Headlines
Loading...
Daya Beli Masyarakat Turun, Paylater Jadi Solusi?

Daya Beli Masyarakat Turun, Paylater Jadi Solusi?

Oleh. Dhevi Firdausi, S.T.
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com-Daya beli masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, termasuk DKI Jakarta menurun. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Di antaranya adalah maraknya PHK, naiknya harga-harga, beban utang meningkat, dll. Selain itu juga pengaruh dari lesunya ekonomi secara global. Seperti dikutip dari laman tempo.com yang menyatakan bahwa penurunan daya beli masyarakat tecermin dari deflasi yang terjadi pada awal tahun 2025. Meskipun pemerintah menganggap deflasi sebagai tanda keberhasilan pengendalian harga, para ekonom justru menilai bahwa kondisi ini lebih mencerminkan lemahnya konsumsi masyarakat.

Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Anton Agus Setyawan, menyoroti dampak melemahnya daya beli terhadap sektor manufaktur. Ia menyebut bahwa tekanan di sektor ini berkontribusi besar terhadap meningkatnya angka pengangguran. “Pada awal 2025, hampir 14.000 pekerja formal kehilangan pekerjaan akibat penurunan di sektor manufaktur. Hal ini memengaruhi pendapatan rumah tangga dan akhirnya daya beli masyarakat menurun,” kata Anton dalam keterangan resmi yang dipublikasikan laman UMS.ac.id, Rabu, 19 Maret 2025.

Impitan ekonomi membuat masyarakat memutar otak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Tidak sedikit yang berutang dengan memanfaatkan paylater (pembayaran nanti) dalam belanjanya. Apalagi belanja saat ini bisa dilakukan secara online, sehingga paylater dianggap memudahkan. Pasar-pasar tradisional sekarang sudah banyak yang ditinggalkan pembeli. Mereka lebih memilih untuk belanja secara online. Cukup duduk manis di rumah saja, barang bisa datang sendiri. Apalagi online shop sering menawarkan harga barang yang sangat terjangkau. Ditambah lagi dengan adanya fasilitas paylater, customer bisa berutang dulu, bayarnya nanti. Seolah wajar jika masyarakat berpindah dari pasar tradisional ke online shop.

Di sisi lain, penerapan sistem kapitalisme mengakibatkan besarnya arus budaya konsumerisme. Kebahagiaan diukur dengan standar materi. Adanya paylater makin mendorong arus konsumerisme. Dengan adanya mindset masyarakat seperti ini, dapat disimpulkan bahwa orang yang terlihat kaya belum tentu benar-benar kaya. Pada masa sekarang, orang kaya bisa jadi banyak cicilan utangnya. Justru, cicilan utang tiap bulan yang menumpuk itu membuat mereka lebih semangat untuk bekerja.

Pandangan Islam

Kita sebagai seorang muslim, tentu menggunakan Al-Qur'an dan Sunah sebagai pedoman kehidupan. Seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. bahwa Islam tidak hanya mengatur ibadah ritual saja, tetapi juga mengatur hubungan sosial masyarakat. Islam adalah agama yang sempurna. Rasulullah saw. mencontohkan, terdapat sistem politik Islam, sistem ekonomi Islam, sistem pendidikan Islam, dll. Rasulullah saw. adalah suri teladan kita, agar kita bisa selamat hidup di dunia dan akhirat.

Dalam sistem ekonomi Islam, paylater yang marak saat ini berbasis ribawi. Riba, hukumnya haram dalam pandangan Islam. Dalilnya sangat banyak, di antaranya adalah ayat, "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al Baqarah: 275).

Alih-alih memberi solusi, paylater justru berpotensi menambah beban masyarakat. Paylater juga menambah dosa yang pada akhirnya akan menjauhkan rakyat dari keberkahan.

Sistem Islam akan menutup celah budaya konsumerisme, karena ada pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. Umat Islam tidak akan membeli barang yang tidak dibutuhkan, barang yang hanya sekadar untuk flexing. Masyarakat akan terbentuk ketakwaannya, sehingga standar bahagia bukan dari materi, tetapi mendapatkan rida Allah Swt. Untuk mendapatkan kondisi masyarakat yang ideal seperti ini, tidak mungkin berharap pada sistem kapitalisme. Sistem kehidupan fasad yang berasal dari negara Barat, yang menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan.

Sudah saatnya kita menerapkan sistem Islam dalam kehidupan sosial masyarakat, karena sistem yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunah ini dapat menjadi solusi atas semua permasalahan kehidupan manusia. 

Jadi, solusi atas rendahnya daya beli masyarakat bukan dengan menggunakan paylater, tapi dengan menerapkan sistem Islam secara keseluruhan. Ketika kita sudah tidak ada waktu untuk menunda lagi, Indonesia gelap sudah ada di depan mata, Islam menawarkan solusi yang nyata. Mengapa masih meragukannya? [An]

Baca juga:

0 Comments: