Storytelling
Indahnya Saling Memaafkan dan Berkasih Sayang
Oleh. Sri Mulyani
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Kita sebagai manusia, tentu serba lemah dan tak lepas dari salah. Apalagi bagi kita yang sering bertemu, berinteraksi dalam sebuah komunitas atau organisasi. Atau bagi kita yang hidup bersama keluarga, lingkungan sekitar, dengan kerabat, juga sebagai warga masyarakat pasti tak luput dari melakukan kesalahan. Baik kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja.
Salah satu hal yang harus kita lakukan dalam berinteraksi dengan sesama, baik dengan keluarga atau dengan yang lain adalah komunikasi. Dalam menjalin komunikasi terkadang meski sudah sangat berhati-hati dan tak ada niatan melukai orang lain, tapi terkadang tanpa disadari dan tak disangka, ternyata mampu meninggalkan goresan di hati orang lain.
Saya adalah tipe orang yang paling tidak bisa membuat orang lain tidak bisa tidur karena ucapan saya. Saya tipe orang yang tak bisa membuat orang lain juga tidak nyaman karena kata-kata yang saya lontarkan. Salah satu hal yang saya titik beratkan dalam berinteraksi dengan orang lain adalah menjaga perasaan orang lain. Mungkin hati saya bisa menahan dan tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan tentang apa saja mengenai diri saya. Namun, bila saya tahu ada seseorang yang merasa luka karena omongan saya, pasti saya akan langsung mendatanginya untuk meminta maaf, meski tentu saja tak ada niat melukai dari awal. Itu seperti menanggung sebuah beban yang berat. Saya paling tak mau hati saya punya beban.
Bila ada seseorang yang menyampaikan kepada saya tentang seseorang yang membicarakan saya, saya tak langsung mengiyakan atau membenci seseorang tersebut. Saya akan tabayyun dan langsung menanyakan sendiri perihal tersebut. Saya tipe orang yang tidak ingin mengambil keputusan tanpa saya mengerti perkara yang sebenarnya, dan saya tipe orang yang tidak gampang terhasut dan mudah membenci orang lain, apalagi hanya masalah sepele, seperti misalnya saya dijadikan bahan ghibah oleh orang lain. Alhamdulillah saya bukan tipe orang yang mudah baperan atau terbawa perasaan.
Hidup hanya sebentar. Hidup di dunia yang sementara ini, tentu kita harus selalu mawas diri bahwa kita harus senantiasa menjaga hati. Dengan hati yang bersih, tentu akan lebih ringan menjalani hidup. Dengan hati yang bersih, tentu juga lebih mudah berkasih sayang dan tidak mudah membenci orang lain.
Ada kisah unik ketika usai Idulfitri. Ini masih dalam momen Syawal. Setiap pagi, sudah menjadi rutinitas bagi ibu-ibu untuk belanja di sebuah pasar kecil tengah desa. Tempatnya ramai sekali. Hampir ibu-ibu di kampung berbelanja di sana, termasuk dan ibu-ibu dari kampung sekitar.
Nah, dalam momen itu, saya gunakan untuk bersilaturahmi bertegur sapa, meminta maaf lahir dan batin kepada mereka. Karena waktu hari Idulfitri memang tidak semua saya kunjungi dari rumah ke rumah. Saat salat Idulfitri juga tidak bisa bertemu dan bersalaman dengan semuanya. Jadi saya gunakan kesempatan bertemu ketika belanja sayur tersebut. Meskipun saya berusia lebih tua dari mereka, saya ringan saja melakukannya. Dengan anak-anak pun, saya juga tak menunggu mereka lebih dulu mengawalinya. Saya lebih suka mengawali lebih dahulu. Semua itu karena terdorong rasa kasih-sayang dan ingin membersihkan hati. Saya tak sungkan, bahkan saya senang dan bahagia. Tentu dengan wajah khas saya yang selalu ceria.
Rasulullah saw. mengajarkan kepada umatnya untuk menyayangi siapapun yang ada di muka bumi. Sebagaimana sabda beliau:
"Sayangilah siapa yang ada di muka bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh siapa saja yang ada di langit." (HR. At-Tirmidzi no 1924).
Rasulullah saw pernah mengajarkan umatnya untuk menyayangi orang yang lebih muda, termasuk anak kecil. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam hadis yang diriwayatkan dari Anas, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"Wahai Anas, hormati yang lebih tua dan sayangi yang lebih muda, maka kau akan menemaniku di surga." (HR Baihaqi).
Hal yang paling indah dan menyenangkan adalah ketika kita membuka hati untuk berkasih-sayang meminta maaf dan memberi maaf dengan saudara kita seiman.
Hidup di dunia ini singkat. Tentu kita tak ingin hidup membawa beban kebencian.Terkadang saya heran kenapa seseorang merasa nyaman dengan hatinya dan membiarkan hatinya tertanam kebencian untuk orang lain yang cukup lama. Sebuah kebencian yang sulit diurai sampai usia senja dan mendekati ajal.
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan kelapangan hati dan bisa memaafkan kesalahan orang lain, walaupun terkadang itu sangat menyakitkan untuk kita rasakan. Semoga dengan kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan hati untuk memaafkan, kelak akan memberatkan timbangan amal kebaikan kita di akhirat.
Klaten, 8 April 2025 []
Baca juga:

0 Comments: