Headlines
Loading...
Miris, Kriminalitas pada Orang Berpendidikan Tinggi

Miris, Kriminalitas pada Orang Berpendidikan Tinggi

Oleh. Anni Siaturrahmah, S.P.d
(Kontributor SSCQMedia.Com, Pendidik dan Inspirator gen Z)

SSCQMedia.Com—Baru-baru ini, terdapat dua kasus pelecehan yang dilakukan oleh orang yang berpendidikan tinggi, yaitu seorang dokter dan profesor. Seorang dokter residen dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) di Rumah Sakit Hasan Sadikin(RSHS), melecehkan keluarga pasien dengan dalih tes darah. Pelaku menusukkan pada korban sebuah cairan infus yang berisi obat bius. Hal serupa juga dilakukan oleh seorang profesor dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang sudah berkali-kali melecehkan mahasiswinya dengan dalih bimbingan skripsi. (Wartakotalive.com, 10/04/25).

Berita tersebut, bahkan sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sudah tidak kaget lagi, jika pelakunya adalah seorang yang berpendidikan tinggi, seperti dokter, dosen, aparatur negara, bahkan sekelas orang yang paham ilmu agama, juga melakukan hal keji yang serupa. Mereka, orang-orang yang seharusnya melindungi, mengayomi, mengajari, justru malah menjadi predator bagi sekitarnya.

Hal ini merugikan banyak pihak tidak hanya korban, tapi juga almamater dan tempat kerjanya. Kampus-kampus favorit yang diidamkan para calon mahasiswa untuk bisa menuntut ilmu di dalamnya dan mencetak generasi emas, justru malah mencetak generasi yang kriminal. Sehingga pendidikan saat ini sangatlah melenceng dari tujuan utamanya. Seorang dokter di rumah sakit, tempat orang datang silih berganti untuk bisa mendapatkan perawatan yang maksimal hingga ada kesempatan untuk hidup, tapi justru di sanalah peristiwa traumatis itu bermala.

Beginilah hidup, jika tidak diatur dengan aturan yang benar. Semuanya akan berantakan dan makin banyak bermunculan masalah-masalah baru. Padahal, kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah ke muka bumi ini, tidak dibiarkan bebas melakukan apa saja sesuai kehendak kita. Allah selain sebagai pencipta, juga sebagai pengatur segala aktivitas kehidupan kita. Tapi sayangnya, manusia sekarang tidak mau diatur oleh Allah sepenuhnya, karena sistem yang diadopsi saat ini adalah sistem kapitalis yang asasnya sekularisme.

Sekularisme adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Seolah-olah agama itu hanya untuk ibadah ritual di masjid, dan tidak dibolehkan untuk mengatur atau dibawa-bawa dalam kehidupan nyata. Sehingga dari sistem inilah muncul prinsip berkehidupan bebas. Manusia bebas melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya, yang terpenting bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Jadi, standar baik dan buruk bukan lagi mengikuti aturan dari Allah, tapi tunduk sesuai kemauan individu.

Di sistem saat ini, juga tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelaku pelecehan. Realitanya, hanya mengandalkan UUD yang terus-menerus dilakukan revisi. Sanksi yang diberikan kurang tegas, sehingga tidak ada efek jera dan justru membuat para tindak kriminal semakin meluaskan aksinya.

Sedangkan di dalam sistem Islam, sebelum tindakan kriminal itu terjadi, Islam sudah memberikan upaya preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Dari pendidikannya akan diperbaiki sesuai dengan tujuannya, yaitu mencetak generasi bertakwa dan berkepribadian Islam. Hal ini berbeda seperti sekarang, yang justru mencetak generasi yang siap kerja tanpa mempedulikan ketakwaan dan kepribadian yang baik.

Islam juga mengatur batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan dan batasan aurat keduanya. Karena syahwat yang muncul pada diri lelaki itu, pasti ada penyebabnya. Bisa karena hubungan antara keduanya yang sangat intens dan bisa juga karena salah satunya tidak menjaga aurat dengan baik, dan tidak menundukkan pandangannya. Sehingga, jika aturan-aturan Islam dilaksanakan dengan baik, maka tidak akan terjadi pelecahan seksual di tengah-tengah masyarakat dan di kalangan orang-orang berpendidikan.

Jika hal tidak senonoh ini masih terjadi, maka Islam memiliki sanksi tegas untuk pelaku, sesuai dengan tingkat kriminalitas yang dilakukannya. Bisa dicambuk atau bahkan dirajam sampai mati. Sanksi tegas inilah yang memberikan efek jera kepada para pelaku, sehingga mereka akan tersadarkan dan tidak akan melakukannya kembali. Begitulah Islam dalam memuliakan manusia. Semua aturannya sudah tercantum jelas dalam buku petunjuk yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw., berupa Al-Qur'an.

Oleh karena itu, jika Al-Quran dibaca dengan sungguh-sungguh, dikaji dan diamalkan dalam kehidupan, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan hakiki, dan akan mendapatkan keridaan dari Allah Swt. [US]

Baca juga:

0 Comments: