaku. Saat itu aku minta suami untuk meniatkan umrah yang kedua kali untuk bapakku. Dan aku berumrah kedua kali untuk ibuku.
Ya Rab, semoga Engkau menerima ibadah yang kami jalankan untuk kedua orang tua kami. Tanpa-Mu, mana mungkin niatan tersebut bisa terlaksana? Berkat karunia, rahmat, dan rida-Mu, kurban dan umrah terlaksana atas nama orang tua kami.
Semoga ini bisa menjadi salah satu wasilah untuk membahagiakan orang tua kami. Semoga kelak Engkau izinkan kami bertemu dan bersatu kembali di alam surga-Mu, amin Allahumma amin. [Ni]
Serang Banten, 31 Mei 2025
Baca juga:

0 Comments: