Warga Gaza Mengungsi, Palestina Makin Mudah Dikuasai
Oleh. Maret Atik
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Dikutip dari laman berita satu, tanggal 9 April 2025, Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan bahwa Negara Indonesia siap menampung warga Palestina yang terluka, mengalami trauma, anak-anak yatim piatu, serta mereka yang membutuhkan perawatan darurat akibat diserang Israel.
Dari sisi kemanusiaan, tentu hal ini sebuah perbuatan yang mulia, karena bisa meringankan penderitaan rakyat Palestina. Namun dari sisi lain, tentu kita perlu waspada. Karena dengan mengungsikan sebagian warga Gaza, maka akan menjadikan kondisi wilayah akan semakin kosong. Dengan kondisi wilayah yang kosong, maka Israel akan semakin mudah merangsek masuk ke dalam wilayah Palestina, dan selanjutnya tinggal menempati saja. Palestina akan dengan mudah jatuh ke tangannya.
Memahami Akar Masalah
Akar masalah Palestina adalah pendudukan sebagian wilayah Palestina oleh bangsa pendatang yaitu bangsa Israel. Sebagai warga muslim yang berwatak mulia, maka warga Palestina pada awalnya menerima. Tetapi kemudian bangsa pendatang (Israel) ini berbuat onar dan melakukan kekerasan dengan berusaha menguasai tanah Palestina. Dari sini jelas, bahwa statusnya Israel adalah perampas tanah Palestina. Dengan demikian, seharusnya Israel tidak memiliki hak sama sekali atas tanah Palestina.
Namun, dengan dukungan negara-negara besar, semisal Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dll, Israel memiliki kekuatan yang seolah tidak tertandingi. Sedangkan Palestina, sebagai sebuah negeri muslim, tidak mendapatkan dukungan serupa dari negeri-negeri muslim lainnya. Dukungan yang selama ini diberikan oleh negeri-negeri muslim hanya sebatas bantuan pangan dan obat-obatan serta tenaga medis. Sedangkan bantuan tentara atau alat perang yang canggih, tidak pernah didapatkan Palestina. Semua itu karena negeri-negeri muslim tunduk pada garis imajiner bernama nasionalisme.
Nasionalisme telah menjadikan urusan Palestina menjadi urusan dalam negeri mereka sendiri, bukan lagi urusan kaum muslim seluruhnya. Sementara negara lain, melihat bahwa masalah Palestina sekadar masalah kemanusiaan. Sehingga negeri-negeri muslim tadi merasa cukup dengan memberikan bantuan berupa makanan, obat-obatan dan tenaga medis atau relawan. Negeri-negeri muslim itu juga selalu tunduk pada kepentingan Barat. Sehingga, solusi yang diberikan oleh negeri-negeri muslim, juga mengikuti apa yang dikatakan oleh Barat, yaitu solusi dua negara. Dengan kata lain, mereka merestui perampasan Israel atas tanah Palestina. Ini benar-benar sebuah pengkhianatan.
Jelaslah, pernyataan Prabowo bahwa Indonesia siap menerima 1000 warga Gaza sesungguhnya justru akan memuluskan agenda pengusiran warga Gaza seperti yang diinginkan oleh penjajah. Pernyataan ini juga kontraproduktif dengan seruan jihad yang disuarakan oleh banyak pihak hari ini yang menyadari bahwa tidak ada solusi hakiki selain jihad. Karena mereka melihat berbagai upaya yang dilakukan nyatanya tidak menghentikan penjajahan dan genosida. Bantuan kemanusiaan dan tenaga medis hanya bersifat kuratif, dan tidak menyelesaikan akar persoalan.
Evakuasi rakyat Gaza jelas makin menjauhkan dari solusi hakiki, karena sejatinya Zionislah yang melakukan pendudukan bahkan perampasan wilayah. Maka sudah seharusnya Zionis yang diusir dari tanah Palestina dan bukannya warga Gaza yang dievakuasi. Di sisi lain, evakuasi tersebut bisa jadi merupakan bentuk tekanan AS terhadap Indonesia atas kebijakan baru AS menaikkan tarif impor. Keberhasilan upaya Indonesia dalam melakukan negosiasi atas kebijakan tersebut bisa jadi akan digunakan sebagai alat untuk menekan Indonesia agar melakukan evakuasi warga Gaza. Inilah buah simalakama bagi negeri yang tergantung pada negara lain.
Pemimpin negeri muslim seharusnya menyambut seruan jihad. Namun hari ini, nasionalisme dan prinsip tidak boleh ikut campur urusan negara lain menjadi penghalang dalam menyambut seruan jihad ini. Sikap ini menunjukkan pengkhianatan pemimpin negeri muslim. Padahal Allah sendiri menyatakan bahwa sesama muslim adalah saudara.
Negeri muslim seharusnya menjadi negara adidaya yang memimpin dunia. Kh1l4f4h sebagai negara adidaya akan menerapkan syariat Islam sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam dan membela setiap muslim. Apabila negara Kh1l4f4h itu sudah ada, seruan jihad pasti akan dikumandangkan oleh negara untuk membela setiap warganya. Sayangnya hari ini Kh1l4f4h belum tegak, sehingga nasib umat Islam pun makin sengsara.
Oleh karena itu, umat harus terus didorong untuk menolak evakuasi warga Palestina. Juga didorong untuk terus menyeru para penguasa negeri muslim supaya mengirimkan tentara demi membela saudaranya muslim Palestina. Pada saat yang sama, umat juga harus semakin kuat berjuang untuk menegakkan Kh1l4f4h. Karena hanya jihad dan tegaknya Kh1l4f4hlah yang merupakan solusi hakiki untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah.
Gerakan umat ini membutuhkan kepemimpinan dari partai Islam ideologis. Karena hanya partai Islam ideologis sajalah yang mampu menjaga umat agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar, sehingga memberikan pengaruh besar dalam mendorong penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentara untuk berjihad. Dan partai ini jualah yang mampu menjaga kemurnian perjuangan demi tegaknya Kh1l4f4h.
Wallahualam. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: