Oleh. Annisa Yuliasih
SSCQMedia.Com-
Sore itu, aku sedang dalam perjalanan bersama suami. Kami melewati jalan alternatif, agar lebih cepat sampai ke tujuan. Kami melewati sebuah perumahan yang letaknya masih cukup jauh jaraknya dari jalan raya utama. Ada hal menarik yang terlihat olehku. Sebuah spanduk promosi sekolah dengan tertera nama "SaKha".
"Emm, nama yang agak asing ya," batinku.
Tadinya kusangka bukan sekolah Islam. Tapi, ketika semakin dekat dengan spanduk tersebut, barulah terbaca kepanjangan dari kata "SaKha" yaitu "Sang Khalifah".
Hatiku terasa tersentak. Teringat akan ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an.
"Dan Dia menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi ...." (TQS. Al-Baqarah: 30)
Teringat kembali kajian tafsir yang telah lampau, perihal manusia.
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, kata "khalifah" berarti "penguasa" atau "pengganti". Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan tugas utama mereka adalah memakmurkan bumi atas dasar ketaatan kepada Allah. Manusia bertugas untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam serta menjalankan hukum Allah.
Allah mewakilkan kepada manusia urusan pemakmuran bumi dan pelaksanaan hukum-hukum-Nya. Hal ini yang sebelumnya tidak mau diemban oleh makhluk Allah yang lainnya. Manusialah yang mau menerima amanah tersebut. Seperti dalam firman-Nya,
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi mereka enggan untuk memikulnya dan mereka takut untuk memikulnya, sedangkan manusia memikulnya. Sesungguhnya manusia itu tidak adil dan tidak bijaksana."
(TQS. Al-Ahzab: 72)
Manusia berani menerima amanah walaupun memiliki kelemahan diri. Dan manusia akan mempertanggungjawabkan amanah ini kelak di hadapan Allah. Allah berfirman dalam QS. Al Mudatsir: 38 yang artinya:
"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”
Kejadian ini bagaikan sebuah tamparan keras. Menjadi sebuah renungan bagi diriku. Allah mengamanahkan manusia khususnya diri ini untuk mengemban tugas sebagai khalifah fil ard. Seharusnya dengan adanya manusia di muka bumi ini, maka bumi akan teriayah (terurus) dengan baik dengan dilaksanakannya hukum-hukum Allah. Pengelolaan bumi yang sesuai amanah Allah, akan mendatangkan kesejahteraan dan kemakmuran.
Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Kebanyakan manusia tak mengemban amanah, sehingga yang terjadi adalah kerusakan dan penderitaan. Hukum-hukum atau aturan Allah dicampakkan. Manusia malah bangga dengan segala kebodohan dan keserakahannya.
Islam yang diturunkan Allah sebagai pedoman kehidupan, diabaikan. Bahkan semakin dicitraburukkan oleh para kafir musuh Islam, dengan islamofobia. Sebagian umat Islam pun menjadi takut dengan keislaman mereka.
Semua ini terjadi karena kurangnya tsaqofah Islam. Agar umat Islam paham akan agamanya dan menjalankan amanah dengan baik, maka diperlukan dakwah, untuk menyeru manusia pada kebaikan.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al A'raf ayat 157 yang artinya:
"Dan Dia menjadikan kamu sebagai umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar ...."
Dakwah yang dilakukan haruslah dakwah fikriyah untuk membangkitkan taraf berpikir umat, agar tidak terus larut dalam kehidupan kapitalis sekuler yang menyengsarakan.
Perjuangannya sekarang adalah perang pemikiran, maka harus punya ilmu yang mumpuni. Dari sinilah aku lalu memutuskan untuk memperbanyak tsaqofah Islamku terlebih dahulu, agar aku semakin paham bagaimana Islam yang sesungguhnya. Selanjutnya, menyampaikan kebenaran Islam ke tengah umat, melalui berbagai media, baik lisan maupun tulisan. Lakukan secara konsisten dan kontinu, agar ada perubahan. Seperti yang dahulu Rasulullah lakukan, menasqif para sahabat terlebih dahulu tentang Islam, lalu mendakwahkannya.
Mungkin tak besar kontribusi yang kuberikan dalam dakwah. Kontribusi ilmuku saat ini baru bisa kudedikasikan pada anak-anak dan remaja, agar mereka memahami Islam kafah sedari dini. Semoga saja kontribusi kecil ini bisa menjadi bagian elemen penyokong keberhasilan dakwah dan membawa pada kegemilangan Islam. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: