Headlines
Loading...
Evakuasi Rakyat Gaza, Kesempatan Menjajah Makin Leluasa

Evakuasi Rakyat Gaza, Kesempatan Menjajah Makin Leluasa


Oleh. Hana Salsabila A.R
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Prabowo Subianto, selaku presiden negara Indonesia telah mengeluarkan statement yang menuai pro kontra. Sebelum lawatan ke Timur Tengah, pada 9 April 2024 lalu, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan gagasan evakuasi warga Palestina sebagai korban perang. (Republika.co.id,  12-4-2025).

Hal tersebut dinilai tak hanya menimbulkan kontradiktif di tengah rakyat Indonesia saja, namun juga memicu kontra dari luar negeri.  Padahal dunia telah berusaha dengan bantuan domestik, boikot hingga demo dan seruan jihad yang mereka gaungkan, dan statement seperti ini justru seolah membuat sia-sia segala usaha.

Bahkan jauh sebelum presiden Indonesia mengeluarkan statement demikian, Trump selaku presiden AS pernah menyampaikan bahwa ingin memindahkan warga Gaza ke negara Arab lain. Kedua pernyataan tersebut hampir sama, yaitu sama-sama ingin mengosongkan Gaza secara halus. Penyebutan situasi ini sebagai perang daripada menyebutnya sebagai genosida juga menunjukkan kesalahan sikap atas menanggapi apa yang terjadi di Gaza saat ini.

Di sisi lain, terjadi kenaikan tarif impor di AS. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali menjadi sorotan dunia setelah menerapkan tarif impor pada sejumlah negara termasuk Indonesia yang memperoleh tarif impor sebesar 32 persen (Unair.ac.id, 10-4-2025). Seperti yang kita ketahui, AS merupakan standar sekaligus kiblat bagi seluruh negara dunia. Dari mata uang hingga politiknya. Maka ketika terjadi demikian,  perlahan akan mematikan semangat dan usaha negara-negara dunia, termasuk juga negara muslim seperti Indonesia untuk kembali memperjuangkan hak Gaza secara totalitas.

Kebijakan ini merupakan bentuk penekanan secara tidak langsung dari AS, mereka menjadi urung mengusung idealisme masing-masing karena faktanya mereka tak bisa lepas kebergantungan terhadap AS, yang notabene mendukung Israel atas genosida di Gaza. Maju kena, mundur pun kena.

Sebagaimana selalu ditegaskan, solusi Gaza adalah dengan pembebasan dan jihad. Senjata lawan senjata. Tentara lawan tentara,  sudah selayaknya demikian. Namun, seruan itu tak mungkin mampu diwujudkan jika negeri-negeri muslim  masih bergantung pada penjajah (AS dan sekutunya). Sekat nasionalisme yang diciptakan para penjajah tersebut telah pula mencegah dan memecah belah ikatan persaudaraan antar negara muslim. Dan hal ini telah terjadi semenjak runtuhnya Daulah Khilafah pada 1924 silam.

Keberadaan negara Khilafah dan pemimpin muslim sangat penting untuk membela dan menjaga hak kaum muslimin. Tidak seperti sekarang yang terpecah menjadi masing-masing negara kecil hingga semakin memudahkan kaum kafir untuk menjajah.  Dalam hadis riwayat Abu Dawud dikatakan, "Bangsa-bangsa di dunia akan memperebutkan kalian (umat Islam), seperti memperebutkan makanan yang berada di mangkuk." Seorang laki-laki berkata, "Apakah kami (umat muslim) pada waktu itu berjumlah sedikit?" Beliau saw. menjawab, "Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, tapi seperti buih di genangan air . Sungguh Allah akan mencabut rasa takut para musuh kepada kalian, dan menanamkan Al Wahn ke dalam hati kalian."

Maka demikianlah,  kita hari ini nyata sampai pada masa itu. Dan jika umat Islam ingin kembali bangkit, ingin benar-benar membebaskan Gaza, maka kembalikanlah persatuan kaum muslimin, bangkitkan gelora jihad di bawah kesatuan negara Islam, yakni Daulah Khilafah. Wallahualam bissawab. [ry]

Baca juga:

0 Comments: