Headlines
Loading...
Gaza Memprihatinkan, Bulan Ramadan dalam Derita

Gaza Memprihatinkan, Bulan Ramadan dalam Derita

Oleh. Rini
(Kontributor SSCQMedia.Com, Komunitas Ibu Peduli Negeri)

SSCQMedia.Com—Kondisi warga Gaza Palestina di bulan Ramadan tahun ini lebih memprihatinkan dari tahun sebelumnya. Mereka merasakan kepayahan yang luar biasa setelah 15 bulan lamanya menerima rentetan serangan dari zionis Israel (antaranew.com, 4 Maret 2025).

Penghianatan zionis atas perjanjian gencatan senjata masih saja terjadi. Serangan yang dilakukan sesaat setelah perjanjian gencatan senjata pun tetap diarahkan ke Palestina.

Bentuk ingkar janji yang lain bisa dilihat ketika pertukaran tawanan. Israel masih menahan 620 tawanan warga Palestina,  meskipun sayap militer Hamas sudah membebaskan tiga dari enam sandera Israel di Nusairat, Gaza.

Kekejaman lain yang  dilakukan Israel adalah dengan memblokir 60 ribu rumah mobil, 200 ribu tenda, serta alat berat yang akan digunakan untuk membersihkan puing-puing reruntuhan.

Keangkuhan yang Tertampakkan

Porak-porandanya Palestina, memunculkan pernyataan yang menampakkan kesombongan seorang Donald Trump, seakan Palestina ada di bawah kendalinya, dan negeri yang dapat dibeli dari Israel.

Kezaliman dan tiraninya telah membutakan pandangannya terhadap kondisi Gaza. Donald Trump dengan percaya diri akan bisa menyelesaikan segala keterpurukan yang terjadi di Gaza.

Rencana rekonstruksi Gaza diawali dengan mengusir penduduk Gaza yang berjumlah 2,2 juta ke negeri-negeri kaum muslim terdekat dan terjauh seperti di Indonesia.

Rencana keangkuhan lain yang diperlihatkan adalah dengan meratakan situs bersejarah dan membersihkan semua bangunan. Hal ini demi mewujudkan ambisinya untuk menciptakan pusat pesisir yang mewah seperti yang ada di negara Prancis dengan julukan Reviera Timur Tengah.

Pusat pesisir yang mewah tersebut mempunyai tujuan untuk menciptakan pembangunan ekonomi terutama dalam menciptakan lapangan kerja baru dan perumahan yang tak terbatas bagi masyarakat.

Keangkuhan yang Terkondisikan

Pernyataan lancang dan berani yang disampaikan oleh Donald Trump bukan tanpa alasan. Keberadaan Khilafah sebagai junnah atau pelindung sudah lama tidak dimiliki oleh kaum muslim semenjak keruntuhannya. Sehingga nasib kaum muslim yang tersebar di beberapa negeri, laksana anak ayam kehilangan induknya.

Negeri-negeri kaum muslim telah terkerat-kerat dengan konsep nation state. Pemahaman nasionalisme ini menjadikan penguasa negeri muslim tidak punya gigi dalam menyelesaikan urusan saudaranya di Palestina, walaupun mereka sejatinya tahu sumber masalah di Palestina yaitu keberadaan zionis Israel sang penjajah yang didukung penuh oleh AS dan sekutunya.

Kaum muslim sesungguhnya telah benar-benar meninggalkan Al-Qur'an dan hadis sebagai petunjuk hidupnya. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 191, yang artinya, "Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir".

Penghianatan Penguasa Muslim

Bukti kebodohan para penguasa muslim pun tampak jelas dari tindakan yang diambil. Hingga hari ini, tak satu pun penguasa negeri muslim berani mengerahkan pasukan untuk membantu saudara kita di Palestina. Mereka hanya mencukupkan diri dengan mengutuk dan mengecam bak pepesan kosong. Kehebatan strategi perang dan alat canggih perang yang dimiliki, hanya untuk dipamerkan saja. Inilah buah dari kesombongan nyata para pemimpin Ruwaibidhah.

Mesir dan negeri-negeri Arab lainnya  bahkan merespon pernyataan  lancang Donald Trump tersebut dengan membuat rencana tandingan dalam memulihkan Gaza tanpa melibatkan Hamas. Dengan alokasi biaya yang disiapkan mencapai  53 miliar dolar AS atau 872 triliun rupiah.

Inilah penghianatan nyata para penguasa negeri muslim, khususnya kepada saudara sesama muslim di Palestina. Mereka seperti kawan yang hanya bisa diam dan menjadi pelindung para penjajah tersebut.

Pandangan Islam Terhadap Palestina

Warga palestina adalah saudara kita seiman dan seakidah. Tanah tempat mereka berpijak merupakan tanah kharajiyah yang dibebaskan pada masa khalifah Umar bin Khatab pada tahun 637 M. Semenjak dibebaskan hingga hari ini Palestina telah dijaga dan dilindungi dengan darah para syuhada.

Sudah seharusnya kita berusaha mengupayakan kembali kebebasan Palestina ke tangan kaum muslim. Dengan cara, menghilangkan penjajahan yang terjadi di sana dengan jihad di bawah komando seorang khalifah (penguasa muslim).

Jika AS saja menyadari bahaya atas tegaknya kembali Khilafah  (pemerintahan Islam) sebagai junnah atau pelindung kaum muslim, maka pertanyaan besarnya adalah sampai kapan kita sadar atas kewajiban menghadirkan Khilafah kembali?

Mahkota Kewajiban

Rasul bersabda:
"Sesungguhnya Al imam (Khilafah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang (mendukungnya) dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaan-Nya." (Hadis Mutafaqun alaih).

Hadis tersebut mengindikasikan kebutuhan akan hadirnya kembali Khilafah adalah suatu hal yang sangat penting dan mendesak.

Khilafah akan menghancurkan semua penghalang kemenangan  hakiki kaum muslim, seperti pemahaman nasionalisme. Pemahaman nasionalisme ini yang membuat negeri-negeri muslim terpecah-belah sehingga melemahkan kekuatan luar biasa yang dimilikinya.

Oleh karena itu, hadirnya Khilafah membutuhkan kelompok dakwah Islam ideologis. Yaitu kelompok dakwah yang memiliki fikrah dan thariqah yang benar sebagaimana jalan kelompok Rasulullah. Istikamah dalam menyerukan kepada umat Islam untuk memahami Islam secara kaffah, hingga pertolongan Allah datang. Dan pertolongan Allah akan diberikan ketika kita sungguh-sungguh dan serius dalam mempersiapkannya. Dan sebaik-baiknya persiapan adalah ketakwaan dan mewujudkan persatuan kaum muslim seluruh dunia.

Wallahualam bishawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: