Oleh. Eka Suryati
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Kabar demi kabar terdengar tentang Palestina. Semua tak ada yang baik-baik saja. Banyak sudah penduduknya yang jadi korban, dibantai tangan-tangan tak berprikemanusiaan.
Palestina sayang, apa kabarmu hari ini?
Pertanyaan itu sederhana sebenarnya, namun jadi terasa berat, nyaris tak pantas dilontarkan. Semua itu karena langitmu masih kelabu, tanahmu masih hangus terbakar, dan airmata anak-anakmu belum sempat kering. Setiap hari, kami mendengar kabar duka dari tanah suci itu. Palestina tanah yang diberkahi Allah, namun terus dilukai oleh mereka yang tidak mengenal belas kasih.
Di Gaza, di Tepi Barat, di kota-kota yang dulu menjadi saksi para nabi menyampaikan risalah, kini terdengar deru bom menggantikan adzan, dan nyala api menggantikan cahaya ilmu. Bahkan rumah sakit, sekolah, dan masjid pun tak luput dari kehancuran. Seakan-akan tak ada lagi tempat aman untuk bernapas. Warga sipil menjadi korban. Mereka itu adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua. Mereka menjadi sasaran kekejaman yang terang-terangan.
Fakta-Fakta Penderitaan yang Mencengangkan
Data dari organisasi kemanusiaan menunjukkan bahwa sejak pecahnya perang besar pada Oktober 2023, lebih dari 30.000 warga Palestina syahid, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. Menurut UNICEF, anak-anak Palestina mengalami trauma berkepanjangan akibat kehilangan orang tua, tempat tinggal, bahkan harapan akan masa depan. Ribuan bangunan hancur lebur. Pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan sangat terbatas akibat blokade yang diberlakukan Z*on*s Isr*el.
Human Rights Watch dan Amnesty International menyebut tindakan Isra*l sebagai kejahatan perang dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Rumah sakit dibom, ambulans ditembak, bahkan wartawan yang mencoba meliput pun menjadi target kekerasan. Tak hanya itu, ada praktik pembersihan etnis secara sistematis, upaya untuk mengusir seluruh warga Palestina dari tanah mereka sendiri.
Namun, dunia seakan tuli dan bisu. Resolusi PBB tidak digubris. Negara-negara besar berlindung di balik politik kepentingan. Palestina dibiarkan berjuang sendirian, berdiri di atas puing-puing, tapi tetap teguh memegang teguh amanah, sebagai tuan rumah tanah yang diberkahi.
Dalam pandangan Islam, penjajahan dalam bentuk apa pun adalah bentuk kezaliman besar. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan janganlah sekali-kali kamu condong kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka...” (QS. Hud: 113)
Zi*nisme bukan sekadar gerakan politik. Ia adalah ideologi yang lahir dari kerakusan dan kesombongan. Mereka membenarkan penjajahan dan pembunuhan demi klaim sepihak atas tanah yang mereka sendiri tahu bukan milik mereka. Palestina adalah tanah para nabi, tanah yang diberkahi, tempat berdirinya Masjidilaqsa, kiblat pertama umat Islam.
Allah telah mewasiatkan kepada umat ini untuk menjaga Al-Aqsa. Rasulullah saw. dalam hadis sahih bersabda:
“Janganlah kalian bersusah payah bepergian kecuali ke tiga masjid: Masjidilharam, Masjid Nabawi, dan Masjidilaqsa.” (HR. Bukhari)
Jika Masjidilaqsa adalah milik bersama umat Islam, maka penderitaan Palestina adalah luka kita bersama. Ketika tanah suci itu diinjak-injak, kehormatan umat Islam pun tercabik-cabik.
Islam tidak mengajarkan kita untuk diam saat saudara kita dizalimi. Dalam surah Al-Hujurat: 10, Allah menyebut kaum Muslimin sebagai ikhwah—bersaudara. . Dan saat ini Palestina sedang diuji, ditindas oleh penjajah, yang sewenang-wenang menebar angkara murka. Dan kewajiban seorang saudara adalah menolong saudaranya yang tertindas.
Solusi utama atas penderitaan Palestina adalah persatuan umat Islam. Selama umat masih terpecah oleh sekat nasionalisme, politik, dan kepentingan duniawi, maka penjajahan akan terus berlangsung. Umat Islam butuh bangkit dari kelalaian, menyadari bahwa perlawanan terhadap kezaliman bukan hanya dengan senjata, tapi juga dengan doa, dukungan, opini publik, diplomasi internasional, dan tekanan ekonomi.
Banyak ulama dan cendekiawan menekankan pentingnya boycott terhadap produk-produk yang mendanai rezim zionis. Ini bukan hal sepele. Dengan kesadaran kolektif, umat Islam bisa memukul ekonomi mereka tanpa harus mengangkat senjata. Dunia telah menyaksikan bagaimana boycott yang konsisten bisa mengguncang industri raksasa.
Selain itu, pendidikan dan penyebaran informasi juga menjadi benteng penting. Anak-anak kita harus tahu bahwa Palestina bukan sekadar konflik, tapi isu aqidah dan kemanusiaan. Mereka harus tumbuh dengan semangat membela kebenaran dan membenci kezaliman, agar tidak ikut terjebak dalam narasi-narasi palsu yang menyesatkan.
Palestina, Kau Tidak Sendiri
Palestina sayang, kami tahu langitmu belum cerah. Tapi ketahuilah, doa-doa kami mengalir seperti sungai yang tak pernah kering. Dari masjid-masjid kecil hingga forum-forum besar, namamu selalu disebut. Di setiap rakaat malam, kami sebut namamu, memohon kepada Allah agar memberimu kekuatan, ketabahan, dan kemenangan.
Anak-anakmu yang berjalan di antara reruntuhan dengan senyum dan batu di tangan itu adalah pejuang sejati. Mereka mengajarkan kepada dunia apa arti sabar, apa makna istikamah. Wajah-wajah mereka adalah cermin keberanian yang tidak bisa dilupakan sejarah.
Kami percaya pada janji Allah. Janji bahwa kebatilan pasti akan tumbang. Dan bahwa siapa yang berjuang di jalan Allah, tidak akan sia-sia.
Palestina akan bebas, bukan karena belas kasihan dunia, tapi karena pertolongan Allah dan perjuangan umat yang tak pernah menyerah. Untuk itu umat Islam harus bersatu, melawan si durjana dengan mengangkat senjata, berjihad di jalan Allah.
Palestina sayang, meski kami jauh, cinta kami dekat. Meski tubuh kami tak berada di barisan perlawananmu, hati kami berdetak seirama denganmu. Kami menulis, bersuara, berdonasi, berdoa, dan berikhtiar sekuat tenaga agar dunia tak melupakanmu. Kami percaya bahwa malam yang panjang akan berganti pagi. Bahwa kezaliman akan binasa, dan cahaya keadilan akan menyinari tanahmu kembali.
Kami akan terus berkata kepada dunia:
Palestina bukan konflik dua negara.
Palestina adalah negeri yang dijajah.
Dan setiap penjajahan harus dilawan, bukan dinegosiasikan.
Palestina sayang, tetaplah tegar. Bunga-bunga akan tumbuh di atas puing-puing itu. Anak-anakmu akan tertawa lagi. Langitmu akan biru. Dan Masjidil Aqsa akan kembali dalam pelukan umat ini, yang tak pernah lupa padamu.
Kotabumi, 20 April 2025
Baca juga:

0 Comments: