Gangguan Kesehatan Mental Remaja Meningkat, Islam Solusi yang Tepat
Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Kontributor SSCQMedia.Com, Aktivis Muslimah Semarang)
SSCQMedia.Com—Masalah kesehatan mental di kalangan remaja Indonesia, merupakan isu yang semakin mendesak dan memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Berdasarkan data dan penelitian yang ada, jutaan remaja di Indonesia menghadapi beragam masalah kesehatan mental yang serius. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan individu remaja secara langsung, tetapi juga dapat mempengaruhi produktivitas dan kontribusi mereka dalam membangun masyarakat dan negara.
Menurut survei kesehatan mental remaja nasional Indonesia tahun 2024, sekitar 15,5 juta remaja mengalami gangguan kesehatan mental. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan disorot oleh Wakil Menteri BKKBN. Sebab ada kekhawatiran tentang dampaknya terhadap kehidupan generasi muda, seperti ketakutan menikah atau memilih untuk tidak punya anak (child-free).
Menurutnya bonus demografi Indonesia harus dimanfaatkan dengan baik. Dengan menguatkan karakter generasi muda ditekankan untuk kontribusi dalam pembangunan bangsa. Melalui program Generasi Berencana (GenRe) untuk persiapan kehidupan berkeluarga, pendidikan, karier, dan pernikahan yang terencana. Sebab menurutnya pula, program ini bertujuan membentuk keluarga berkualitas dengan fokus pada pendidikan, karier, dan kehidupan keluarga yang baik. (disway.id/read, 16/02/2025).
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesehatan Mental
Kondisi kesehatan mental remaja yang mendesak di banyak negara dipengaruhi oleh penerapan sistem kapitalisme-sekuler yang dominan secara global. Sistem ini membawa dampak kompleks pada kesehatan mental banyak orang termasuk remaja, seperti tekanan sukses, konsumerisme, kesenjangan sosial, dan peran sekolah dan keluarga. Semua faktor ini dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis remaja.
Pada era sistem kapitalisme yang berorientasi pada keuntungan dan persaingan, terdapat kesenjangan sosial yang dapat memperburuk kondisi kesejahteraan masyarakat. Di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh kapitalisme-sekuler, individu juga sering merasa tertekan untuk mencapai sukses dalam pendidikan, karier, dan kehidupan sosial. Misalnya remaja dari keluarga kurang mampu merasa tertekan untuk bekerja keras demi keluar dari kemiskinan, sementara remaja dari keluarga berada merasa tertekan untuk mempertahankan gaya hidup yang mapan.
Selain itu, kapitalisme-sekuler juga mendorong budaya konsumerisme yang menekankan pentingnya memiliki barang-barang material, penampilan fisik yang sempurna, dan gaya hidup mewah. Menjadikan remaja mudah terpengaruh oleh iklan, media sosial, dan tekanan teman sebaya untuk membeli produk tertentu atau mengikuti tren tertentu guna menciptakan citra diri ideal. Sehingga banyak remaja sering merasa tertekan untuk tampil sempurna, mencapai standar yang tinggi, dan bersaing dengan orang lain demi meraih kesuksesan. Hal ini dapat menyebabkan tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang tinggi pada remaja yang merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi yang ada.
Sistem pendidikan sekuler yang dominan juga berperan dalam pembentukan identitas remaja. Tekanan untuk mencapai prestasi akademis tinggi serta dorongan orang tua terhadap kesuksesan finansial sering menjadi fokus utama. Namun, aspek keagamaan sering diabaikan, sehingga banyak remaja menjadi kurang memahami tujuan hidup dan mudah kehilangan arah. Akibatnya, remaja bisa merasa rendah diri dan tidak puas dengan diri sendiri. Pemikiran tentang pembebasan diri yang ditekankan dalam kapitalisme juga dapat mendorong individu untuk memprioritaskan kepuasan pribadi tanpa mempertimbangkan konsekuensi, seperti penyalahgunaan narkoba atau pergaulan bebas, yang dapat merusak moral dan etika masyarakat.
Oleh karena itu, untuk menyelesaikan semua permasalahan yang demikian kompleks tidaklah cukup dengan program persiapan kehidupan berkeluarga, pendidikan, karier, dan pernikahan yang terencana, tetapi harus melalui perbaikan menyeluruh dalam sistem kehidupan untuk meningkatkan kesehatan mental remaja.
Solusi Islam
Dalam paradigma Islam, salah satu aspek penting adalah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat melalui penerapan sistem ekonomi Islam serta pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan negara kepada masyarakat, sehingga orang tua yang ekonominya mapan dapat memberikan perlindungan emosional yang penting bagi kesehatan mental remaja. Hal ini memungkinkan orang tua dan masyarakat untuk fokus membimbing dan memberi contoh kepada anak-anak dan remaja agar mereka tumbuh menjadi individu yang kuat dan berakhlak mulia. Dukungan keluarga yang stabil dan bermakna merupakan fondasi kuat bagi perkembangan psikologis remaja.
Selain itu, pendidikan Islam juga memegang peran dalam memperbaiki kesehatan mental remaja. Oleh karenanya dalam sistem Islam membangun sistem pendidikan yang berbasis pada akidah Islam adalah hal yang sangat penting. Sebab melalui nilai-nilai keimanan, pendidikan dalam islam akan mampu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki pondasi keimanan yang kokoh. Yang tidak mudah tergoda oleh hawa nafsu dan terbawa arus kerusakan.
Selain menitikberatkan pada sistem ekonomi dan pendidikan, negara dalam Islam juga akan menetapkan kebijakan yang dapat menjaga remaja agar tidak terjerumus ke dalam pemikiran atau perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam. Dengan menutup berbagai celah kemaksiatan, seperti menerapkan sistem pergaulan dalam Islam, memberantas penyalahgunaan narkoba, melarang konten yang tak bermanfaat, menutup situs porno, judi, dan lain sebagainya. Di mana hal-hal tersebut memang dilarang di dalam Islam. Hal ini penting untuk mencegah remaja terlibat dalam tindakan-tindakan yang dapat merugikan diri sendiri maupun masyarakat serta melalui penegakan hukum yang tegas dan memberi efek jera, remaja juga akan lebih mudah untuk menjaga kesehatan mental mereka.
Oleh karena itu, di bawah sistem Islam kafah yang didasarkan pada hukum Allah, nilai-nilai Islam akan tumbuh semakin kuat, baik pada tingkat individu maupun dalam struktur masyarakat, sehingga membentuk lingkungan Islami yang mendukung pertumbuhan fisik, mental, dan spiritual remaja dengan baik. Dengan demikian, Indonesia dapat mencetak generasi yang benar-benar dapat menjadi kebanggaan melalui kecerdasan intelektual dan kekokohan iman.
Wallahualam. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: