Oleh. Siti Nur Rahma
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Indonesia saat ini sedang dirundung banyak masalah. Kemaksiatan dan kerusakan merajalela di mana-mana. Pelaku korupsi tidak canggung untuk mengambil uang rakyat, bahkan hingga nominal yang fantastis, hampir sekitar 200 T dalam skandal korupsi di Pertamina (tempo.co, 26/2/2025).
Sedangkan kemiskinan yang dialami rakyat semakin parah. Keterpurukan yang dialami rakyat Indonesia dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang semakin menunjukkan keberpihakannya kepada pemilik kapital bukan rakyat. Tampak misalnya pada kasus pagar laut 30,16 km yang tidak tegas penegakan hukumnya.
Efisiensi APBN serta kaitannya dengan Danantara Indonesia yang mengakibatkan adanya pemangkasan Rp8 triliun pada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendidasmen), pemangkasan Rp14 triliun pada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiksaintek) dan pemangkasan 19 T juga dikenakan kepada Kementerian Kesehatan untuk suksesnya rencana peningkatan ekonomi ala kapitalisme.
Hingga pada bulan Februari 2025 lalu, muncul demo besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa yang bertajuk Indonesia Gelap di Solo, Bandung, dan Surabaya. Kemudian dilanjut dengan demo di Jakarta, Palembang, dan Yogyakarta dengan poster bertuliskan “Makan Gratis, Pendidikan Krisis”, “RIP = Republik Indonesia Patriarki”, “Jangan Biarkan Militer Mengurusi Dapurmu!, dan “Tolak Dwi Fungsi ABRI” (tempo.co, 22/2/2025).
Upaya Kebangkitan
Semenjak kemunduran umat Islam pada abad ke-18 Masehi, kaum muslim mengalami keterpurukan yang paling buruk dan semakin buruk. Meskipun telah dilakukan upaya untuk membangkitkannya, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
Hal ini disebabkan oleh lemahnya pemahaman umat terhadap Islam yang sudah sangat akut, sehingga membawa pada bencana kemunduran dan keterpurukan yang amat parah. Diawali dengan meremehkan bahasa Arab sehingga menghilangkan ijtihad terhadap syariat. Dengan tidak paham syariat Islam, tanpa sadar umat memisahkannya dari kehidupan dan bahkan menggantinya dengan aturan lain.
Butuh Kembali ke Fitrah
Secara fitrah manusia sangat membutuhkan aturan hidup dari Sang Penciptanya, agar bisa menjalani kehidupan ini dengan sejahtera dan penuh berkah. Untuk bisa melanjutkan kembali kehidupan Islam yang pernah dialami umat Islam terdahulu, maka perlu metode kebangkitan yang telah dicontohkan Rasulullah saw. dalam mewujudkannya.
Rasulullah saw. telah memberikan teladan dalam mengubah masyarakat jahiliah dan terbelakang menjadi masyarakat yang terpandang dan menjadi mercusuar peradaban. Tidak lain adalah dengan mengubah taraf berpikir masyarakat menjadi taraf berpikir yang cemerlang (mustanir) dan mendalam (amiq). Hal ini mengantarkan pada keimanan dan ketakwaan yang kuat pada individu di dalam masyarakat Islam.
Rasulullah saw. menempuh beberapa tahapan dakwah yang menggambarkan tentang fikrah dan thariqah Islam. Dimulai dengan pengkajian dan belajar untuk mendapatkan tsaqofah Islam. Kemudian berinteraksi dengan masyarakat untuk menyadarkan masyarakat dengan Islam sebagai mabda’ (ideologi). Hingga pada tahap mendapat dukungan dan kekuasaan dari umat untuk menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Syariat Islam menjadi Cahaya untuk Seluruh Alam
Syariat Islam secara luas mampu mengatasi berbagai macam masalah tuntutan kehidupan terkait kebutuhan naluri dan kebutuhan jasmani manusia. Solusi ini dapat ditemukan di dalam sumber hukum syariat Islam, yakni Al-Qur’an, As-Sunah, ijmak sahabat dan kias. Oleh karena itu perlu proses ijtihad dalam menggali hukum yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam. Hal ini menuntut diperlukan adanya seorang mujtahid dalam melakukan proses ijtihad dalam menentukan syariat Islam dalam setiap masalah kehidupan.
Kemudian perlu adanya penguasa dan kadi (hakim) dalam menjalankan proses kehidupan dengan syariat Islam yang telah digali oleh para mujtahid berdasarkan dalil-dalil terperinci dalam naungan sebuah negara. Menurut mujtahid mutlak Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, berikut beberapa cara yang ditempuh oleh kadi dan penguasa untuk menyusun aturan kehidupan yang mampu menyelesaikan masalah manusia, yakni:
Pertama, hendaknya masalah manusia dipelajari dulu kemudian dibuat undang-undang dasar umum dalam bentuk kaidah-kaidah umum yang bersifat menyeluruh atau hukum syariat Islam yang bersifat menyeluruh.
Kedua, hendaknya hukum syarak dijadikan sebagai acuan bagi perundang-undangan dalam ukubat (sanksi pidana), hudud, bayyinat (pembuktian), dan sebagainya atas dasar apa yang ada dalam poin pertama sesuai konstitusi dengan menunjuk kepada mazhab berikut dalil-dalilnya.
Ketiga, hendaknya nas-nas syarak, fikih Islam, dan ilmu usul fikih dijadikan sebagai sumber rujukan bagi penafsiran konstitusi dan perundang-undangan untuk para kadi dan penguasa, sehingga tersedia bagi mereka sarana untuk memahaminya secara mendalam.
Keempat, hendaknya pada saat menggali dan mengadopsi hukum senantiasa memperhatikan pemahaman terhadap fakta dan fakih terhadap fakta tersebut.
Syariat Islam ini perlu diterapkan secara menyeluruh untuk mengatasi seluruh masalah kehidupan manusia. Oleh karena itu diperlukan sebuah institusi negara agar seluruh syariat bisa diterapkan, baik syariat yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan manusia lainnya.
Dengan menerapkan syariat Islam maka Allah akan memberikan kembali kejayaan seperti generasi pada masa lalu, dan akan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, sebagaimana termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 257, Allah berfirman, “Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya".
Cahaya Islam akan menerangi seluruh penjuru dunia dan setiap sudut kehidupan dengan adanya negara sebagai perisai umat, mengatasi gelapnya kasus korupsi yang semakin tak tampak titik terang penyelesaiannya, kasus mental illness generasi muda, semakin dalamnya jurang kemiskinan, tindak kriminal pembunuhan, bahkan kejahatan-kejahatan yang sangat tidak manusiawi. Jika sudah jelas cahaya Islam mampu menerangi kehidupan manusia, masihkah bertahan dengan sistem kapitalisme yang jelas membawa pada kegelapan? Wallahualam bissawab. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: