Operation Gideon's Dijalankan, Nasib Rakyat Gaza Mengenaskan
Oleh. Rina Herlina
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Lagi, melalui serangan udara terbarunya, militer Israel dalam 24 jam terakhir telah menewaskan sekitar 146 warga Palestina. Sementara, korban luka menurut otoritas kesehatan Gaza, jauh lebih banyak daripada angka tersebut. Serangan ini dilakukan sesaat sebelum militer Israel juga bersiap melanjutkan serangan darat yang baru, juga sesaat setelah Donald Trump melakukan lawatan terakhirnya ke Timur Tengah. Lawatan tersebut juga tidak menunjukkan adanya kemajuan yang jelas terkait gencatan senjata baru antara Israel dan Hamas (www.cnnindonesia.com, 17/5/2025).
Menurut Marwan Al-Sultan selaku direktur di Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, sejak tengah malam mereka telah menerima sekitar 58 martir. Sementara itu, korban luka-luka akibat tertimpa reruntuhan jumlahnya pun banyak. Dia menegaskan bahwa saat itu, rumah sakit berada dalam situasi sangat buruk.
Reuters dalam beritanya menyebutkan, menurut data otoritas kesehatan Gaza, ada sekitar 459 orang yang mengalami luka dalam serangan terbaru yang dilakukan militer Israel. Bahkan pada (16/5), Israel memerintahkan warga Gaza untuk meninggalkan Gaza dan pindah ke selatan. Hal ini terjadi setelah serangan hebat Israel di kota utara Beit Lahia dan kamp pengungsi Jabalia. Menurut warga di sana, tank-tank Israel kemudian bergerak maju menuju kota selatan Khan Younis.
Lanjut pada Sabtu (17/5), Israel juga memobilisasi pasukan dan melakukan kembali serangan secara besar-besaran. Hal ini merupakan bagian dari persiapan mereka untuk semakin memperluas operasi di Jalur Gaza serta untuk mencapai "kendali operasional" di sana.
Serangan Israel yang terus-menerus membuat sistem kesehatan Gaza saat ini nyaris tak ada lagi yang beroperasi. Rumah sakit di sana banyak yang mengalami rusak parah akibat berulang kali menjadi sasaran serangan militer Israel. Serangan tersebut berimbas pada pasokan medis yang kian menipis bahkan nyaris tak ada. Kondisi ini adalah efek dari blokade ketat yang dilakukan Israel sejak Maret 2025.
Militer Israel mengerahkan seluruh kekuatan bahkan mati-matian dalam menyerang Jalur Gaza. Mereka sangat bernafsu mengalahkan Hamas dan mendapatkan kembali para sanderanya. Hal ini dapat terlihat dari eskalasi yang dilakukan Israel, meliputi penumpukan pasukan lapis baja yang berada di sepanjang perbatasan. Dan ini adalah bagian dari tahap awal pada Operation Gideon's Wagons.
Mungkin sebagian dari kita baru mendengar tentang Operation Gideon's. Operation Gideon's adalah sebuah operasi militer yang dilakukan sejak tahun 1966 oleh Israel. Tujuannya adalah untuk menghancurkan organisasi pembebasan Palestina di Jalur Gaza. Dan saat ini mereka tengah memulainya kembali. Meski Israel banyak mendapat kecaman atas operasi ini, akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan langkah Israel untuk tetap menghancurkan Jalur Gaza dan mengusir penduduknya. Israel sudah tidak peduli dengan banyaknya kecaman dari dunia internasional atas kejahatan perang yang dilakukannya.
Lantas, sampai kapan rakyat Gaza harus menanggung penderitaan ini? Mereka sudah terlalu lama hidup dalam penderitaan. Tidak ada yang bisa diharapkan pada dunia internasional untuk menyelamatkan rakyat Gaza. Dunia seolah menutup mata dan menganggap biasa kejahatan Israel.
Persoalan Gaza bukan persoalan biasa. Mereka butuh solusi nyata bukan sekadar retorika. Mereka butuh uluran tangan saudaranya untuk membela kehormatannya. Mereka butuh kita (umat Islam). Sampai kapan kita akan membiarkan mereka berjuang sendirian?
Mari kita rapatkan barisan, himpun kekuatan guna mengakhiri penderitaan mereka dan membebaskan negeri mereka dari cengkraman Israel dan sekutunya. Mereka adalah saudara yang wajib kita bela. Mereka membutuhkan bantuan. Jika bukan kita yang membantu perjuangan mereka, lantas siapa lagi?
Payakumbuh, 17 Mei 2025 [An]
Baca juga:

0 Comments: