Headlines
Loading...
Evakuasi Palestina, Solusi Kemanusiaan atau Legitimasi Penjajahan?

Evakuasi Palestina, Solusi Kemanusiaan atau Legitimasi Penjajahan?

Oleh. Imroatus Sholeha
(Freelance Writer)

SSCQMedia.Com—Rencana pemerintah Indonesia untuk memindahkan warga Palestina dengan dalih misi kemanusiaan justru menuai kekhawatiran dari berbagai kalangan. Kekhawatiran tersebut muncul karena langkah ini dikhawatirkan akan memperkuat strategi Israel dalam mengusir rakyat Palestina secara perlahan dari tanah mereka. Ketika semakin banyak negara menerima pengungsi Gaza atas nama kepedulian, maka secara tak langsung adanya rencana ini justru menjadi angin segar bagi Zionis Israel untuk mengusir warga Palestina dari wilayahnya sendiri dan adanya  ketidakpastian kapan wilayah palestina akan kondusif dan aman untuk warga Palestina kembali.

Dalam konferensi pers tanggal 12 April 2025, Prabowo menekankan bahwa evakuasi ini hanya bersifat sementara. Menurutnya, para pengungsi akan dikembalikan ke tanah asal mereka jika kondisi keamanan memungkinkan. Fokus utama evakuasi ditujukan kepada mereka yang mengalami luka parah, anak-anak yang kehilangan orang tua, serta individu yang mengalami trauma berat akibat serangan militer Israel (Tempo.co, 12-4-2025).

Namun, pernyataan tersebut terlihat tidak sejalan dengan pernyataan mantan  Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang secara tegas menentang setiap bentuk pemindahan permanen terhadap warga Palestina dari wilayah mereka (Kompas.com, 13-4-2025).

Hal ini memperlihatkan ketegangan antara niat kemanusiaan dan dampak geopolitik dari kebijakan tersebut. Meski disebut sementara, evakuasi ini bisa berubah menjadi permanen jika konflik terus berkepanjangan, sehingga dimanfaatkan oleh Israel sebagai taktik pengosongan wilayah.

Selain itu, langkah evakuasi ini juga memunculkan dugaan bahwa kebijakan tersebut tidak sepenuhnya murni dari dalam negeri. Saat Amerika Serikat memberlakukan tarif impor baru terhadap beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Reuters, April 2025), muncul spekulasi bahwa evakuasi ini merupakan bagian dari strategi diplomatik untuk meredam tekanan ekonomi dari negara-negara Barat.

Jika benar demikian, maka keputusan strategis yang menyangkut nasib rakyat Palestina telah terseret dalam tarik-menarik kepentingan ekonomi dan diplomatik global, jauh dari nilai-nilai solidaritas kemanusiaan maupun keislaman.

Palestina Bukan Sekadar Masalah Kemanusiaan

Masalah Palestina sejatinya bukan hanya soal kemanusiaan atau korban perang, tapi merupakan persoalan penjajahan dan pendudukan yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Ini adalah masalah ideologis dan agama yang seharusnya dipahami secara utuh oleh kaum muslim dan para pemimpin di negeri-negeri Islam. Dengan menjadikan solusi kemanusiaan sebagai pendekatan utama, seperti evakuasi dan penampungan sementara, dalam konteks ini para penguasa muslim justru terkesan menjauh dari solusi hakiki yang telah ditunjukkan syariat, yakni jihad fi sabilillah.

Solusi semacam ini tidak menyentuh akar persoalan, justru malah berpotensi memperlemah posisi kaum muslim di hadapan dunia untuk mengirimkan tentaranya ke Gaza.

Lebih jauh lagi, tindakan-tindakan semacam ini justru terlihat sejalan dengan narasi dan agenda kepentingan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, yang sejak awal menjadi pendukung utama eksistensi Zionis. Ketika fokus umat Islam dialihkan dari upaya pembebasan Palestina menuju isu-isu kemanusiaan belaka, maka ruang gerak AS dalam mengatur strategi geopolitiknya di kawasan Timur Tengah menjadi makin luas. Sikap mereka yang secara terbuka mendukung tindakan brutal Israel pun menjadi lebih dapat diterima oleh komunitas internasional. Ini terjadi karena umat Islam sendiri telah diarahkan untuk memandang konflik ini dalam kacamata kemanusiaan yang dangkal, bukan sebagai bentuk penjajahan yang seharusnya dilawan melalui jihad fi sabilillah.

Ironisnya, ketika ajakan jihad untuk membela tanah Palestina disuarakan, para pemimpin muslim justru menutup telinga. Mereka bersembunyi di balik prinsip-prinsip kedaulatan dan Nasionalisme, yang pada kenyataannya hanya membatasi persatuan umat. Padahal sejarah Islam menunjukkan bahwa membela kaum muslim yang tertindas adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar. Ketika ribuan warga Gaza dibantai, rumah-rumah dihancurkan, dan anak-anak menjadi yatim piatu, para pemimpin dunia Islam justru sibuk menjaga citra dan posisi politik masing-masing.

Sikap ini bukan hanya bentuk pengkhianatan terhadap amanah kepemimpinan, tapi juga bukti kegagalan sistem Kapitalis-Sekuler yang diterapkan dunia Islam saat ini. Sistem negara-bangsa warisan penjajah kolonial telah memecah-belah umat Islam dan menjadikan batas negara sebagai penghalang utama untuk bersatu. Dalam sistem ini, penderitaan umat Islam di satu wilayah dianggap bukan urusan negara lain. Inilah yang menjadikan solusi sejati pengusiran penjajah Israel dari Palestina semakin jauh dari kenyataan.

Khilafah, Solusi Hakiki bagi Palestina dan Dunia Islam

Sudah saatnya kaum muslim menyadari bahwa tidak akan ada keadilan sejati bagi rakyat Palestina selama masih mengabaikan akar persoalan dan solusi ideologis. Karena itulah, satu-satunya solusi politik yang hakiki adalah tegaknya Khilafah Islamiyah dan menghapus sistem Kapitalis-Sekuler dari muka bumi. Khilafah adalah institusi politik Islam yang menyatukan seluruh kaum muslim di bawah satu kepemimpinan. Dalam struktur ini, wilayah Palestina tidak akan dipandang sebagai urusan satu negara, melainkan sebagai bagian dari tubuh umat Islam secara keseluruhan. Khilafah adalah institusi yang menyatukan umat dan pelindung kehormatan Islam.

Khilafah bukan sekadar konsep historis, tapi solusi politis yang memberikan perlindungan nyata bagi umat Islam, termasuk rakyat Palestina. Khilafah akan memiliki otoritas untuk mengerahkan pasukan, mengusir penjajah, membela rakyat yang tertindas, dan menegakkan keadilan berdasarkan syariat Islam serta membela tanah-tanah kaum muslim. Dalam daulah khilafah, Palestina tidak akan dipandang sebagai urusan satu negara saja, tapi sebagai bagian dari tubuh umat Islam secara keseluruhan.

Evakuasi warga Gaza tanpa misi pembebasan justru memperkuat penjajahan dan memberi keuntungan strategis bagi Israel. Yang seharusnya diusir bukanlah rakyat Gaza, melainkan penjajah Zionis yang merampas tanah mereka. Umat Islam harus bersatu menolak langkah-langkah yang melemahkan perjuangan rakyat Palestina. Para pemimpin negeri muslim harus didorong untuk mengirim pasukan ke Palestina, memutus hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel, serta mendorong kebangkitan politik Islam melalui Khilafah.

Gerakan menolak evakuasi harus disertai dengan dorongan nyata untuk jihad fi sabilillah dan perjuangan menegakkan Khilafah. Perjuangan mengembalikan Khilafah tentu tidak bisa sendiri. Rasulullah SAW telah mencontohkan bahwa perjuangan menegakkan negara Islam di Madinah dilakukan melalui dakwah pemikiran bersama partai ideologis. Maka, saat ini umat Islam juga harus berjuang bersama partai Islam ideologis yang teguh pada metode dakwah Rasulullah SAW. untuk menegakkan kembali perisai umat Islam, yakni Daulah Khilafah.

Hanya dengan cara inilah kehormatan umat akan dipulihkan dan Palestina terbebas sepenuhnya dari cengkeraman penjajah. Wallahua’lam bishshawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: