Headlines
Loading...
Palestina, Butuh Kepemimpinan Hakiki

Palestina, Butuh Kepemimpinan Hakiki

Oleh. Vie Dihardjo
(Kontributor SSCQMedia.Com, Alumnus Hubungan Internasional)

SSCQMedia.Com—Setelah gencatan senjata, Israel makin brutal melancarkan serangan ke Gaza, Palestina. Gaza kembali membara setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran pada selasa, 18 Maret 2025, dini hari.

Bombardir Israel terhadap wilayah Gaza Palestina mendapat dukungan baik datang dari dalam negeri maupun luar negeri. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich dan Menteri Pendidikan, Yoav Kisch menyatakan dukungannya terhadap aksi brutal IDF (tentara Israel), mereka menggambarkan serangan tersebut sebagai hal yang penting dalam upaya menghancurkan Hamas. Pemimpin partai sayap kanan, Otzma Yehudit, Itamar Ben-Gvir menyatakan serangan ini perlu, agar memberi pelajaran ‘moral’ bagi penghancuran Hamas.

Israel dalam menggenosida Gaza, Palestina tidak hanya didukung dari dalam negerinya, tetapi juga mendapatkan dukungan sangat berarti dari Amerika Serikat. Pasca gencatan senjata tahap I selesai, Israel memutuskan untuk kembali menyerang Gaza, Palestina. Kabinet Keamanan Israel memberi wewenang kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan untuk memutuskan waktu kapan akan dimulai penyerangan kembali.

Pada Senin, 17 Maret, Israel memberitahu Amerika Serikat bahwa upaya diplomatik telah habis. Serangan-serangan Israel selalu dikoordinasikan dengan Amerika Serikat dan disetujui Washington DC.
Serangan bertubi-tubi menyebabkan penderitaan saudara-saudara kita di Gaza, Palestina tak terperi.

Badan Pertahanan Sipil Gaza pada 18 Maret 2025 merilis lebih dari 220 orang meninggal dunia  akibat serangan Israel pasca gencatan senjata. Juru bicara badan tersebut, Mahmud Basal menyatakan, lebih dari  220 martir dilarikan ke rumah sakit di jalur Gaza, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, wanita dan orangtua sebagai akibat dari agresi Israel.

Seorang pejabat Israel mengatakan bahwa agresi ini akan terus dilakukan  selama diperlukan untuk menghancurkan Hamas dan akan diperluas melampaui serangan udara (kompas.com 18/3/2025).

Solusi-Solusi Palsu

Dukungan Washington DC terhadap Israel makin menguat. Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt menyatakan, Trump dan gedung putih telah diajak Israel berdiskusi terkait serangan malam ini (17/3/2025). Gaza, Palestina  mengalami penjajahan selama 75 tahun sampai hari ini.

Berbagai upaya pembebasan telah diupayakan berbagai pihak, semisal LBB, PBB melalui  berbagai resolusi yang tidak pernah ditaati oleh Israel. Misalnya, pada tahun 2013, penjajah Zionis Yahudi ini telah dikutuk dalam 45 resolusi oleh Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHRC). Contoh lain, dari tahun 1967 hingga 1989, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengadopsi 131 resolusi Dewan Keamanan yang secara langsung menangani konflik Arab-Zionis Yahudi.

Resolusi yang dikeluarkan PBB tidak pernah ditaati oleh penjajah Zionis Israel.  Bahkan negeri-negeri muslim justru menormalisasi hubungannya dengan Israel.  Seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Oman yang membuka jalur udaranya untuk penjajah Zionis Israel.  Bantuan kemanusiaan juga luar biasa besar telah diberikan ke Gaza, Palestina, sangat membantu tetapi tidak mampu membebaskan Palestina dari penjajahan.

Solusi palsu yang disodorkan adalah solusi dua negara (two nation states) membagi wilayah Palestina menjadi dua untuk Israel. Ini adalah solusi palsu lagi dipaksakan. Pertama, memaksa membagi wilayah adalah zalim karena tanah Palestina adalah wilayah kaum muslimin, tanah yang diperoleh kaum muslim  dengan jalan jihad (kharajiyah) dan Zionis adalah pendatang yang menjajah dan ingin mencaplok wilayah ini.

Kedua, dalam Islam mengakui eksistensi penjajah adalah haram. Keberadaan Zionis di tanah Palestina harus diusir karena membiarkan berarti mengakui penjajahan.
Akar persoalan Palestina adalah penjajahan, bantuan tentu akan sangat berguna. Namun tawaran berbagai solusi yang datang dari pihak yang justru mendukung penjajah tidak menyentuh akar persoalan alias solusi palsu. Penjajahan diselesaikan dengan mengusir penjajah!

Kepemimpinan Hakiki adalah Solusi

Solusi hakiki mengeyahkan penjajah adalah dengan mengusirnya, dengan mengirimkan pasukan dan militer. Dalam terminologi Islam adalah jihad. Jihad adalah memerangi kaum kafir untuk menegakkan agama Allah. 

Sebagaimana Allah berfirman,

 
وَٱقۡتُلُوهُمۡ حَيۡثُ ثَقِفۡتُمُوهُمۡ وَأَخۡرِجُوهُم مِّنۡ حَيۡثُ أَخۡرَجُوكُمۡۚ ١٩١

Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 191)

Saudara-saudara kita di Gaza, Palestina sedang dijajah oleh Zionis Israel. Kita wajib untuk membantu mengusir penjajah itu. Terlebih negeri-negeri muslim yang memiliki kekuatan militer. Menurut survey Global Fire Power ada 5 negara muslim dengan kekuatan militer teratas, diantaranya adalah Pakistan, Turki, Indonesia, Mesir dan Iran. Lebih dari cukup untuk mengusir Zionis dari Palestina.

Karenanya negeri-negeri muslim harus mengirimkan militer  ke Palestina, untuk memenuhi perintah Allah bahwa ketika ada negeri muslim yang diserang, dijajah dan diduduki maka kaum muslim memilki kewajiban untuk membela dan membebaskannya.

Kewajiban ini juga  mengenai negeri-negeri muslim. Yang dihadapi kaum muslim hari ini bukan hanya entitas Zionis Yahudi tapi negara-negara Barat yang menyokong penjajahan ini dengan dana dan persenjataan yang sangat besar, sehingga bisa hanya mengandalkan Hamas untuk melawan tetapi perlu mobilisasi kekuatan militer negeri-negeri muslim untuk menghadapi penjajah.

Mobilisisasi kekuatan militer mutlak diperlukan untuk membebaskan Palestina. Sebagaimana dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab yang mengirimkan pasukan ke Syam untuk membebaskan Palestina dari tangan tentara Romawi. Setelah perang berbulan-bulan, pada 637 M pasukan Romawi menyerah  dan kunci Baitul Maqdis diserahkan oleh Patriarckh Sofronius kepada tentara muslim.

Begitu pula yang dilakukan Panglima Shalahuddin Al Ayyubi ketika membebaskan kembali Baitul Maqdis pada 1187 M dari tentara salib setelah perang yang sangat lama, dan perang Hittin menjadi pembuka tentara muslim mengusir tentara salib.

Demikian gambaran kepemimpinan Islam ketika menyelesaikan persoalan penjajahan sebuah negeri. Alih-alih menerima tawaran solusi-solusi palsu ala Barat, tetapi  justru memobilisasi tentara dan kekuatan militer untuk mengusir penjajah. Maka pembebasan Gaza, Palestina hanya bisa diperjuangkan dan diperoleh dengan tegaknya sebuah kepemimpinan hakiki yaitu Khil4f4h ala min hajin nubuwwah. Wallahu’alam bisshawab. [MA]

Baca juga:

0 Comments: