Oleh. Naila Dhofarina Noor, S.Pd
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Konflik Gaza membuat dunia beramai-ramai menunjukkan keberpihakannya kepada Palestina. Mulai dari personal, komunitas, hingga entitas negara. Alih-alih memberikan solusi, bisa jadi malah memuluskan agenda penjajah jika akar terjadinya konflik tersebut kurang didalami. Salah satunya, solusi evakuasi Rakyat Gaza ke Indonesia.
Tanggal 9 April 2025, beritasatu.com mengabarkan pernyataan presiden Prabowo yang siap mengirim pesawat-pesawat untuk menjemput warga Gaza Palestina. Perkiraan jumlahnya sekitar 1.000 orang untuk gelombang pertama. Dia menekankan bahwa RI berkomitmen untuk mewujudkan penyelesaian konflik tersebut dengan solusi dua negara.
Menanggapi rencana tersebut, pengamat isu geopolitik Timur Tengah, Smith Alhadar, menyebut Prabowo harus mewaspadai protes dari dalam negeri dan luar negeri. Alasannya, rencana kontroversial ini muncul ketika masyarakat Indonesia sedang resah dengan berbagai masalah ekonomi dan politik.
Di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mempertanyakan rencananya. Pihaknya menilai rencana itu malah condong ke AS dan Israel, bukan membela Palestina. Hal itu sebagaimana yang disampaikan Wakil Ketua Umum MUI di situs resmi MUI.
Jika kita telaah lebih dalam, rencana evakuasi warga Gaza ke RI sesungguhnya justru akan memuluskan agenda pengusiran warga Gaza seperti yang diinginkan oleh penjajah. Pasalnya, dengan dikosongkannya penduduk Gaza artinya memberikan kesempatan yang lebar untuk Israel dan AS untuk menguasai wilayah tersebut.
Banyak pihak hari ini memandang solusi hakiki untuk mengatasi konflik Gaza Palestina, bukanlah dengan evakuasi ataupun solusi dua negara. Boikot pun kurang kuat untuk menghentikannya. Maka, solusinya adalah dengan jihad yang mampu mengusir penjajah Zionis dari tanah Palestina dan kemerdekaan sejati pun akan diraih warga Gaza Palestina.
Pemimpin negeri muslim, termasuk Indonesia yang dikenal mayoritas muslim sudah semestinya mengambil solusi jihad untuk menyelesaikan konflik Gaza. Hanya saja, kita kesulitan dalam realisasinya karena sekat-sekat nasionalisme menjadi penghalang menyambut seruan jihad tersebut. Sikap ini sejatinya menunjukkan pengkhianatan pemimpin negeri muslim sebab perintah jihad telah ada di kitabullah dan sunnah Rasulullah.
Berkaca pada sejarah, negeri muslim sejak dipimpin Rasulullah (Daulah Islam) hingga para khalifah (Khilafah) adalah negara adidaya yang memimpin dunia. Penerapan syariat Islam di dalamnya nampak nyata tidak hanya ada dalam tulisan kitab-kitab seperti saat ini. Tidak heran, kala itu Islam mampu menjadi rahmat bagi seluruh alam dan membela setiap muslim secara khusus.
Oleh karenanya, saat hari ini Khilafah belum tegak, nasib umat Islam pun terombang-ambing dengan rencana para penjajah. Genosida terus dilakukan. Umat seluruhnya butuh untuk bersatu dengan satu suara untuk mengembalikan persatuan dalam sebuah negara berlandaskan syariat Islam yang sempurna, Khilafah. Satu suara menolak evakuasi warga Palestina dan solusi dua negara. Satu suara menyeru penguasa untuk mengirimkan tentara demi membela saudara Palestina.
Gerakan umat satu suara ini membutuhkan kepemimpinan partai Islam ideologis agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar. Pada gilirannya, akan memberikan pengaruh besar dalam mendorong penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentara untuk berjihad dan tegaknya Khilafah. Wallahu musta'an. Allahu Akbar.
Malang, 17 April 2025 [My]
Baca juga:

0 Comments: