Oleh. Rina Rofia
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Korban keracunan makan bergizi gratis atau (MBG), mengalami kenaikan per 9 Mei 2025. Pertambahan kasus naiknya korban makanan bergizi gratis menjadi 210 korban ini berasal dari kota Bogor. Kepala Dinas Kesehatan kota Bogor Sri Nowo Retno menyebutkan bahwa 210 orang yang diduga mengalami keracunan tersebut, berasal dari delapan sekolah yang berasal dari SPPG yang sama. Adapun rincian korban keracunan MBG ini di antaranya 34 orang menjalani rawat inap, 47 orang menjalani rawat jalan, dan 129 orang mengalami keluhan ringan, (CNN Indonesia, 11 Mei 2025).
Adapun upaya dari dinas kesehatan yakni melakukan investigasi epidemiologis untuk mencari sumber keracunan tersebut. Serta koordinasi dengan pihak sekolah dan instansi guna penanganan dan pengambilan sampel. Uji coba sampel yang didapat akan dilakukan secara mikrobiologis di Labkesda/Laboratorium Kesehatan Daerah kota Bogor.
Upaya yang dilakukan oleh Badan Gizi Nasional yakni menyelidiki secara langsung kasus keracunan MBG di Kota Bogor. Dadan Hidayana selaku kepala Badan Gizi Nasional mengatakan bahwa pihaknya juga tengah menunggu hasil uji lab dari Labkesda Bogor, untuk mengetahui sumber dari keracunan makanan ini.
Kasus Berulang, Bukti Negara Abai
Sungguh miris, terdapatnya pengulangan kasus keracunan MBG ini salah satu bukti adanya ketidakberesan pemerintah dalam mengurus sistem yang dijalankan, serta negara yang tidak serius dalam menangani kasus yang sama. Dapat kita pahami bahwa keracunan makanan merupakan salah satu hal yang paling krusial, karena keracunan tidak hanya mengganggu kesehatan tapi dapat merenggut keselamatan jiwa. Jika kita telisik lebih dalam lagi ini adalah dampak dari permainan sistem Kapitalisme.
Bermainnya sistem pangan dan gizi memfasilitasi adanya program MBG dengan menjadikan kesehatan sebagai urutan nomor dua, setelah didapatkannya keuntungan materi, dari ide program yang dijalankan oleh badan Gizi Nasional.
Jelas makin tampak bobroknya sistem Kapitalisme dalam berbagai program untuk menyejahterakan rakyatnya. Dibuktikan dari berulangnya kasus-kasus yang tak tuntas, tidak adanya penanganan yang serius dan tuntas, sehingga kasus-kasus ini tidak kembali terjadi dan menghebohkan negara.
Lagi-lagi ini adalah suatu bentuk kelalaian dari negara. Negara menjadikan materi sebagai tolok ukur untuk menyejahterakan rakyatnya, tanpa menuntaskan berbagai permasalahan yang ada. Adapun solusi yang ditawarkan adalah solusi dari sistem yang salah dan rusak.
Islam Mengatur Sistem Pangan dan Gizi
Dalam sistem kepemimpinan Islam, jika terdapat kasus sedemikian rupa maka negara harus melakukan koreksi yang total dan mendasar. Negara harus hadir sebagai pemantau dan pelaksana langsung sistem pangan dan gizi. Terdapatnya unsur pangan dan gizi yang halal dan toyib menjadi unsur keberhasilan pemenuhan kebutuhan gizi dan pangan daulah Islam. Sistem kepemimpinan Islam mendasarkan paradigma sahih tentang pangan, dan akan melahirkan berbagai kebijakan yang menyejahterakan rakyatnya serta sebagai solusi paripurna, tegas dan tuntas.
Daulah Islam memandang bahwa pangan merupakan hajat utama dalam hidup manusia yang harus dipenuhi oleh negara. Karena negara sebagai pengurus pemenuhan kebutuhan rakyat dan terpenuhinya kebutuhan pokok ini menjadi bagian integral dari peradaban Islam. Inilah Islam, yang tak hanya mengatur ibadah mahdhah saja, tetapi Islam juga mengatur sistem ekonomi, politik, kekuasaan dan berbagai masalah yang ada dalam kehidupan manusia.
Penutup
Solusi Paripurna dari naiknya kasus keracunan MBG ini harusnya seperti solusi yang ditawarkan oleh Islam. Daulah Islam mengambil solusi yang cepat, tegas, akurat dan tuntas tanpa menimbang seberapa keuntungan materi yang akan didapatkan. Karena kasus ini berkaitan dengan kehidupan manusia, yang tidak boleh dijadikan sebagai ajang mendapatkan keuntungan.
Menjadikan Islam sebagai solusi permasalahan, dan meninggalkan sistem kapitalisme sebagai acuan dalam menyelesaikan masalah di negara ini merupakan salah satu solusi untuk bangkit dari keterpurukan masalah yang berulang. [MA]
Wallahua'lam bishawwab.
Baca juga:

0 Comments: