Headlines
Loading...
Efisiensi Anggaran, Kesejahteraan untuk Siapa?

Efisiensi Anggaran, Kesejahteraan untuk Siapa?


Oleh. Alfin Aulia Dina
(Kontributor SSCQMedia.Com, Pendidik)

SSCQMedia.Com—Pemberlakuan efisiensi anggaran oleh pemerintah menuai pro kontra di kalangan masyarakat. Banyak dampak dari pemberlakuan efisiensi anggaran terhadap berbagai lini, baik dari segi pendidikan, kesehatan, sosial, dan yang lainnya.

Pada awal tahun 2025, pemerintah Indonesia telah mengumumkan pemberlakuan efisiensi anggaran negara. Efisiensi tersebut dilakukan dengan mengurangi anggaran beberapa instansi dan biaya program tertentu. Tujuannya adalah untuk mengalokasikan anggaran tersebut ke beberapa program yang menjadi prioritas pemerintah saat ini, salah satunya adalah program Makan Bergizi Gratis (MBG) (sahabat.pegadaian.co.id, 19-3-25).

Dampak ini terasa langsung oleh beberapa kampus, salah satunya kampus UI (Universitas Indonesia). Efisiensi yang dilakukan adalah dalam hal penerangan yang dimatikan pada saat malam hari. Jelas, hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi penurunan kualitas dalam pendidikan. Fasilitas yang diberikan pemerintah kian dipangkas, dan pemangkasannya terhadap fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa.

Pemangkasan anggaran dilakukan karena ketiadaan dana pemerintah dalam menjalankan program yang dijanjikan. Sungguh sangat disayangkan. Di sisi lain, pemerintah malah mengangkat stafsus yang dinilai tidak terlalu penting dibutuhkan oleh negara. Padahal, hal tersebut membutuhkan biaya yang besar. Seharusnya pemerintah sudah menyediakan anggaran untuk program yang dibuatnya sehingga tidak memangkas fasilitas yang menjadi hak rakyat.

Sungguh miris, namun inilah fakta dalam sistem kapitalisme. Di mana setiap kebijakan hanya diukur dari menguntungkan tidaknya, termasuk dalam hal pendidikan. Pendidikan dalam sistem kehidupan hari ini tak ubahnya sekadar transaksi komersial. Bila menguntungkan, akan ada banyak anggaran dana mengalir, sedangkan jika tidak, maka akan ada pemangkasan dana.

Dengan adanya sistem pendidikan yang semacam ini, mustahil dapat menghasilkan generasi-generasi unggul dengan intelektual yang tinggi karena generasi yang unggul hanya didapat bila ada sokongan penuh dari negara, berupa dukungan fasilitas dan faktor-faktor pendukung lainnya. Sedangkan hari ini, dengan sistem pendidikan yang diberlakukan, hanya akan melahirkan generasi-generasi buruh yang minim kontribusi terhadap kemajuan bangsa. Inilah pil pahit pendidikan dalam sistem kapitalisme.

Sedangkan dalam Islam, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kualitas generasi pembangun peradaban sehingga pemimpin akan memberikan perhatian yang serius terhadap sistem pendidikan. Pemimpin adalah perisai dan pengurus bagi rakyat. Mereka diangkat dan dibaiat untuk melaksanakan syariat, menjamin terwujudnya kesejahteraan, kemaslahatan, dan keamanan bagi seluruh warga negara.

Allah telah memerintahkan kepada para pemimpin untuk senantiasa memperhatikan rakyatnya dengan bersikap lemah lembut, memberikan nasihat, dan tidak menyusahkan mereka. Untuk urusan harta, Allah telah menetapkan aturan dan melarang keras para penguasa mengambil bahkan menyentuh sedikit pun harta kekayaan milik umum.

Pemimpin akan memperhatikan sumber pemasukan negara yang diperoleh dari pos yang telah ditetapkan Allah seperti ghanimah, kharaj, usyur, dan kekayaan milik umum berupa sumber daya alam (SDA). Pajak dan utang luar negeri hanya akan diambil pada kondisi terpaksa. Semua pemasukan tersebut akan dibelanjakan sebesar-besarnya demi kemaslahatan rakyat, bukan demi memperkaya pejabat. Dari anggaran belanja itu, negara juga akan memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan pokok pribadi maupun kolektif dengan sempurna, tak terkecuali dalam sistem pendidikan. [An]

Baca juga:

0 Comments: