Oleh. Ratty S. Leman
(Kontributor SSCQMedia.Com)
يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS. Al-Baqarah: 269)
Hikmah Idulfitri di antaranya, kami bisa berkumpul dengan keluarga besar. Inilah saat yang dinanti-nanti, yakni momentum untuk merekatkan hati. Jika tidak ada Idulfitri, mungkin kami tidak bisa berkumpul bersama. Alhamdulillah ada Idulfitri sehingga kami bisa menggunakan momentum ini untuk saling bertemu, bermaaf-maafan, dan membicarakan urusan keluarga besar.
Alhamdulillah kami sudah salat id hari Ahad, 30 Maret 2025 mengikuti rukyat global yang meyakini persatuan umat Islam di seluruh dunia. Malam harinya pak suami dan anak-anak sibuk mempersiapkan takbiran di masjid kompleks. Lucu ya? Takbiran setelah salat id. Harusnya malam takbiran dulu baru keesokan harinya salat id. Inilah potret umat Islam tanpa pemimpin yang bisa menyatukan. Kita sekeluarga toleransi kepada yang Idulfitri mengikuti ketentuan pemerintah setempat.
Hari Seninnya, 31 Maret kami berangkat ke Semarang setelah salat subuh di masjid dan pamitan dengan tetangga. Alhamdulillah tol lancar meski tidak sepi. Perjalanan dari Bogor ke Semarang ditempuh dalam waktu 6 jam. Inilah perjalanan tercepat kami. Perjalanan-perjalanan sebelumnya bisa 8, 10, 12, 14, 16, 18, bahkan 20 jam karena macet.
Alhamdulillah, sampai di Masjid Baiturahman pukul 12 siang. Setelah salat menikmati kenangan sudut-sudut saat masih gadis dulu. Kami makan kuliner khas Semarang di depan masjid yakni menu tahu gimbal, kita langsung menuju ke Hotel Citraland di seberang masjid. Mobil diparkir di halaman masjid.
Waktu di lift, kami bertemu mantan Menlu, ibu Retno Marsudi. Beliau tetangga pak suami di Sekayu. Menyapa sebentar lalu kami duluan pamit ke lantai 7. Sesampai di hotel ketemu keluarga adik bungsu dan anak adik kedua serta cucu.
Setelah mengobrol sebentar kami pun istirahat sejenak di kamar. Lumayan bisa tidur dan bangun saat azan asar terdengar dari masjid. Bapak-bapak dan anak laki-laki semua ke masjid. Ibu-ibu dan anak perempuan menyiapkan diri untuk salat dan bebenah karena pukul 16 mau ke rumah saudara di daerah Jangli. Kami di Jangli sampai pukul 17.30.
Dari Jangli Semarang Selatan, kami menuju ke daerah Pedurungan di Semarang Timur. Sampai di sana langsung salat magrib dulu sebelum menyantap makanan yang disajikan. Ada bebek goreng yang lezat, gulai, urap, dan ikan. Wah sedap sekali dan lahap semua di rumah bude Sarmi. Beliau adalah anak pakde yang dulu ikut bapak ibu sejak usia 10 tahun.
Setelah makan dan mengobrol kami melanjutkan perjalanan ke Pasadena Semarang Barat. Di sana kami menyampaikan amanah ke-3 anak yatim yang masih tinggal di rumah ibu. Semoga menjadi amal jariah ibu dan bapak kami.
Selesai berkunjung ke rumah ibu yang dihuni anak-anak adik, kami menuju ke rumah kakak suami di perumahan Dinar Indah. Kami menginap di sana. Mengobrol sana-sini sampai pukul 24.00 malam.
Kami harus segera tidur karena besok pukul 11 pagi hingga 15 kami ada pertemuan dengan keluarga besar suami.
Pertemuan Keluarga Besar
Pagi hari itu, tanggal 1 April 2025 kami bersiap-siap untuk acara keluarga besar dari pihak suami. Pertemuannya di Lekker pukul 11.00 WIB hingga 15.00 WIB. Senang sekali rasanya bisa berkumpul bersama, makan-makan dan saling memaafkan.
وَسَارِعُوۡۤا اِلٰى مَغۡفِرَةٍ مِّنۡ رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالۡاَرۡضُۙ اُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِيۡنَۙ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. ‘Ali Imran: 133)
Mencari ampunan Allah dengan bertobat nasuhah. Sedangkan meminta maaf kepada orang lain harus dilakukan secara langsung. Maka kami gunakan momentum Idulfitri ini untuk bermaaf-maafan dan menyambung silaturahmi.
Setelah acara, kami langsung ke makam orang tua dan mertua di TPU Bergota Semarang. Pulangnya mengantar pakde ke Hotel Novotel di Jalan Pemuda. Mampir ke soto Pak Darno di Jalan Thamrin, lalu salat asar ke Masjid Baiturahman untuk salat asar. Selesai salat langsung ke perumahan Dinar Indah dan langsung istirahat karena besok akan pergi ke Madiun.
Berangkat ke Madiun
Hari itu, 2 April 2025 kami berangkat silaturahmi ke Madiun. Berangkat pukul 8 pagi, mampir dulu sarapan di pecel Bu Sumo di dekat Undip Semarang. Sampai di Madiun pukul 14.00. Sekitar 6 jam perjalanan karena macet saat masuk kota. Banyak lampu merahnya.
Setibanya di sana, kami sudah disediakan menu makan siang oleh mertua adik, menunya ayam panggang, ayam bumbu rujak, sambal tempe, tahu goreng, dan lalapan. Istirahat sebentar, dan sore harinya ke saudara yang dulu bapak kami bersahabat dengan bapak beliau. Nenek kami dan kakek beliau kakak-beradik. Anak-anak menyambung silaturahmi.
وَّاسْتَغْفِرِ اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاۚ
"Dan mohonkanlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nisa: 106)
Selesai silaturahmi kami mencari kuliner khas Madiun, yakni pecel pincuk di pinggir jalan. Menikmati kota Madiun di malam hari meski disertai gerimis di malam hari.
Wisata Ke Telaga Ngebel
Hari masih pagi, 4 Syawal 1446 Hijriah. Kami berangkat pagi-pagi ke tempat wisata. Sebenarnya ingin ke Telaga Sarangan tetapi karena macet dan penuh maka kami beralih ke Telaga Ngebel.
Sarapan sudah disiapkan mbahnya mas Fatih. Ada pisang goreng dan bakwan serta pecel kembang turi. Hmm sedapnya. Berangkat wisata dibawakan bekal ingkung ayam bakar dan lauk pauk lainnya. Simbah memang baik. Inilah enaknya punya nenek, semua disediakan dan kita tinggal makan he ... he ....
Kami berangkat ke arah Ponorogo karena telaga ini berada di perbatasan Madiun dan Ponorogo. Jalannya sedikit berkelok, tapi sesampai di telaga terbayar sudah kelelahannya. Allah Maha Baik, disediakan alam yang indah untuk dinikmati manusia dan bisa untuk mencari nafkah. Ada banyak pedagang dan penyedia jasa di tempat wisata.
Kami mencoba naik motor speedboat. Ada beberapa tawaran harga antara 70 ribu, 100 ribu, 160 ribu dan 200 ribu per perahu yang bisa diisi empat orang.
Setelah makan bersama di tepi danau dan naik kuda, kita pulang. Bersiap-siap nanti sore berangkat ke Karanganyar dan Solo.
Berangkat ke Tanah Moyang
Alhamdulillah sore hari tanggal 4 Maret kami berangkat dari Madiun menuju ke tanah nenek moyang yakni di Karanganyar. Tanah kelahiran bapak, ibu, kakek, nenek, dan mbah buyut.
Malam hari kami sampai di lokasi karena macet, putar-putar cari kuliner, antre mi Jawa, hingga akhirnya sampai di penginapan sekitar Tawangmangu.
Pagi harinya kami turun mampir ke sekolahan keponakan di Al Azhar IIBS dan ke rumah adiknya bapak yang masih hidup, tetapi sedang sakit. Maklum usia sudah 83 tahun, tak mau makan nasi dan lauknya, hanya mau makan roti saja. Ya, memang harus sabar menghadapi orang sakit.
Setelah dari Karangpandan kami ke Bangsri, desa ibuku. Kami mampir salat Jumat di sini. Setelah itu langsung tancap gas ke arah Solo.
Lewat Masjid Jami Syaikh Zayed. Kita masuk sebentar untuk melihat keindahan masjid. Setelah itu pergi ke rumah adik suami di Jetis.
Pulang selepas salat magrib dan makan nasi liwet. Jalan menuju ke Semarang macet sehingga pas di Salatiga kami memutuskan keluar tol saja. Alhamdulillah sampai di rumah kakak suami jam 12 malam. Langsung kami istirahat dan tidur.
Demikian perjalanan silaturahmi kami dari Bogor ke Semarang, berlanjut ke Madiun dan Solo. Balik ke Semarang lagi untuk istirahat sebentar dan balik lagi ke Bogor lewat jalur utara. Sungguh perjalanan yang melelahkan, tetapi sangat menyenangkan. Semoga menjadi kenangan indah bagi kami sekeluarga bahwa kami telah mengajarkan kepada anak-anak arti silaturahmi dengan keluarga besar. Semoga amal kami diterima Allah Ta'ala. Amin ya mujibassailin. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: