Headlines
Loading...

Oleh. Ummi Fatih
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Sebagai penduduk utama di dunia, manusia memang lebih mulia dibandingkan makhluk lainnya. Namun, mereka tetaplah makhluk biasa yang banyak salah dan lupa, sehingga membuat mereka memiliki banyak catatan dosa. Oleh sebab itu, Allah Swt. yang menciptakan manusia dan  alam semesta, telah mewajibkan manusia untuk saling mengingatkan pada jalan kebenaran dan mencegah kemungkaran, atau amar ma'ruf nahi mungkar. 

Sebagaimana firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 110 yang artinya: 
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” 

Bahkan sejak dahulu kala, ketika manusia melupakan Allah Swt. sehingga kesalahan dan maksiat mereka merajalela, Allah Swt. pun selalu mengirim seorang nabi untuk mengajak mereka kembali ke jalan lurus yang dirahmati-Nya. Seperti kaum Bani Israil yang dikenal sebagai kaum Yahudi. Mereka pernah beriman kepada Allah Swt. melalui Nabi Musa. Namun, mereka kembali menyembah berhala patung sapi, ketika Nabi Musa pergi karena diperintahkan oleh Allah Swt. untuk belajar kepada Nabi Khidir. 

Maka Allah Swt. pun menurunkan lagi nabi-nabi lain untuk mendakwahi kaum tercela tersebut, termasuk Nabi Isa yang membawa petunjuk berupa kitab Injil, sehingga orang-orang Bani Israil yang mengikutinya pun dikenal sebagai kaum Nasrani. 

Setiap nabi dan para sahabat pengikutnya kita ketahui selalu memiliki semangat sejati dalam berdakwah. Seperti Ali bin Abi Thalib, salah satu sahabat muda Nabi yang sangat pemberani. Di usia 10 tahun, ia sudah nekat menggantikan Rasulullah di atas tempat tidurnya demi mengelabui kaum Quraisy yang berniat membunuh beliau pada malam hijrah ke Madinah. 

Sayangnya, mengapa pada zaman sekarang ini justru kaum muslim lebih banyak menjadi penakut dan mengundurkan diri dari berdakwah, terutama dakwah politik Islam di hadapan para penguasa yang jelas-jelas melanggar petunjuk suci-Nya dalam mekanisme tata kelola negara? 

Mereka lebih memilih untuk beramal saleh lainnya yang dianggap sama-sama mulia untuk mengantarkan mereka menuju surga di akhirat, dan selamat dari belenggu penjara di dunia. Misalnya, mereka lebih rajin beribadah, salat, puasa sunnah, serta memberi banyak sedekah. 

Menyadari Ketakutan

Ketakutan memang suatu hal yang wajar, karena setiap manusia yang dibekali perasaan oleh Allah Swt. pasti memiliki rasa takut dan berani, seperti juga rasa bahagia dan sedih yang tertanam dalam diri masing-masing. 

Namun, ketakutan murni bagi umat yang beriman seharusnya hanya kepada Allah Swt. Bukan ketakutan berlebihan pada hal-hal lain yang membuat kita tidak bisa atau tidak mau menjalankan perintah-Nya. Karena hal itu termasuk bentuk kesyirikan dalam hati. 

Misalnya, jika kita diam dan tidak berdakwah kepada seseorang yang mendapat gelar “orang pintar” karena takut terkena sihir darinya, maka hal itu adalah bentuk kesyirikan. Kita mempercayainya memiliki kemampuan luar biasa, padahal hanya Allah Swt. yang Maha Kuasa dan tidak bisa ditandingi siapa pun. Maka hanya kepada-Nya kita wajib taat. 

Kemudian, ketika ide sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan diterapkan oleh negara yang memiliki otoritas kekuasaan resmi, ketakutan berlebihan pun tumbuh subur dalam pikiran masyarakat. Mereka merasa hanya rakyat biasa yang tidak memiliki jabatan tinggi. 

Akibatnya, ketakutan politik menjadikan sebagian besar dari mereka bersikap pengecut. Mereka menganggap ancaman hukum negara bisa menyulitkan kehidupan, hingga akhirnya berputus asa dan tidak berani berdakwah. 

Padahal, Allah Yang Mahakuasa—Pemilik kekuasaan sejati di seluruh alam—telah memberikan janji istimewa kepada setiap hamba-Nya yang sabar berdakwah, sehingga mereka tidak akan merugi di dunia dan lega menuju surga (lihat surah Al-Asr ayat 1–3). 

Lebih dari itu, siapa pun yang berdakwah menyerukan kebenaran agama-Nya sebagai landasan hidup, telah diberi tawaran kemenangan yang menyenangkan tanpa perlu takut berlebihan: 

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7) 

Maka, tunggu apa lagi? Sudah saatnya kita bangkit melaksanakan kewajiban berdakwah, tanpa rasa takut dan ragu. Karena Allah Swt. Yang Maha Kuasa sudah pasti akan menolong kita. []

Baca juga:

0 Comments: