Headlines
Loading...
Ramai Tagar #KaburAjaDulu, Bentuk Kekecewaan Anak Muda Terhadap Kondisi Negeri

Ramai Tagar #KaburAjaDulu, Bentuk Kekecewaan Anak Muda Terhadap Kondisi Negeri


Oleh. Kikin Fitriani 
(Kontributor SSCQMedia.Com, Aktivis Muslimah)

SSCQMedia.Com—Tagar #KaburAjaDulu yang menggema di berbagai platform media sosial belakangan ini adalah tren ajakan pindah ke luar negeri baik melalui beasiswa pendidikan, magang atau pun lowongan kerja ke negara lain.

Analisis Drone Emprit menunjukkan bahwa mayoritas netizen yang mencuitkan #KaburAjaDulu merupakan generasi muda dengan usia antara 19-29 tahun (50,81)%, sedangkan yang berusia dibawah 18 tahun mencapai 38,10%.(IDN Times, 17/2/2025)

Tagar ini juga sekaligus bentuk kritikan kepada pemerintah atas minimnya lapangan kerja layak  hingga berbagai kesenjangan sosial yang terjadi. Fenomena ini menjadi viral karena rasa keputusasaan anak muda yang merasa tidak memiliki harapan dan masa depan yang cerah di negerinya sendiri. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa #KaburAjaDulu menjadi tren. 

Buruknya Kondisi di Bidang Ekonomi

Banyak netizen mengeluhkan minimnya peluang kerja di Indonesia cenderung terbatas bahkan sulit. Upah rendah tak layak dengan biaya hidup yang tinggi  menjadi sebab hengkangnya mereka menerima tawaran kerja di berbagai negara maju. Kesulitan dalam mengakses pendidikan yang tinggi menyebabkan banyaknya tawaran beasiswa ke luar negeri di negara maju makin memberikan peluang untuk "kabur". Belum lagi berbagai instrumen pajak yang dibebankan kepada para pekerja dan ternyata pemerintah tidak memberikan yang sepadan atas hak-haknya sebagai warga negara, contohnya layanan publik. 

Aneka Permasalahan Negeri

Sistem sekuler kapitalis ini banyak melahirkan orang-orang rakus memperkaya diri sendiri, korupsi merebak di mana-mana tanpa ada hukuman yang memberikan efek jera. Ketidakadilan yang senantiasa menimpa rakyat terus terjadi, pemerintah lebih cenderung berpihak pada para pemilik modal, bahkan melindungi eksistensi mereka.

Selain itu, pandangan kualitas hidup di negeri ini makin merosot, termasuk pendidikan di mana anggaran standar minimum yang berakibat rakyat sulit menjangkaunya lebih tinggi. Ditambah kebijakan berupa pemangkasan anggaran pendidikan yang berdampak besar pada kualitas layanan dan sumber daya manusianya. 

Negara ini juga tidak mampu menyediakan lapangan kerja yang luas serta gaji yang pantas hingga banyak generasi muda menganggur. Kalaupun bekerja juga  tidak mengubah perekonomian mereka, karena rendahnya upah minimun tak memenuhi standar hidup layak. 

Akibat Penerapan Sistem Sekuler Kapitalisme 

Sistem ini telah gagal total dalam mensejahterakan rakyatnya. Kebebasan kepemilikan umum yakni SDA bebas dikuasai oleh para oligarki (segelintir orang kaya) akibatnya kekayaan berputar di kalangan komunitas orang kaya saja. Kesenjangan sosial dan ekonomi menganga lebar antara si kaya dan si miskin. Kehidupan di negara maju sangat disadari oleh generasi dengan biaya hidup sangat tinggi otomatis pajak yang dibebankan juga tinggi. Namun di negara Barat, ketika pajak tinggi diberlakukan sepadan dengan layanan publik yang berkualitas yang dapat dinikmati oleh warganya atau para imigran yang menetap di negara maju.

Inilah yang memunculkan fenomena brain drain atau human capital flight yakni fenomena di mana warga terdidik dan berbakat memilih bekerja di luar negeri. Dan brain drain ini kerap terjadi di negara-negara berkembang. Hengkangnya kaum intelektual, ilmuwan, dan cendekiawan memilih untuk menetap di luar negeri. Fenomena ini menjadi isu krusial dalam konteks globalisasi atau liberalisasi ekonomi yang makin menguatkan akan kesenjangan antara negara maju dan berkembang yang pada akhirnya menciptakan ketidakadilan dalam akses sumber daya dan kesempatan. Bisa dilihat SDA di negara berkembang dibanjiri serta dikuasai oleh para pemilik asing, hingga kesejahteraan dan keadilan tidak merata.

Keresahan, kekecewaan bahkan kegelisahan generasi muda melihat kondisi dan situasi negeri yang dicintai ini tidak memberikan optimisme pada mereka. Apalagi mencuat  peristiwa di tengah efisien anggaran besar-besaran yang dilakukan pemerintah, salah satu kementrian malah mengangkat staf khusus (stafsus). Hal itulah yang mencederai generasi muda.

Fenomena brain drain ini jika dibiarkan akan merugikan bangsa ini sendiri, bagaimana tidak, Indonesia akan banyak kehilangan SDM yang berkualitas. Bonus demografi justru dinikmati oleh negara maju. Jangan sampai tagline Indonesia emas berakhir menjadi Indonesia cemas. 


Islam Mensejahterakan Generasi 

Sistem sekuler kapitalisme ini melahirkan kesenjangan ekonomi yang berakibat banyaknya kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagaimana Allah Ta'ala firman kan dalam QS. Ar-Ruum: 41 yang artinya: 
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Sistem Islam memposisikan khalifah sebagai raa'in (pengurus) sekaligus junnah (pelindung) rakyat. Khalifah bertanggung jawab mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyatnya dan tidak akan pernah membiarkan rakyatnya sengsara karena kemiskinan. Khilafah berperan melindungi dan memenuhi seluruh kebutuhan asasi yakni sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan tiap warga negara per individu. Hal ini karena negara Islam menjalankan politik ekonomi Islam.

Khilafah akan memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan asasi dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi para laki-laki. Negara pun akan mengelola SDA yang merupakan kepemilikan umum seperti tambang, laut, hutan, sungai, danau, gunung, perkebunan dan sebagainya yang tentu saja hal ini membuka lapangan kerja yang sangat luas. Hasil dari  pengelolaan kekayaan umum oleh negara akan dikembalikan kepada rakyat berupa produk BBM, gas, maupun layanan publik.

Khilafah tidak hanya mendukung industri dalam negeri, namun juga membebaskan pengusaha dari pungutan yang tidak syar'i, sehingga iklim usaha menjadi lebih kondusif yang pada akhirnya mampu menyerap tenaga kerja produktif. Sektor pertanian, peternakan, perdagangan dan jasa juga didukung oleh negara agar bisa mewujudkan lapangan kerja bagi generasi muda.

Khilafah memiliki banyak sumber pemasukan negara yang menjadikan terjaminnya kesejahteraan rakyat, karena khalifah bertindak sebagai pengurus yang melayani rakyatnya sesuai syariat Islam. Berbagai fasilitas layanan yang dibutuhkan dalam kehidupan secara berkualitas dengan biaya murah bahkan gratis hingga rakyat terutama generasi tidak perlu kabur ke luar negeri demi mengejar fasilitas tersebut.

Khilafah mempersiapkan kualitas generasi muda dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis Islam sehingga SDM yang dihasilkan berkualitas, salih dan cerdas. Khilafah sangat mendukung penuh dalam menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan secara gratis, karena memandang generasi adalah investasi dan pencetak peradaban bangsa.

Dengan periayahan yang baik tersebut di atas akan menghasilkan profesional-profesional muda yang mengisi posisi-posisi penting dalam berbagai sektor usaha, mereka menjadi SDM unggul yang bermanfaat bagi umat dan negara khilafah. Mereka tidak perlu #KaburAjaDulu dari wilayah Khilafah. Justru kegemilangan peradaban Islam akan menjadi serbuan banyak warga di luar khilafah yang ingin merasakan kesejahteraan hidup di bawah naungan institusi Khilafah.

Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: